konsentrasi senyawa uji ditambahkan dengan suspensi bakteri uji dalam media cair. Perlakuan diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 18-24 jam. Senyawa uji agen antimikrobia pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan
bakteri uji ditetapkan sebagai KHM. Senyawa yang ditetapkan sebagai KHM tersebut diuji kembali pada media cair tanpa penambahan bakteri uji ataupun agen
antimikrobia dan media tersebut diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 18-24 jam. Konsentrasi senyawa dalam media cair yang tetap terlihat jernih jika
dibandingkan dengan kontrol media dan kontrol pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi ditetapkan sebagai KBM. Pada dilusi padat, tiap konsentrasi tersebut
dicampur dengan suspensi bakteri uji dan media padat kemudian dituang pada petri untuk diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 18-24 jam. Konsentrasi yang menunjukkan hasil jernih kemudian di-streak pada media agar padat. Setelah
inkubasi, konsentrasi terkecil yang tetap menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri uji ditetapkan sebagai KHM sedangkan konsentrasi terkecil yang sudah
tidak menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri uji jernih ditetapkan sebagai KBM Pratiwi, 2008.
G. Landasan Teori
Kulit memiliki beberapa jenis bakteri sebagai flora normal seperti Micrococci
dengan Staphylococci koagulase negatif, Peptococcus spp, Micrococcus
spp, Diphtheroids dengan Corynebacteria dan Brevibacterium spp, Propionibacteria
dan gram negatif bentuk batang Elsner, 2006. Bakteri di permukaan kulit yaitu Staphylococcus epidermidis akan menguraikan keringat
dari kelenjar apokrin menjadi asam mudah menguap yaitu asam isovalerik dan menimbulkan bau tidak sedap Majalah Kesehatan, 2010.
Banyaknya jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai antimikrobia merupakan alternatif sebagai pengobatan herbal. Contoh tanaman yang dapat
digunakan yaitu beluntas dan kemangi. Beluntas sebelumnya hanya tanaman pagar dan dimanfaatkan sebagai urap atau lalapan sedangkan kemangi biasanya
dikonsumsi sebagai lalapan mentah menurut Peter
cit., Hendrawati, 2009 dan
Meyer et al,
cit., Hendrawati, 2009
. Pada penelitian sebelumnya, kedua tanaman ini sudah pernah digunakan
sebagai antibakteri karena adanya kandungan zat aktif masing-masing. Kandungan dari daun beluntas yang diduga bersifat sebagai antibakteri, yaitu
fenol hidrokuinon, tanin dan alkaloid Ardiansyah dkk, 2003. Berdasarkan penelitian Maryati, dkk 2007, kandungan daun kemangi yang bersifat sebagai
antibakteri adalah minyak atsiri dan menurut Purnomo 2001, flavonoid pada daun kemangi yang bersifat sebagai antibakteri. Pada penelitian ini akan dilihat
daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis
.
H. Hipotesis
1. Ekstrak etanol daun beluntas Pluchea indica Less memiliki daya antibakteri
terhadap Staphylococcus epidermidis. 2.
Ekstrak etanol daun kemangi Ocimum basilicum L memiliki daya
antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis.
18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
a. Variabel bebas : seri konsentrasi ekstrak etanol daun beluntas dan daun
kemangi 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50.
b. Variabel tergantung : diameter zona hambat pertumbuhan
Staphylococcus epidermidis mm.
c. Variabel pengacau terkendali : media penanaman bakteri Mueller
Hinton Agar , suhu inkubasi 37
o
C, lama inkubasi 18-24 jam, diameter sumuran 6 mm, kepadatan suspensi bakteri uji yang setara dengan
larutan standar 0,5 Mac Farland 1,5.10
8
CFUml, asal simplisia daun beluntas Merapi Farma Medika dan daun kemangi pasar Beringharjo,
pelarut ekstrak etanol 70.
d. Variabel pengacau tak terkendali : umur tanaman dan kondisi lingkungan
tempat tumbuh tanaman beluntas dan kemangi.