Selain itu, pada tahapan awal, konflik masalah-masalah yang dihadapi tokoh perlahan-lahan dimunculkan Nurgiyantoro, 2009:142-145.
Tahap tengah menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin
menegangkan. Konflik yang dikisahkan merupakan konflik yang terjadi pada diri seorang tokoh, konflik internal, konflik eksternal, pertentangan antar tokoh
Nurgiyantoro, 2009:145. Tahap akhir atau klimaks, merupakan bagian penyelesaian yang ada dalam
sebuah cerita. Dalam bagian ini, diceritakan mengenai akhir dari sebuah novel. Penyelesaian sebuah cerita dapat dibedakan menjadi dua yaitu penyelesaian
terbuka dan penyelesaian tertutup. Penyelesaian tertutup menunjuk pada keadaaan akhir sebuah karya fiksi yang memang sudah selesai, sudah habis sesuai dengan
tuntutan logika cerita yang dikembangkan. Sesuai dengan logika cerita itu, para tokoh cerita telah menerima “nasib” sebagaimana peran yang disandangnya.
Sedangkan penyelesaian terbuka menunjuk pada keadaan akhir sebuah cerita yang sebenarnya masih belum berakhir. Berdasarkan tuntutan dan logika cerita, cerita
masih potensial untuk dilanjutkan, konflik belum sepenuhnya diselesaikan. Tokoh-tokoh cerita belum semuanya d
itentukan “nasib”-nya sesuai dengan peran yang diembannya Nurgiyantoro, 2009: 145-148.
1.6.1.2 Tokoh dan Penokohan
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik
sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, selain itu tokoh utama menjadi tokoh yang mendominasi sebagian besar cerita. Sedangkan tokoh
tambahan adalah tokoh yang paling sedikit muncul dalam cerita, dan tidak dipentingkan keberadaannya. Kehadirannya hanya ada pada saat tokoh utama
diceritakan terkait dengan tokoh utama, baik secara langsung maupun tidak langsung Nurgiyantoro, 2009 : 176.
Tokoh utama akan dibedakan menjadi dua, yaitu protagonis dan anatagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu
jenisnya secara popular disebut hero. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, pembaca
Nurgiyantoro, 2009 : 178. Selain itu, tokoh protagonis merupakan tokoh yang pertama-tama akan menghadapi masalah dan juga sebagai penggerak alur. Tokoh
antagonis merupakan tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung maupun tidak langsung, bersifat fisik maupun batin Nurgiyantoro, 2009
: 179. Tokoh antagonis juga merupakan penyebab masalah yang menimpa tokoh protagonis.
Perwatakan orang dalam karya naratif dan drama, yang mencakupi pemberian sifat-sifat tertentu, baik secara langsung melalui deskripsi maupun
secara tidak langsung melalui kata-kata dalam penampilan tokoh Budianta, 2003 : 186.
1.6.1.3 Latar
Latar merupakan tempat dan hubungan waktu tempat terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan Abrams dalam Nurgiyantoro, 2009 : 216. Latar
memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang
seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat,
waktu dan sosial. Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin
berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas Nurgiyantoro, 2009 : 227.
Latar waktu berhubungan dengan ma salah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat
dikaitkan dengan peristiwa sejarah Nurgiyantoro, 2009 : 230. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang
cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang
tergolong latar spiritual Nurgiyantoro, 2009:233.
1.6.2 Kajian Feminisme