Sikap dan Perilaku Remaja pada Masa Pubertas

anaknya, tetapi ibu merasa mereka memiliki cara yang berbeda dalam memperhatikan perilaku anak di luar rumah. c. Pengalaman yang tidak menyenangkan Ibu yang mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan di masa lalu ataupun sering mendengar pengalaman yang tidak menyenangkan yang dialami orang lain membuat ibu lebih mudah merasakan kecemasan. d. Stressor eksternal Kemunculan stressor eksternal yang berat dapat memunculkan reaksi kecemasan pada ibu. Contohnya adalah ketika ibu kehilangan pasangan hidupnya. Ibu merasa cemas dan khawatir tidak dapat mendidik dan merawat anak dengan baik karena ia harus melakukannya seorang diri. e. Kognitif Kognitif pikiran merupakan salah satu faktor pembentuk kecemasan seseorang. Persepsi termasuk bagian dari proses kognitif. Kecemasan muncul ketika seseorang mempersepsikan pikiran-pikiran yang negatif.

C. Sikap dan Perilaku Remaja pada Masa Pubertas

Hurlock 1997 menjelaskan ketika memasuki masa pubertas, remaja mengalami adanya perubahan sikap dan perilaku, diantaranya: 1. Ingin menyendiri Remaja pada masa puber mulai menarik diri dan sering bertengkar dengan teman-teman ataupun keluarganya. Pada masa ini, remaja mulai melakukan eksperimen seks melalui masturbasi. Remaja puber juga sering kali melamun dan diperlakukan kurang baik. 2. Bosan Remaja puber mulai bosan dengan permainan yang sebelumnya ia sukai, kegiatan-kegiatan sosial, tugas-tugas sekolah, dan kehidupan, akibatnya prestasi yang dicapainya menurun. 3. Antagonisme Sosial Remaja puber sering kali tidak mau bekerja sama, sering membantah dan menentang. Seiring berjalannya waktu, remaja yang berhasil melewati masa puber menjadi lebih ramah, lebih dapat bekerja sama dan lebih sabar kepada orang lain. 4. Emosi yang Meninggi Marah, murung, sedih, mudah marah dan suasana hati yang buruk merupakan ciri-ciri awal masa puber. Dengan semakin matangnya keadaan fisik, hal-hal tersebut lambat laun berkurang dan mereka sudah mulai mampu mengendalikan emosinya. 5. Hilangnya kepercayaan diri Remaja cenderung kehilangan kepercayaan diri dan takut gagal karena daya tahan fisik yang dimiliki remaja menurun dan banyaknya kritik yang datang dari orang tua maupun dari teman-temannya. Banyak remaja setelah melewati masa puber memiliki perasaan rendah diri. 6. Terlalu sederhana Perubahan fisik yang terjadi pada remaja di masa puber membuat remaja menjadi sangat sederhana dalam berpenampilan. Remaja takut orang lain berkomentar buruk terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Soesilowindradini 2006 menambahkan perubahan sikap dan perilaku remaja ketika masa pubertas, yakni: 1. Bersikap tidak tenang Pada masa pubertas, remaja mulai mencoba-coba berbagai macam hal baru yang dapat dikerjakannya dengan senang hati dan yang dapat memberikan kepuasan. Emosional remaja yang tinggi pada masa pubertas merupakan salah satu penyebab remaja memiliki sikap tidak tenang, Pertumbuhan fisik yang pesat juga memunculkan ketegangan-ketegangan yang menyebabkan timbulnya ketidaktenangan pada remaja. 2. Menentang orang-orang yang lebih berkuasa daripadanya Remaja pada masa pubertas mulai berusaha untuk menentang orang yang dikiranya menguasai mereka dan mulai terlibat konflik dengan ibu mereka. Remaja pada masa ini juga gemar membuat heboh dan seringkali dikuasai keinginan untuk membuat orang lain jengkel. D. Hubungan antara Persepsi Pola Asuh yang diberikan dan Kecemasan Ibu Bekerja yang memiliki Anak Remaja pada Masa Pubertas Ibu bekerja yang memiliki anak remaja pada masa pubertas cenderung merasakan kecemasan Nainggolan Tambunan, 2003. Pada masa pubertas banyak sekali perubahan-perubahan yang dialami oleh remaja. Perubahan perilaku pada remaja di masa pubertas seringkali menimbulkan kecemasan bagi orang tua Dariyo, 2004. Banyak faktor yang dapat menimbulkan kecemasan pada ibu bekerja. Margianti dan Basuki 2012 mengatakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan ibu diantaranya perilaku anak, keadaan fisik, pengalaman masa lalu, dan stressor eksternal. Bower dalam Gottlieb Abramson, 1983 mengatakan bahwa pikiran kognitif merupakan salah satu unsur pembentuk kecemasan seseorang, karena pikiran mempunyai hubungan dengan kecemasan seseorang. Persepsi termasuk bagian dari proses berpikir. Persepsi yang bias berhubungan dengan kecemasan Beck dkk dalam Mineka dan Thomas, 1999. Kecemasan muncul ketika seseorang memiliki pikiran-pikiran negatif karena ia sedang berada disituasi yang ambigu Atkinson, 2000. Ibu bekerja yang berpersepsi pola asuh otoriter, permisif dan uninvolved akan lebih cemas daripada ibu yang berpersepsi pola asuh otoritatif. Arifianto 2005 mengatakan jika seseorang memiliki persepsi positif terhadap sesuatu maka ia cenderung memiliki tingkat kecemasan yang rendah. Baumrind dalam Santrock, 2014 mengatakan terdapat 4 jenis pola asuh yaitu otoriter, otoritatif, permisif dan uninvolved. Keempat jenis pola asuh itu terbentuk dari 2 dimensi besar yang mendasarinya, yaitu tanggapan atau responsiveness dan kontrol atau demandingness Santrock, 2014. Persepsi ibu bekerja yang berpola asuh otoriter, cenderung memberikan kontrol dan tuntutan yang tinggi terhadap anak mereka, tetapi tidak disertai dengan responsivitas Santrock, 2014. Remaja yang diasuh dengan pola asuh otoriter cenderung memiliki kecemasan yang tinggi dan sulit untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan Santrock, 2014. Remaja juga memiliki kepercayaan diri yang rendah dan penurunan fungsi emosional Terry, 2004. Penelitian Nainggolan dan Tambunan 2013 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara hilangnya kepercayaan diri remaja dengan tingkat kecemasan ibu bekerja. Ibu bekerja merasakan kecemasan yang cenderung tinggi ketika ia mempersepsikan pola asuh otoriter yang ia berikan kepada anak. Persepsi ibu bekerja yang berpola asuh otoritatif, cenderung seimbang dalam memberikan responsivitas dan kontrol terhadap perilaku anak Santrock, 2014. Remaja yang diasuh dengan pola asuh ini juga dapat mengendalikan dirinya, tenang dan memiliki kedewasaan secara sosial maupun moral Berk, 2008. Ibu bekerja mampu memberikan pemantauan, pendisiplinan yang efektif serta memberikan dukungan-dukungan yang diperlukan remaja Santrock, 2014. Ibu bekerja merasakan kecemasan yang cenderung rendah ketika ia berpersepsi pola asuh otoritatif. Persepsi ibu bekerja yang berpola asuh permisif cenderung memberikan responsivitas tanpa disertai dengan kontrol atas perilaku anak Santrock, 2014. Remaja yang diasuh dengan pola asuh permisif cenderung bergantung kepada orang lain dan suka memberontak Berk, 2008. Remaja juga melakukan perilaku-perilaku menyimpang dan memiliki emosi yang tidak terkendali Terry, 2004 Nainggolan dan Tambunan 2013 mengatakan pada masa pubertas remaja sering kali menyendiri dan mengurung diri di rumah, sehingga ibu bekerja merasa cemas. Remaja yang sering memberontak dan memiliki emosi yang tidak terkendali menimbulkan kecemasan pada ibu bekerja. Perilaku- perilaku anak remaja tersebut berhubungan dengan kecemasan ibu Nainggolan Tambunan, 2013. Ibu bekerja mempersepsi berpola asuh permisif memiliki kecemasan yang cenderung tinggi. Persepsi ibu bekerja yang berpola asuh uninvolved cenderung tidak terlibat dalam kehidupan anak. Orang tua kurang mengontrol perilaku anak dan kurang memberikan responsivitas kepada anak Santrock, 2014. Remaja dengan pola asuh ini cenderung memiliki kemampuan sosial yang buruk, sering membuat masalah, dan kurang dapat mengendalikan emosi Berk, 2008. Ibu bekerja yang kurang memberikan simpati, perhatian dan mengasuh anak, memicu anak berperilaku menyimpang Hurlock, 1997. Perilaku negatif yang dilakukan oleh remaja seringkali membuat keonaran, keganduhan, keresahan menimbulkan kecemasan bagi ibu yang memiliki anak remaja Videback, 2008. Hasil penelitian Nainggolan dan Tambunan 2013 remaja yang tidak stabil, lebih dominan, dan menuntut kebebasan biasanya menimbulkan suatu kekacauan dan menyebabkan ibu bekerja cemas karena perubahan tersebut berdampak negatif pada dunia luar yang disebabkan emosi remaja yang tidak stabil. Melihat banyak dampak negatif yang muncul dari pengasuhan uninvolved, maka ibu bekerja yang berpersepsi pola asuh uninvolved memiliki kecemasan yang cenderung tinggi.

E. Skema Penelitian