BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan proses kreatif dari seorang pengarang, yang menghasilkan sebuah gagasan, konsep dan ide yang mengambil tema dari
masyarakat. Proses kreatif ini menjadikan masyarakat pembaca merasa bahwa karya sastra yang dibuat oleh pengarang, menggambarkan kehidupan dirinya
sendiri, walaupun gambaran kehidupan ini berdasarkan imajinasi yang dibuat pengarang. Karya sastra menyampaikan “pemahaman” tentang kehidupan dengan
caranya sendiri Budianta, 2003: 7. Dalam kenyataannya, kehidupan ini meyebabkan munculnya budaya
patriarki. Budaya partiarki ini merupakan bentuk dari diskriminasi yang diterima oleh kaum laki-laki dan kaum perempuan berdasarkan adat istiadat dan agama
Fakih, 2003:15. Budaya ini mengatakan bahwa kaum perempuan harus dikontrol oleh kaum laki-laki. Sehingga untuk melakukan sesuatu hal, kaum perempuan
harus meminta izin terlebih dahulu pada kaum laki-laki, agar mereka boleh menjalankan kegiatan atau pekerjaan mereka. A system of male authority which
oppresses women through its social, political and economic institutions sistem otoritas laki-laki yang menindas kaum perempuan melalui jalan sosial, politik dan
lembaga ekonomi Humm, 1990:159.
Novel Rembang Jingga karya TJ Oetoro dan Dwiyana Premadi ini membahas mengenai kaum perempuan yang mengalami ketidakadilan yang
diakibatkan budaya patriarki. Kaum perempuan dalam novel ini tidak hanya mengalami diskriminasi oleh adat istiadat, namun juga mengalami ketidakadilan
gender yang disebabkan oleh perbedaan pandangan mengenai gender laki-laki dan perempuan oleh masyarakat. Ketidakadilan gender ini dapat menyebabkan
terjadinya kekerasan seperti pemukulan dan serangan fisik dalam rumah tangga, dan juga menyebabkan terbentuknya pikiran-pikiran masyarakat yang
beranggapan bahwa tugas utama kaum perempuan adalah ibu rumah tangga yang setiap harinya di rumah melayani suami mereka, dan bukan bekerja. Akibatnya,
jika kaum perempuan hendak aktif untuk mengikuti sebuah kegiatan yang banyak digeluti oleh kaum laki-laki, seperti bidang politik, bisnis dan sebagainya akan
dianggap aneh atau bertentangan dengan kodrat perempuan. Budaya patriarki tidak hanya menyebabkan ketidakadilan gender dan
kekerasan gender, namun juga stereotipe gender. Sterotipe ini, membedakan kodrat dan peran antara kaum laki-laki dan perempuan. Kaum perempuan
dikategorikan sebagai yang lemah, sedangkan kaum laki-laki adalah berani Gambel, 2010:422. Hal ini berhubungan dengan gender yang digambarkan oleh
pengarang melalui karya sastra yang ia ciptakan. Gender bukanlah sesuatu yang kita dapatkan semenjak lahir dan bukan juga sesuatu yang kita miliki, melainkan
sesuatu yang kita lakukan, sesuatu yang kita tampilkan Sugihastuti dkk, 2010:4. Gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan
perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural Fakih, 2003: 8.
Konstruksi ini secara terus menerus berubah dari waktu ke waktu. Konstruksi sosial ini membedakan gender berdasarkan jenis kelamin seks dan sifat, serta
ciri-ciri khas dari laki-laki dan perempuan. Konstruksi ini menyebabkan terjadinya perbedaan pandangan dan penilaian terhadap kaum laki-laki dan
perempuan yang hingga saat ini sulit untuk diubah. Berdasarkan penjelasanan di atas, dapat disimpulkan bahwa novel
Rembang Jingga dipilih sebagai data penelitian, karena dalam novel ini membicarakan mengenai budaya patriarki yang dianut oleh masyarakat dan hal ini
dapat menyebabkan adanya stereotipe gender dan kekerasan gender terhadap kaum perempuan. Masyarakat yang masih menganut budaya patriarki
menganggap bahwa perempuan bertugas untuk mengurus rumah tangga dan kaum laki-laki bertugas mencari nafkah. Sehingga kaum perempuan harus menuruti
segala perintah yang diberikan oleh kaum laki-laki. Dalam hal ini, kaum perempuan tidak diperkenankan untuk membantah perintah yang diberikan kaum
laki-laki. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan kritik sastra feminis
untuk meneliti novel ini. Pemilihan teori ini didasarkan karena salah satu masalah yang ada dalam novel Rembang Jingga yang berkaitan dengan teori feminis.
Selain itu, diharapkan dengan menggunakan teori ini penulis dapat terbantu untuk menemukan konsepsi gender yang ada dalam novel Rembang Jingga. Untuk
menganalisis budaya patriarki terhadap tokoh perempuan yang terlihat dalam stereotipe gender dan kekerasan gender, terlebih dahulu diteliti gambaran alur,
tokoh dan penokohan, serta latar yang ada dalam novel Rembang Jingga sebagai dasar analisis.
Novel Rembang Jingga ini merupakan karangan dari TJ Oetoro dan Dwiyana Premadi dan merupakan hasil dari kompetisi menulis yang diadakan
oleh Kompas Gramedia. TJ Oetoro merupakan seorang wartawan yang lahir dan besar dan bersekolah di Jakarta. Ia pernah bekerja di beberapa media, yang
bertema wanita, gaya hidup dan properti. Setelah bertahun-tahun bergelut dalam bidang penulisan feature, ia tergerak untuk mempelajari penulisan fiksi. Melalui
kursus menulis yang diselenggarakan oleh PlotPoint, dan di mentori oleh Clara Ng. Novel Rembang Jingga ini merupakan novel kolabarasi kedua TJ, dengan
Dwiyana Premadi. Dwiyana Premadi adalah penulis yang lahir di Surabaya, namun banyak
melalui masa sekolahnya di Jakarta. Dwiyana mengawali kariernya dengan bekerja di berbagai perusahaan konsultan teknik dan periwisata. Dwiyana
menggeluti dunia sastra sejak usia muda dan menguasai beberapa bahasa sehingga mempermudah dirinya untuk melakukan perjalan ke banyak tempat dan mengenal
sosial budaya tempat – tempat tersebut.
1.2 Rumusan Masalah