Berbagai Bentuk Pendampingan Bagi Kaum Lansia

g. Memiliki sikap keberanian Keberanian muncul dalam perjalanan menuju situasi yang tidak dikenal. Keberanian dalam hal ini bukanlah keberanian buta, namun keberanian yang diwarnai oleh pemahaman akan pengalaman masa lalu, dan terbuka serta sensitif kepada kepercayaan orang lain untuk bertumbuh dan kepada kemampuan diri sendiri untuk mendampingi akan memberikan keberanian untuk memasuki situasi asing. Situasi asing memunculkan kepercayaan dan keberanian, semakin besar keinginan kita untuk memasuki situasi yang asing makin besar pula keberanian yang kita butuhkan dalam pendampingan.

B. Berbagai Bentuk Pendampingan Bagi Kaum Lansia

1. Devosi

a. Pengertian Devosi Haryono 2011: 18,menyebutkan bahwa istilah devosi digunakan untuk menjelaskan beragam praktek eksternal sepertidoa, himne, mengunjungi tempat tertentu dan waktu tertentu, medali, kebiasaan serta adat istiadat. Melalui devosi umat Katolik memiliki kemampuan untuk membuat sintesis kehidupan, yakni menggabungkan secara penuh antara yang illahi dan yang manusiawi, Kristus dan Maria, roh dan tubuh, persekutuan dan institusi, pribadi dan persekutuan, iman dan tanah air, akal budi dan perasaan. Haryono 2011: 18 menjelaskan dimana Gereja perlu menyadari bahwa kita mesti memberi perhatian pada bentuk-bentuk kesalehan umat dan religiusitas umat.Sejak dahulu kala, semangat hidup religius umat Kristen telah dinyatakan dalam berbagai bentuk kesalehan yang menyertai kehidupan Gereja.Bentuk yang dimaksud adalah penghormatan relikui, kunjungan tempat-tempat kudus, ziarah dan prosesi, jalan salib, Rosario, dan medali.Devosi yang telah dipraktekkan secara tulus dan dengan semangat yang menyentuh hati itu telah memberikan sumbangan besar bagi Gereja. Devosi dalam bentuk lahiriahnya dimengerti sebagai rangkaian doa, beragam praktik dan ekspresi. Namun dalam bahasa Latin devotion menggambarkan sikap internal dan berarti pula pengudusan, kepasrahan, dedikasi, kemauan dan kesiapsediaan mengungkapkan semua yang dimiliki demi pelayanan Allah.Kita mencatat dua sisi yang penting, yakni devosi eksternal rangkaian doa- doa dan devosi internal kepasrahan kepada Allah.Harapannya kedua sisi ini berjalan bersama.Artinya sikap batin internal mesti menjadi dasar dari devosi.Devosi yang dijalankan semestinya mengarah kepada kepasrahan yang mendalam dan dedikasi seutuhnya kepada Allah. Bernhard Raas sebagaimana dikutip oleh Haryono, 2011: 24 mendefinisikan devosi umat adalah beragamnama doa dan praktik-praktik yang awalnya merupakan inisiatif pribadi, kemudian diterima oleh Gereja. Tanda-tanda devosi telah bisa kita temukan dalam generasi Kristen pertama. Karena mendapat inspirasi dari tradisi Yahudi, mereka merekomendasikan doa Yesus tanpa putus. Orang Israel yang saleh memulai hidup harian mereka dengan doa dan syukur, juga ketika mengalami kedukaan. Dalam Kitab Suci PB berisi seruan-seruan akan Yesus, tanda-tanda devosi Kristologis yang diulang umat secara spontan diluar konteks liturgi seperti “Yesus, Putra Daud, kasihanilah kami,” “Tuhan, jika Engkau berkenan, Engkau bisa menyembuhkan aku”, “Tuhanku dan Allahku”, “Tuhan, ingatlah daku jika Engkau masuk ke dalam Kerajaan Surga”. b. Bentuk-bentuk Devosi Menurut Haryono 2011: 57 ada beberapa bentuk devosi yang telah ada berabad-abad lamanya, muncul karena relasinya yang baik dengan penanggalan liturgi untuk merayakan misteri Kristus, yaitu: 1 Pada masa Adven; karangan Adven dengan empat lilin, Novena Maria yang Terkandung Tanpa Noda, Novena Natal, dan sebagainya. 2 Pada masa Prapaskah, ada devosi kepada Kristus yang Tersalib, Adorasi Salib Suci, drama penyaliban Yesus, jalan salib. 3 Pada masa Paskah, devosi Kerahiman Ilahi, Novena Pentakosta. 4 Pada masa biasa kita temukan; adorasi Sakramen Maha Kudus, penyembahan Salib, devosi kepada Hati Yesus yang Maha Kudus, litani darah Kristus yang Mulia, dan sebagainya. 5 Devosi khusus kepada Bunda Maria. 6 Selain itu beberapa devosi yang telah direkomendasikan oleh Tahta Suci adalah doa Angelus, Ratu Surga, Rosario, Litani Perawan Maria yang terberkati, skapulir, medali, penghormatan kepada Santo – santa, khususnya Bunda Maria dan para martir. 7 Litani para Santo - santa, penghormatan akan barang-barang kudus, serta prosesi dan tempat - tempat ziarah. c. Manfaat Devosi Umat beriman percaya bahwa Roh Kudus menunjukkan jalan kepada Allah.Liturgi dalam Gereja merupakan salah satu jalan pengungkapan cinta dan devosi kepada Allah.Apa yang ditegaskan oleh Gereja adalah proses discernment, proses pembedaan dan penegasan bahwa devosi yang dijalankan itu, sungguh berasal dari Roh Allah sendiri dan menghasilkan buah subur bagi umat. Menurut Darminta 1995: 29 mengungkapkan beberapa manfaat devosi bagi umat, seperti: 1 Devosi itu memanifestasikan kerinduan umat akan Allah. 2 Devosi menunjukkan kesadaran mendalam akan sifat keAllahan: kebapaan, penyelenggaraan ilahi, cinta dan kehadiran yang hidup, dan sebagainya. 3 Doa dan praktek-praktek dalam devosi dapat membantu umat untuk mendalami misteri Kristus serta amanat-Nya: penjelmaan Kristus, salib dan kebangkitan-Nya, karya Roh Kudus pada setiap orang Kristen dan dalam Gereja, bahkan misteri zaman akhirat. 4 Devosi mendorong umat untuk mengamalkan keutamaan-keutamaan Injili dalam masyarakat, mendorong mereka menjadi saksi iman, rela berkorban bahkan bersikap sebagai pahlawan, bersikap sabar, memaknai arti salib dalam kehidupan sehari-hari, kian murah hari serta terbuka bagi sesama. 5 Devosi merupakan ekspresi iman yang hidup serta pengalaman religius yang intim akan Allah. 6 Devosi yang sejati mendorong orang untuk mencintai sesamanya, membangun gereja dalam persaudaraan dan persekutuan. Setelah mengetahui manfaat devosi, menurut Darminta 1995: 40 kita perlu membedakan bentuk-bentuk devosi yang benar, yakni sebagai berikut: Kriteria objektif a. Sungguh merupakan dorongan Roh Kudus. Untuk mengetahui ini, perlu dibekali pedoman pemilihan dalam Roh. Karena itu, devosi perlu mendapatkan persetujuan dari Gereja. b. Devosi itu secara objektif memang mampu memupuk transformasi manusia ke dalam Kristus, yaitu semakin menghayati rasa, persaan Yesus tidak hanya sebagai sikap batin atau keutamaan melainkan juga dalam tindakan dan pengabdian. Kriteria subjektif a. Menyentuh batin seseorang: memberikan dorongan kepada orang untuk mendekatkan diri pada Allah, mampu mengubah kebatinan seseorang. b. Devosi itu teguh berpijak pada iman yang benar, baik keyakinan maupun penghayatannya terbebas dari rasa keraguan serta keterombang-ambingan iman dalamperasaan. c. Tetap mempertahankan dan menumbuhkan sikap tanpa pamrih dalam pengabdian, hanya mau mengabdi Allah dan hidup demi kepentingan sesama. d. Penuh penyerahan diri dan tidak menjadikan kepentingan atau kebutuhan sesaat sebagai yang terpenting dari kegiatan devosional. Juga selalu mempunyai dan keprihatinan, bagaimana dapat mengabdi Allah dengan lebih baik. Berdasarkan penjelasan di atas devosi merupakan bentuk pendampingan yang relevan bagi kaum lansia. Melalui devosi mereka lebih memfokuskan diri dan semakin menyatu dengan Allah melalui doa secara pribadi maupun kelompok. Devosi mampu memupuk transformasi manusia ke dalam Kristus, hidup semakin menyerupai Yesus yang diwujudkan dalam sikap serta tindakan nyata sehari- hari.Hal ini diharapkan agar kaum lansia memiliki kematangan iman, semakin berpasrah pada kehendak Tuhan atas hidupnya dan bahagia dimasa tuanya.

2. Home Care

Home Care adalah bentuk pelayanan pendampingan dan perawatan sosial bagi lansia, yang dilaksanakan di rumah lansia itu sendiri sebagai wujud perhatian terhadap mereka.Kegiatan Pembinaan Rehabilitasi Sosial berbasis keluarga atau disebut dengan Home Care lansia ini, merupakan bentuk pendampingan dan bimbingan sosial yang dilaksanakan di rumah lansia, keluarga dan masyarakat sebagai wujud perhatian dan kepedulian terhadap penyandang masalah sosial. Maksud dan tujuan dari Program Home Carebagi kaum lansia adalah http:pkk.oganilirkab.go.id Selasa, 20Mei 2014: a. Maksud dari pelaksanaan program Home Care Maksud dari pelaksanaan program ini adalah untuk mengembangkan pelayanan sosial terhadap kaum lansia yang berada di luar panti dan berorientasi pada kebutuhan kaum lansia itu sendiri, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan bahagia. b. Tujuan Pelaksanaan Program Home Care Tujuan yang diharapkan dari pendampingan dan perawatan kaum lansia di rumah Home Care, adalah sebagai berikut: 1 Meningkatkan kemampuan para lansia untuk menyesuaikan diri terhadap proses perubahan dirinya secara fisik, mental dan sosial. 2 Pemenuhan kebutuhan dan hak lansia sehingga mampu perperan danberfungsi di masyarakat secara wajar. 3 Meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lansia dalam pendampingan dan perawatan di rumah. 4 Terciptanya rasa aman, nyaman dan tentram bagi kaum lansia, baik dirumah maupun di lingkungan sekitar. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukankan dari rumah-kerumah, didampingi oleh masing-masing pendamping yang sudah dilatih sebelumnya.Tujuan utama dari kegiatan Home Care ini adalah supaya orang tua yang sudah berusia lanjut yang tidak sempat masuk ke dalam panti dapat juga mengikuti Program Rehabilitasi Sosial di luar panti atau di rumah mereka masing- masing.“Selama ini banyak orang yang berpandangan bahwa para lansia harus dititipkan ke panti jompo untuk dirawat, tetapi sudah saatnya para lansia dirawat dirumah sendiri, karena dengan begitu akan memudahkan untuk perawatannya dan para lansia merupakan orang- orang yang berjasa bagi kehidupan kita dan harus kita hormati”. Dalam program Home Care ini, kaum lansia bisa diberi santunan dana namun dalam bentuk barang dan pelayanan kesehatan atau pendampingan lainnya, sesuai dengan keperluan mereka. Mengingat jumlah kaum lansia terus meningkat dalam setiap tahunnya, maka pendekatan melalui panti akan membutuhkan dana yang sangat besar. Oleh sebab itu perlu dikembangkan pelayanan dengan berbagai alternatif model, antara lain melalui model pendampingan dan pelayanan sosial kaum lansia di rumah atau biasa disebut dengan “Home Care ini. Bentuk pelayanan Pendampingan dan Perawatan Lansia di rumah Home Care sangat tepat untuk diterapkan dalam masyarakat Indonesia yang masih berpegang pada nilai-nilai budaya timur, sebagai wujud perhatian terhadap kaum lansia, dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga. Pelayanan kaum lansia di rumah home care sangat membantu para lansia yang mempunyai hambatan fisik, mental dan sosial, termasuk memberikan dukungan dan pelayanan untuk hidup mandiri, sehingga mengurangi beban baik dari anggota keluarga, teman, kerabat maupun tetangga yang membantu memenuhi kebutuhan mereka. Selain itu Program Home Care sangat diperlukan dalam mendayagunakan berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesejahteraan kaum lansia secara utuh.Dalam hal ini Program Home Care diharapkan dapat membantu kaum lansia mendapatkan kenyamanan dan rasa aman serta diakui keberadaannya. c. Sasaran Secara khusus lansia yang diberikan pelayanan pada Program Home Care ini, adalah mereka yang tergolong dalam: 1 Kaum lansia yang berusia 60 tahun ke atas 2 Kaum lansia yang tinggal sendiri dan lansia yang tinggal bersama keluarga baik keluarganya sendiri maupun keluarga pengganti. 3 Kaum lansia yang mengalami hambatan, seperti sakit, penyandang cacat, sangat tua dan lain-lain. 4 Kaum lansia yang terlantar atau miskin. d. Kegiatan yang Dilaksanakan Kegiatan yang dilakukan dalam program Home Care adalah: 1 Pelayanan pemberian makanan tambahan, tujuannya agar terpenuhinya kebutuhan pangan yang bernilai gizi setara dengan asupan gizi yang diperlukan. 2 Pelayanan pemeriksaan kesehatan, pengobatan ringan dan bimbingan, tujuannya agar tercapai taraf kesehatan yang memenuhi syarat untuk menjalani kehidupan sehari-hari secara wajar, baik sehat secara fisik, mental maupun sosial. e. Proses Cara PelaksanaanProgram Home Care Secara singkat proses pendampingan dan perawatan bagi kaum lansia di rumah dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Tahap Pra Persiapan a Penyiapan kerangka penyelenggaraan baik administrasi maupun teknis b Pembuatan pedoman pelaksanaan Program Home Care, pembuatan bio dataklien, dan lain-lain. c Penyusunan bahan sosialisasi termasuk di dalamnya menyusun rencana dan materi penyuluhan tentang pendampingan dan perawatan kaum lansia di rumah. d Pelaksanaan sosialisasi penentuan tempat atau lingkungan yang akan dipilih sasaranuntuk pelaksanaan program ini. 2 Tahap persiapan a Pendataan kaum lansia : pengumpulan data para lansia dilakukan dengan cara koordinasi dengan aparat setempat, keluarga dan masyarakat. b Pendataan anggotakeluarga para lansia : tempat lansia berada, termasuk tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka tentang kaum lansia, sarana dan prasarana yang dimiliki, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi. c Pendataan lingkungan : pendataan lingkungan fisik, sosial budaya dan kondisi masyarakat sekitar. d Pengolahan dan analisis datamasalah: kegiatan ini memuat pengungkapan dan pemahaman masalah, apa kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh kaum lansia di rumah, penyebab dan akibat permasalahan dan lain- lain. e Penyusunan rencara pemecahan masalah; meliputi jangka waktu pemberian bantuan, jenis bantuan yang akan diberikan, cara pelaksanaan, pendanaan, sarana dan prasarana dan lain-lain. 3 Tahap pelaksanaan Pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun sebelumnya. 4 Tahap evaluasi Tahap evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah rencana telah dilaksanakan berjalan lancar atau mengalami hambatan serta cara mengatasi hambatan tersebut. 5 Tahap terminasi Tahap terminasi merupakan lanjutan dari evaluasi untuk menentukan proses pendampingan dan perawatan dapat diakhiri atau tidak setelah diadakan pertimbangan berdasarkan hasil evaluasi atau dengan kata lain, sebagai penutupan dari rangkaian kegiatan Home Care setelah mempertimbangkan semuanya berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan.

3. Coffee Morning

Mite 2009: 251 memaparkan bahwa program ini mencoba mengumpulkan lansia pada suatu pagi untuk membangun Paguyuban Umat Beriman PUBER dalam Paroki. Mereka menjadi akrab satu sama lain. Sifatnya santai karena mereka berkumpul dan minum kopi atau teh bersama, namun serius karena ada masalah iman yang perlu dibicarakan atau dihayati. Misalnya, salah satu lansia sharing tentang orang yang dikunjunginya lansia lain. Kemudian keprihatinan atas keadaan yang dialami sesamanya itu dibahas dalam pertemuan itu, sehingga mendapat tanggapan dari peserta lain. Setelah ada beberapa pendapat yang sifatnya usulan, maka keputusan dapat ditentukan bersama dengan mempertimbangkan apa yang sebaiknya kita lakukan untuk membantu dia lansia lain. Dalam kegiatan coffee morning tersebut, pendamping bersama peserta lansia dapat menyusun program untuk penyegaran hidup beriman selanjutnya.Program tersebut dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.

4. Penerapan Metode Spritual Night Care

Salah satu alternatif yang dapat diberikan untuk peningkatan tingkat spiritual pada lansia adalah metode “Spiritual Night Care”.Tujuan program ini adalah untuk membangun tingkat spiritual pada lansia, sehingga mampu menerima perubahan yang terjadi pada diri mereka. Metode ini dijalankan dengan cara membiasakan lansia untuk mendengarkan atau membaca ayat-ayat Kitab Suci bersama, sehingga akan terbentuk ketenangan jiwa yang akan berdampak langsung pada kedekatan dengan Tuhan. Selain hal ini, kegiatan lain yang akan diterapkan pada metode ini adalah terapi doa Salam Maria atau devosi lainnya, baik secara kelompok maupun pribadi, sehingga hubungan langsung antara pasien lansia dengan Allah pun akan berlangsung dengan baik. Peran pendamping atau keluarga di sini adalah membimbing mereka dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, walaupun sebenarnya pendamping atau keluarga belum memiliki skill khusus mengenai terapi ini, paling tidak setiap orang Kristiani bisa membaca Kitab Suci dan berdoa, sehingga tidak ada alasan mengatakan tidak bisa bagi pendamping dalam membimbing dan mendampingi lansia untuk melaksanakan kegiatan ini http:web.unair.ac.idNs. Tria, Selasa, 20Mei 2014.

5. Kelompok Pendalaman Iman

Program ini pertama-tama mengajak mereka untuk peka terhadap situasi aktual yang ada di dalam masyarakat.Kemudian program ini menyoroti situasi aktual tersebut dalam terang Injil, sehingga peserta mampu mengambil sikap positif dan optimis dalam menghadapi situasi tersebut, bahkan mungkin dalam menghadapi setiap situasi Mite, 2009: 251. Sebagaimana program-program lainnya, dapat terjadi ada kaum lansia yang berada dalam kondisi khusus dan menyebabkan mereka tidak mampu untuk berkumpul.Bagi kelompok ini, pendamping perlu mencari pelayan pastoral kateketis yang cocok, misalnya dalam bentuk pastoral care atau pelayanan pribadi.

C. Pelayanan Pastoral Katekese bagi Kaum Lansia