Permasalahan Kaum Lansia Secara Kelompok dan Pribadi

menyadari bahwa kaum lansia seperti inilah yang sangat membutuhkan perhatian dan pendampingan agar mereka bisa menikmati sisa hidup mereka dengan baik. Selain itu, kaum lansia yang tergolong memiliki tingkat ekonomi lemah atau terbatas, serta pengaruh kehidupan sosial yang menekan pun menjadi prioritas penulis dalam penulisan skripsi ini. Dengan kata lain, penulis memfokuskan perhatian pada permasalahan yang dihadapi oleh kaum lansia yang ketuaan, yang mengalami sakit, dan kendala ekonomi. Dengan demikian, penulis ingin memberikan gambaran bahwa sebelum memberikan model-model pendampingan yang relevan bagi kaum lansia, penulis ingin mendeskripsikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh kaum lansia di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru berdasarkan fokus perhatian penulis di atas. Permasalahan-permasalahan yang diangkat oleh penulis, tentunya memudahkan suatu model pendampingan yang relevan untuk dapat diterapkan.

1. Permasalahan Kaum Lansia Secara Kelompok dan Pribadi

Bagian ini akan dibahas secara khusus permasalahan yang terjadi atau dialami oleh kaum lansia di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru, paroki Keluarga Kudus Banteng, baik secara kelompok maupun pribadi. Kenyataannya bahwa program yang ada di paroki belum terlaksana dengan baik, serta kegiatan yang dilaksanakan masih terbatas. Hal ini merupakan permasalahan yang ditemukan dalam kelompok lansia. Selain itu, kaum lansia juga mengalami keterbatasan dalam hal kesehatan, usia yang semakin tua, tingkat ekonomi terbatas, dan hubungan sosial dengan masyarakat sekitar. Sedangkan permasalahan yang dialami secara pribadi, antara lain beberapa kaum lansia mengalami depresi, post power syndromeatau krisis peran dan kesepian saat kehilangan orang-orang yang mereka cintai, sakit jantung, stroke, dan sakit karena ketuaan. a. Masalah Kesehatan 1 Kesehatan lahiriah Berkaitan dengan kesehatan secara lahiriah, ada beberapa kaum lansia di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru yang menderita sakit stroke, jantung, sakit tenggorokan, dan sakit karena sudah tua rentan, sebagaimana diungkapkan responden R8 berikut: “Saya sakit stroke selama enam tahun pada bagian tangan dan kaki sebelah kiri tidak bisa digerakkan lagi” lam. 2 hal 19, brs ke-9. Hal senada diungkapkan oleh responden R11 berikut: “Saya sudah lama menderita sakit jantung, selain itu kolesterol dan diabet, sehingga tidak bisa berpergian jauh dan di rumah juga tidak boleh kerja terlalu berat”, lam. 2 hal 25 brs ke-9. Juga sebagaimana yang diungkapkan oleh responden R14 berikut: “Saya hanya sakit di kaki, tidak mampu berjalan jauh karena asam urat” lam. 2 hal 31 brs ke-10. Demikian juga dipaparkan oleh responden R9 dan R6 berikut: “Secara fisik baik, namun tiga bulan ini mengalami sakit tenggorokan sehingga tidak mampu menelan makanan padat, dari hasil pemeriksaan dokter mengatakan tidak ada penyakit khusus kemungkinan hanya terjadi penyempitan pada tenggorokan akibat sudah tua.”lam. 2 hal 21 brs ke- 9. “Saya sakit asmah, jadi kalau pagi tidak tahan dingin atau menghindarimakanan yang sifatnya gorengan ” lam. 2 hal 15 brs ke-9. Hal ini juga dipertegas oleh responden R3 dan R4 berikut: “Yah…begitulah kalau sudah tua banyak keluhan-keluhan, misalnyasusah tidur, tenaga mulai melemah, mudah sakit terkadang tekanan darah turun naik tidak stabil”lam. 2 hal 9 brs ke-9. “Kesehatan saya baik, tidak ada masalah selain kelemahan pada fisikkarena umur sudah tua ” lam. 2 hal 11 brs ke-9. Hal senada diungkapkan oleh responden R1 berikut: “Puji Tuhan sehat, paling kalau mulai pusing-pusing saya istirahat, pagi tidak keGereja. Terkadang susah tidur, kalau jam 02. 00 subuh pasti sudahbangun ”lam. 2 hal 3 brs ke-9 2 Kesehatan batiniah dan psikologis Kesehatan batiniah ini merupakan gangguan yang dialami oleh sebagian kaum lansia ketika mereka mengalami kesedihan yang berkepanjangan karena kehilangan orang yang dicintainya. Mereka mengalami depresi, stres, post power syndrome, dan berlanjut pada kesepian, seperti yang diungkapkan oleh beberapa kaum lansia berikut ini,responden R1: “masalah yang pertama itu adalah ketika bapak meninggal, dia meninggalnya tiba-tiba dan sehat. Saya merasa tidak percaya dan belum siap berpisah dengan dia. Makanya waktu itu wah…..rasanya tidak bisa dikatakan perasaan yang dialami saat itu.Sampai tiga tahun saya masih larut dan tidak bisa berbuat apa- apa.”lam. 2 hal 4 brs ke-39. Demikian halnya yang diungkapkan oleh responden R2 berikut: “Hari terakhir dokter mengatakan, kalau darahnya tidak keluar lagi bapak bisa sembuh. Tapi saat ke toilet, malah yang keluar darah segar, saya panik, kaget, khawatir, stres dan macam-macam. Dokter angkat tangan, tidak tau harus berbuat apa lagi karena penyakitnya tidak jelas. Jam 10.00 pagi kondisi suami saya mulai jelek, turun dratis, dan akhirnya meninggal ”, lam. 2 hal 7 brs ke-30. Hal senada juga diungkapkan oleh respondenR8 berikut: “Rasa sepi, bosan, putusasa itu ada dan sangat kuat waktu awal-awal sakit, namun sekarang sudah terbiasa dengan keadaan diri”, lam. 2 hal 20 brs ke-7 Pendapat ini semakin dipertegas oleh responden R11 berikut: “Keadaan saya seperti ini awalnya sempat membuat saya putusasa, tertekan, stres.Namun sekarang saya berusaha untuk menerima keadaan saya, menjaga agar tidak emosi, santai, jika sudah merasa ada yang tidak beres, saya langsung istirahat” lam. 2hal 26 brs ke-5. b. Masalah Usia 1 Usia 75-80 tahun Kaum lansia pada tahap ini masih aktif dan bisa merespon atas apa yang sedang terjadi atau terhadap situasi yang ada. Misalnya, mereka masih bisa diminta untuk berpendapat atas pemecahan suatu masalah, berusaha untuk mencari solusi yang tepat, tanggap terhadap perubahan yang terjadi dalam dirinya seiring bertambahnya usia. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh beberapa responden berikut, meski sudah tua tapi masih tetap sehat, memiliki daya ingat yang baik dan masih tetap aktif bekerja serta mengikuti berbagai kegiatan baik di rumah, lingkungan maupun paroki. Berikut dipaparkan oleh responden R10 dan responden lainnya: “Telinga dan mata juga daya ingat masih baik semua, Saya masih aktif melibatkan diri di lingkungan dan Paroki, hubungan dengan masyarakat setempat sangat baik, kompak dan akur, lam.2 hal 23 brs ke-14, 26, dan 23 Hal senada juga diungkapkan oleh responden R14 berikut: “Pendengaran masih baik, penglihatan perlu kacamata kalau daya ingat masih bagus, karena saya aktif bekerja dan membaca” lam. 2 hal 31 brs ke-17. Pendapat ini semakin dipertegas oleh responden R2 berikut: “Puji Tuhan sampai sekarang saya masih diberi kesehatan yang baik, pendengaran, penglihatan, daya ingat juga masih baik semua.Mengikuti kegiatan di lingkungan dan paroki. Selain itu saya rajin membaca apa saja, kalau menulis terkadang pakai kacamata kadang tidak. Menyibukkan diri dengan banyak kegiatan, kalau di rumah semua sudah beres karena ada Yuni pembantu saya yang mengerjakannya.Paling ya tiap pagi ke gereja, senam seminggu tiga kali dengan kelompok yang berbeda, lebih banyak di paroki karena sampai sekarang masih dipercaya menjadi Dewan Paroki.Begitulah, sampai satu hari itu tidak terasa ditambah lagi kegiatan di RT dan lingkungan”, lam. 2 hal 6 brs ke-9 dan 14, hal 7 baris ke- 15. 2 Usia 80 tahun ke atas Semakin tua orang tidak lagi mempedulikan apa yang terjadi di sekitarnya, serta perubahan yang terjadi pada dirinya. Mereka menerima begitu saja atau bersikap pasrah pada keadaan yang terjadi, tentunya juga berpasrah pada Tuhan.Sikap ini dipengaruhi oleh kedekatan relasi kaum lansia dengan Tuhan, sehingga mereka mampu berserah pada kehendak yang Ilahi. Selain itu, mereka mengalami rasa damai dan ketenangan jiwa apabila menyatu dengan Tuhan melalui doa, meditasi, mengikuti Ekaristi, renungan atau bacaan rohani lainnya. Berikut ini penjelasan yang diungkapkan oleh responden R9: “Daya ingat menurun dari biasanya karena saya malas membaca dan mudah lupa, menjalani hidup dengan sikap pasrah : Biasa saja tidak terlalu dipikirkan, semuanya dijalani apa adanya. Mengenai harapan kedepansaya sudah pasrah kalau suatu saat dipanggil menghadap Bapa, doa saya semoga anak cucu hidup baik semuanya dan bahagia” lam. 2 hal 21 brs ke-21 dan hal 22 brs ke-27. Tentang hal-hal yang ingin dicapai, responden R14 yang sama memaparkan demikian: “semuanya memang sudah diatur dengan baik oleh Tuhan”, lam. 2 hal 32 brs ke- 24. c. Masalah Ekonomi 1 Pemenuhan kebutuhan hidup Pemenuhan kebutuhan dalam keluarga merupakan hal yang utama bagi setiap orang termasuk bagi kaum lansia. Bila orang tua sebelumnya pernah bekerja di salah satu instansi pemerintah, setelah pensiun akan mendapat tunjangan khusus sebagai balas jasa yang disebut tunjangan pensiun. Namun, bila mereka tidak mempunyai pekerjaan tetap atau sebagai tenaga kerja swasta, akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Hal tersebut dialami kaum lansia yang non pegawai negeri, gaji kecil, anak-anak belum bekerja, sumber penghasilan hanya dari satu orang. Berikut ini sebagaimana yang diungkapkan oleh responden R8, selain tingkat ekonominya lemah, dia juga menderita sakit selama enam tahun. “Ekonomi kami sangat terbatas, masih tinggal di rumah kontrakan yang sangat sederhana dan tidak ada tambahan lain selain gaji bapak sebagai satpam dan anaknya. Namun dengan situasi yang ada saya tetap kuat dan pasrah, mene rima keadaan apa adanya” lam. 2 hal 19 brs ke-42. 2 Pekerjaan Pekerjaan merupakan hal dasar untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan kesejahteraan bersama. Tidak jarang kaum lansia yang masih sehat pun merasa bosan jika tidak memiliki pekerjaan. Namun, bagi kaum lansia yang menderita sakit atau karena terlalu tua, terkadang stres karena merasa bahwa dirinya sudah tidak berguna lagi bagi keluarganya. Kaum lansia yang mengalami situasi seperti ini perlu dukungan dan perhatian dari anggota keluarganya seperti suamiisteri, anak, cucu, umat di lingkungan dan paroki sehingga mereka tidak merasa sendirian dan memiliki semangat hidup. Hal ini senada dengan responden R13 berikut: “Setiap hari saya selalu ditemani oleh suami, juga waktu saya sakit dukungan dan perhatian dari keluarga sangat luar biasa. Bagi saya, kehadiran dan perhatian serta cinta mereka suami, anak, saudara merupakan obat yang paling mujarap selama proses pengobatan, sehingga saya bisa sembuh sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh dokter, ” lam. 2 hal 29 brs ke-13. Hal senada diungkapkan juga oleh responden R11 berikut: “Kondisi saya yang tidak sehat ini membuat saya merasa minder, tidak berguna untuk keluarga. Meski terasa berat namun berkat dukungan keluarga saya dimampukan untuk menerima keadaan diri apa adanya. Awalnya memang sempat memberontak karena tidak siap, sekarang sudah terbiasa dan berusaha menjaga kesehatan agar tidak mudah kambuh,” lam. 2 hal 26 brs ke-20. d. Masalah Sosial 1 Hubungan dengan keluarga Kaum lansia yang ada di wilayah Banteng Baru memiliki relasi yang baik dengan keluarganya. Meski sempat terjadi pertengkaran karena anak memilih untuk menikah beda agama, namun masih bisa diselesaikan dengan baik secara kekeluargaan. Berikut ini salah satu ungkapan dari responden R7, R10, tentang hubungan orang tua dengan keluarganya atau anak: “Masalah di dalam keluarga yang sempat membuat kecewa adalah tentang anak saya yang terakhir itu. Waktu dia sungkeman dengan orang tuannya dan bilang kalau merasa cocok dengan pacarnya yang muslim itu. Saya emosi dan binggung, karena tidak setuju dengan pilihan anak saya, tapi tidak bisa buat apa-apa karena mereka sudah dewasa dan punya kebebasan masing- masing untuk menentukan pilihan hidupnya” lam. 2 hal 18 brs ke-28. Hal yang sama juga diungkapkan oleh responden R10 berikut yang mempunyai menantu beda agama, namun ia masih mengharapkan agar anaknya bisa kembali seperti semula ikut keluarga. “Harapan kedepan yang ingin dicapai adalah semoga anak saya yang nikah beda agama bisa kembali seperti dulu lagi, kemudian hidup rukun dan bahagia.Kalau untuk anak yang pertama terserah dia, kami sebagai orang tua tidak bisa memaksa dia harus menikah biar dia sendiri yang menentukan hidupnya, menikah itu bukanlah suatu keharusan yang penting ia bahagia,” lam. 2 hal 24 brs ke-15. 2 Hubungan dengan masyarakat Kaum lansia di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru sangat terbatas jumlahnya jika dibandingkan dengan umat lain. Walaupun dalam jumlah yang minoritas, tetapi mereka sangat diterima di lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat bagaimana masyarakat setempat saling menghormati antar umat beragama, dapat bekerjasama dan menyatu dalam kelompok dan persekutuan-persekutuan.Misalnya, persekutuan ibu-ibu RT, kelompok lansia untuk mengikuti senam lansia yang diadakan setiap hari Selasa di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru. Semua kaum lansia yang diwawancarai oleh penulis mengakui bahwa relasi mereka dengan masyarakat setempat sangat baik. Berikut ini beberapa ungkapan sebagai perwakilan kaum lansia berkaitan dengan relasi antar mereka dengan masyarakat setempat secara menyeluruh, yakni Responden R7: “Hubungan dengan tetangga sekitar sangat baik, kebetulan juga di sekitar tempat tinggal saya banyak orang Katolik, namun dengan umat lainnya juga akrab satu sama lain. Kerjasama baik dalam kegiatan RT atau pertemuan ibu- ibu, arisan, senam lansia dan sebagainya”, lam. 2 hal 17 brs ke-28. Hal senada juga diungkapkan oleh responden R6 berikut: “Kebetulan di lingkunganini banyak yang Katolik, jadi enak. Umat lainnya juga baik, akur, tidak ada masalah ”, lam. 2 hal 15 brs ke-27. Pendapat ini dipertegas oleh responden R5 berikut: “Relasi kami dengan tetangga puji Tuhan sampai sekarang tetap baik, setiap bulan ada arisan RT, saling mengunjungi jika ada warga yang sakit atau terkena musibah”, lam. 2 hal 13 brs ke-30. Demikian juga diungkapkan oleh responden R8 berikut: “Hubungan dengan masyarakat sekitar sangat baik, tiap pagi atau sore sering diajak main ke tetangga supaya tidak sendiri di rumah,” lam. 2 hal 19 brs ke-29.

2. Harapan – harapan Kaum Lansia