BAB II ALUR, TOKOH, PENOKOHAN, DAN LATAR
DALAM NOVEL REMBANG JINGGA
2.1 Pengantar
Pada bab ini, peneliti akan membahas struktur novel Rembang Jingga yang akan dibatasi pada alur, tokoh dan penokohan, serta latar. Bagian alur
digunakan oleh penulis untuk mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang tersusun dalam novel tersebut. Tokoh dan penokohan digunakan penulis untuk
mengungkapkan tokoh-tokoh serta watak dari tokoh-tokoh dalam novel Rembang Jingga karya TJ Oetoro dan Dwiyana Premadi. Latar digunakan penulis untuk
mengungkapkan konteks tempat kejadian dan suatu masa yang dialami oleh tokoh dalam novel.
2.2 Alur
Alur dalam novel Rembang Jingga akan dibagi menjadi tiga tahap, untuk menjelaskan konflik yang terjadi dalam novel ini. Ada pun tiga tahapan itu adalah
tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir. 2.2.1
Tahap Awal Ires berkenalan dengan Herlambang suaminya pada saat ia mengantar
ayahnya ke sebuah klinik untuk berobat. Herlambang, yang sedang menemani
ibunya, duduk di hadapan Ires. Ternyata ayah Ires dan ibu Herlambang adalah teman satu kantor di Departemen Kesehatan, tempat ayah Ires dulu bekerja. Sejak
itu, Herlambang dan Ires sering bertemu. Ires merasa sangat bahagia karena dapat berkenalan dengan Herlambang yang sangat sopan dan dapat dibanggakan di
depan teman-temannya.
2.2.2 Tahap Tengah Perkenalan Ires dan Herlambang berlanjut hingga ke pernikahan, karena
ayah Ires tidak mampu untuk membiayai sekolahnya akibat kecelakaan sepeda motor yang menyebabkan ayah Ires harus pensiun dini. Setelah menikah, ternyata
Herlambang tidak memberikan kasih sayang seperti pada saat mereka berpacaran. Herlambang bahkan memukuli Ires, dan tidak megizinkan Ires untuk pergi ke
mana pun tanpa sepengetahuan Herlambang. Ires pun tidak diizinkan melanjutkan kuliah. Diar, sahabat Ires yang mengenalnya di warung makan tempat Ires
membeli pecel lele, yang mengetahui kondisi Ires yang setiap hari dipukuli oleh Herlambang, mengajak Ires untuk kabur dari rumahnya. Diar merasa kasihan
dengan nasib Ires yang semakin hari semakin memprihatinkan. Saat Ires menginap di kos Diar, Diar mendapat kabar buruk. Ayahnya
meninggal dunia, dan tidak ada yang mengurus pemakaman. Karena takut hal buruk menimpa Ires, Diar lalu mengajak Ires untuk pergi ke Rembang
menemaninya. Sebenarnya Diar merasa ragu apakah keputusannya untuk pulang dan mengurus pemakaman ayahnya sudah benar atau sebaliknya. Karena selama
ini, ayahnya selalu membuat hidup Diar menjadi susah. Sugeng, ayah Diar pernah
mejual Diar demi keinginanya untuk membeli peralatan tambal ban bekas milik tetangga warung mereka. Tidak hanya sekali, Sugeng pun pernah menjajakan
anaknya untuk pelanggan warung mereka yang adalah supir-supir truk yang berhenti untuk mengisi perut. Namun, karena Mbahnya yang meminta Diar untuk
pulang, akhirnya Diar bersedia untuk pulang ke Rembang. Di Rembang, Ires bertemu dengan teman-teman baru. Mereka adalah
Karina dan Amanda. Amanda sudah tidak asing lagi bagi Diar karena Mbah Karto, nenek Diar pernah bekerja di rumah Amanda cukup lama dan Diar juga
pernah tinggal di rumah Amanda untuk membantu Mbah Karto bekerja di sana. Karina adalah sahabat dekat Amanda sejak mereka kecil. Bahkan sebelum Karina
mengenal Dodi, pacarnya yang meninggalkan Karina yang tengah mengandung anak mereka. Mereka berempat bertemu ketika mereka sama-sama berada di
rumah Mbah Karto, nenek Diar di Rembang. Pertemuan mereka di Rembang tercium oleh Herlambang. Tanpa aba-aba, Herlambang pun langsung memulai
rencana yang telah disusunnya untuk membalaskan dendam pada Ires. Malam hari saat mereka sedang beristirahat, Herlambang mengitari rumah Mbah Karto, untuk
menyiramkan bensin. Setelah seluruh bensin habis, ia pun mulai menyalakan api dan membakar rumah Mbah Karto.
Setelah kebakaran yang menimpa mereka, Diar akhirnya memiliki inisiatif untuk membujuk Ires agar ia mau bercerita pada teman-teman yang lain. Diar
mengetahui bahwa Karina adalah wanita karier yang sangat sukses, dan pasti memiliki koneksi dengan pengacara-pengacara handal. Ia meminta Ires untuk
bercerita pada Karina dan Amanda mengenai masalah keluarganya, agar
permasalahan rumah tangga Ires dan Herlambang dapat segera selesai. Dengan bantuan teman-temannya, proses perceraian Ires dan Herlambang sedikit demi
sedikit mulai selesai. Ia akhirnya bisa bebas dari Herlambang. Sambil menanti proses perceraian ia, Amanda, Karina, dan Diar mendirikan sebuah yayasan yang
terispirasi oleh kisah Ires yang menjadi korban KDRT.
2.2.3 Tahap Akhir Pada saat persiapan pembukaan yayasan mereka, tiba-tiba Herlambang
menelepon Ires untuk menyelesaikan penjualan rumah mereka. Herlambang mengajak Ires untuk bertemu di Rembang, untuk menyelesaikan semua masalah
mereka. Ketika mereka bertemu, Herlambang tampak sangat berbeda. Ia terlihat sangat baik dan sopan, seperti pada saat mereka pertama kali bertemu. Tidak ada
kata-kata kasar, dan juga pukulan yang biasanya diterima oleh Ires. Ires mengira Herlambang telah berubah. Tetapi sikap baik Herlambang pada Ires memiliki arti
lain. Saat di akhir cerita Ires ditemukan tewas oleh warga yang sedang mengambil peralatan pancing di gubuk tambak di Rembang. Warga menemukan mayat Ires
tiga hari kemudian setelah pertemuannya dengan Herlambang. Wajah Ires tidak dapat dikenali lagi, akibat pukulan yang diterimanya. Hal ini menjadi bukti bahwa
Herlambang yang telah membunuh Ires pada saat mereka bertemu di dekat tambak di Rembang.
2.3 Tokoh dan Penokohan