Singkatan Kitab Suci Singkatan Dokumen Resmi Gereja Singkatan Lain Latar Belakang

xxiii DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Mat : Matius Yes : Yesaya Ams : Amsal Ayb : Ayub Mzm : Mazmur Ul : Ulangan Rat : Ratapan PB : Perjanjian Baru

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

DV : Dei Verbum Dokumen Konsili Vatikan II Tentang Wahyu Ilahi CT : Catechesi Tradendae Ajaran Apostolik Paus Yohanes Paulus II Tentang Katekese Masa Kini

C. Singkatan Lain

SdC : Suora della Carita Suster Cinta Kasih St : Santa Let : Leter LD p : Leter Document Surat penting xxiv UU : Undang-undang UUD : Undang-undang Dasar RI : Republik Indonesia PBB : Perserikatan Bangsa-bangsa PIA : Pendidikan Iman Anak PIR : Pendidikan iman remaja OMK : Orang Muda Katolik PKKI : Pertemuan Kateketik antar- Keuskupan se-Indonesia Bdk : Bandingkan Lam : Lampiran No : Nomor Hal : Halaman Brs : Baris Dll : Dan lain-lain RT : Rumah Tangga WKRI : Wanita Katolik Republik Indonesia IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik USD : Universitas Sanata Dharma

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita tidak dapat memungkiri bahwa tidak jarang kita mendengar, membaca, bahkan mengucapkan sendiri kata “lansia” yang merupakan singkatan dari “lanjut usia”. Tentunya, tergambar secara pasti dalam benak kita tentang suatu keadaan yang sangat jauh berbeda dari keadaan semula 30 tahun sebelumnya. Kita pun menemukan beberapa istilah lain, selain “lansia” yang dipergunakan untuk menyebut kategori seseorang, baik perempuan maupun laki- laki yang sudah berusia 60 tahun ke atas. Misalnya, manula manusia usia lanjut; usila usia lanjut; dan glamur golongan lanjut umur. Masa inilah yang disebut dengan masa Tua. Menjadi tua adalah proses dimana terjadi perubahan fisik yang menyebabkan seseorang berkurang harapan hidupnya karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Hal yang merupakan kebenaran mutlak bahwa perubahan kondisi fisik terjadi pada seorang yang usia lanjut dan sebagian besar perubahan itu terjadi ke arah yang memburuk, proses dan kecepatannya sangat berbeda untuk masing-masing individu walaupun usia mereka sama. Selain itu, bagian-bagian tubuh yang berbeda pada individu yang sama terjadi proses dan kecepatan kerusakan yang bervariasi. Misalnya, organ reproduksi lebih cepat usang dibanding organ yang lain. Karena itu, masa tua merupakan pase terakhir pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia. Hal ini menggiring penulis pada pemahaman bahwa menjadi tua adalah suatu proses alamiah dalam tubuh manusia. Umumnya, orang menyebut kelompok “lansia” sebagai orang yang sudah dewasa karena mempunyai kemampuan menghadapi tantangan fisik, psikologis, sosial, moral maupun iman.Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua lansia itu mampu menghadapi tantangan hidupnya.Karena tidak mampu menghadapi tantangan hidupnya lansia cenderung memilih jalan bunuh diri.Di Perancis kurang lebih 158 orang dari 100. 000 orang lansia di atas usia 55 tahun memilih jalan bunuh diri Sartika, Maret 1988. UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan lanjut usia, terdapat pendeskripsian bahwa lanjut usia dibedakan menjadi lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak potensial. Potensial atau tidaknya seorang yang lanjut usia sangat mempengaruhi perkembangan, baik secara fisik, mental, sosial, psikologis, bahkan iman yang dianutnya. Hal ini pun mempengaruhi timbulnya permasalahan pada setiap aspek tersebut sehingga mengakibatkan perubahan sikap dan mental dalam pemenuhan kebutuhan hidup setiap hari. Selain itu, usia pun dapat mempengaruhi perubahan fisik dan mental seorang yang lanjut usia. Semakin panjangnya usia, akan berimplikasi pada permasalahan sosial yang berkaitan dengan kondisi fisik, psikologis, sosial, ekonomi, bahkan iman dimana jumlah orang yang tergolong lansia semakin meningkat. Adapun masalah umum yang dialami oleh kaum lansia, seperti penyesuaian diri dengan perubahan fisik, masalah kesehatan; perubahan minat, baik secara pribadi maupun sosial; perubahan peran, baik dalam keluarga maupun di masyarakat.Krisis ekonomi, kesepian syndrome, minder, keinginan untuk menjadi muda kembali karena merasa ditolak dan beranggapan bahwa hidupnya sudah tidak berguna lagi, dan ketakutan menghadapi kematian juga menjadi masalah yang mendominasi kehidupan kaum lansia. Kenyataan di atas menggerakkan setiap orang, bahkan lembaga atau institusi untuk secara khusus memperhatikan kaum lansia. Perhatian kepada kaum lansia diakui secara internasional dengan disepakatinya Vienna International Plan of Action on Aging on pada tahun 1982 oleh PBB melalui Resolusi No. 45106, yang menyatakan bahwa pada tanggal 1 Oktober 1982 sebagai Hari Internasional Lanjut Usia. Perhatian dan pembinaan terhadap kaum lansia di bidang kesehatan dan sosial, sudah menjadi kesadaran publik.Hal ini terbukti dengan adanya panti-panti Werdha di seluruh Indonesia Sartika, 1988.Namun, pembinaan di bidang iman sungguh masih memprihatinkan.Bahkan, hampir setiap keuskupan dan paroki membentuk kelompok kategorial lansia, tetapi belum maksimal dalam pelaksanaannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kaum lansia di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru,Paroki Keluarga Kudus Banteng memiliki harapan untuk dapat memperoleh pembinaan, khususnya pembinaan iman, agar mereka semakin mampu menghadapi tantangan dan permasalahan yang semakin kompleks. Peran Gereja, khususnya Paroki Keluarga Kudus Banteng dalam menanggapi harapan dan keinginan kaum lansia, yakni dengan melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan khusus seperti, ziarah, rekoleksi, tugas misa koor, aktif di kelompok Legio Maria, senam pagi, serta kegiatan lainnya. Semua kegiatan tersebut tidak sepenuhnya terlaksana.Kegiatan kelompok lansia yang masih aktif sampai sekarang adalah senam pagi dan koor di Gereja.Kegiatan ini dimaksudkan agar para lansia mengisi hari-hari hidupnya dengan penuh makna dan sukacita dan siap dalam menjalani masa tuanya. Dibalik persoalan yang dihadapi oleh kaum lansia, mereka juga memiliki harapan-harapan sehingga memacu untuk terus berjuang hidup agar tidak merasa putusasa dalam menjalani masa tuanya. Adapun yang menjadi harapan para lansia secara umum adalah mereka ingin terbebaskan dari rasa sepi syndrome, dapat hidup baha gia “merasa diterima,” kematangan dalam iman, menemukan makna hidup, bisa ikut ambil bagian dalam kehidupan dan cinta kasih Allah, siap menghadapi panggilan Tuhan, penuh syukur dan bersukacita. Sisi lain, berdasarkan beberapa persoalan yang dialami oleh kaum lansia di atas, penulis merasa tertantang untuk bisa ikut ambil bagian, serta memberikan perhatian bagi mereka melalui usulan model-model pendampingan yang relevan. Hal ini diharapkan agar para lansia khususnya yang ada di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng, dapat menjalani masa tuanya dengan penuh kegembiraan dan siap menghadapi tantangan yang ada. Selain itu, apa yang menjadi harapan mereka dapat terpenuhi sehingga masa tua tidak menjadi beban namun merupakan persiapan untuk menuju kebahagiaan abadi yang patut disyukuri. Dengan demikian, judul skripsi yang diangkat oleh penulis adalah “MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG - YOGYAKARTA ”.Penulis juga ingin menghadirkan suatu metode pendampingan iman, yaitu metode katekese dengan harapan bahwa iman mereka terus tumbuh dan semakin teguh. Dengan demikian, para lansia akan lebih mudah meneima masa tuanya dan menyadari bahwa hidup ini adalah sebagai hadiah Allah. Hidup dengan segala pemberian-Nya perlu diterima dengan penuh syukur.

B. Rumusan Masalah