2.3 Tokoh dan Penokohan
Berdasarkan analisis alur, tokoh dan penokohan akan dibagi menjadi tiga yaitu tokoh utama protagonis, tokoh utama antagonis dan tokoh tambahan. Tokoh
utama protagonis dalam novel RJ ini adalah Ires, sementara tokoh utama antagonis adalah Herlambang. Tokoh tambahan dalam novel ini adalah Karina,
Diar, Amanda, Sugeng dan Dodi.
2.3.1 Tokoh Utama Protagonis Berdasarkan analisis, tokoh Ires merupakan tokoh utama protagonis dalam
Novel Rembang Jingga. Sebagai tokoh utama protagonis, tokoh Ires merupakan tokoh yang diutamakan ceritanya dan merupakan tokoh yang paling banyak
diceritakan, serta selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Ia juga merupakan tokoh yang sering menghadapi banyak permasalahan.
2.3.1.1 Penokohan Tokoh Ires Berdasarkan analisis, Ires merupakan tokoh utama dalam cerita ini yang
menjadi korban kekerasan gender oleh suaminya. Sebelum memutuskan untuk menikah dengan Herlambang, Ires pernah mengenyam pendidikan di Akademi
Administrasi. Namun di tahun kedua Ires harus rela berhenti sekolah akibat ayahnya mengalami kecelakaan sepeda motor yang mengakibatkan ayahnya harus
berhenti bekerja. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut. Di tahun kedua Ires bersekolah di Akademi Administrasi, ayah
Ires mengalami kecelakaan sepeda motor yang mengakibatkan dia harus berhenti bekerja dan mengambil pensiun dini. Uang pensiun
dan hasil penjualan di warung depan rumah hanya cukup untuk
kehidupan sehari-hari. Dengan berat hati suami-istri Soenaryo menyampaikan hal tersebut pada Ires Oetoro, 2015: 70.
Herlambang yang mendengar cerita dari Ires bahwa ayahnya tidak dapat membiayai Ires sekolah lagi, langsung mengajak Ires untuk menikah. Awalnya
Ires merasa ragu, karena semakin dekat hubungan mereka, semakin terlihat sifat Herlambang yang yang kasar dan sering memarahi Ires, terutama ketika Ires
sedang berkumpul dengan teman-temannya. Namun, Ires menepis semua keraguannya atas Herlambang.
Ires memberitahu orangtuanya mengenai lamaran Herlambang. Orangtua Ires langsung menyetujui pinangan Herlambang, mengingat pekerjaan
Herlambang yang stabil sebagai jaksa muda. Mereka langsung membayangkan kehidupan putri mereka yang serba enak dan tidak kesusahan. Namun
kenyataannya, Ires justru hidup sengsara. Ia diperlakukan seperti budak oleh Herlambang. Bila Herlambang tidak menyukai pekerjaan yang dilakukan Ires,
Herlambang akan memukul dan memarahi Ires. Semakin hari Herlambang semakin mengekang Ires. Semua kegiatan
dimonitor dan dicuriagi. Dia bisa menelepon Ires di rumah beberapa kali dalam sehari hanya untuk mengecek istrinya ada di rumah atau tidak. Namun, ketika
Herlambang diangkat menjadi asisten jaksa, Herlambang tidak bisa secara langsung datang ke rumah atau pun menelepon Ires. Hal tersebut dapat dilihat dari
kutipan berikut. Pada awalnya, Herlambang sering pulang untuk makan siang,
namun sejak dia diangkat sebagai asisten jaksa, sulit baginya untuk mengecek Ires secara langsung Oetoro, 2015: 71.
Tokoh Ires dapat disimpulkan sebagai tokoh perempuan yang lemah lembut dan memiliki sikap nrimo atau menerima semua keadaan yang menimpa dirinya.
Hal ini dibuktikan ketika ayahnya harus pensiun dini karena kecelakaan kerja yang menimpa ayahnya. Ires dengan sabar menerima kenyataan yang harus
menimpanya. Dengan sikapnya yang seperti ini, Ires dianggap lemah tidak mampu untuk melawan kekerasan yang dilakukan oleh suaminya kepadanya. Ires
tahu jika ia melawan pukulan-pukulan yang diberikan Herlambang pada dirinya, maka Herlambang akan lebih menjadi-jadi dan semakin nekat untuk memukuli
Ires. Tidak hanya pukulan-pukulan saja, Ires juga sering menerima makian dari suaminya.
2.3.2 Tokoh Utama Antagonis Berdasarkan analisis, Herlambang merupakan tokoh antagonis dalam novel
Rembang Jingga. Tokoh Herlambang menjadi tokoh antagonis, karena beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung maupun tidak langsung, bersifat fisik
maupun batin Nurgiyantoro, 2009 : 179. Tokoh antagonis juga merupakan penyebab masalah yang menimpa tokoh protagonis.
2.3.2.1 Penokohan Tokoh Herlambang Herlambang adalah suami dari Ires. Pada awal pertemuan, Herlambang
yang memiliki paras yang menawan, bersikap baik dan sopan pada Ires dan keluarganya. Wajah tampan Herlambang membuat Ires merasa bangga jika
berjalan berdampingan dengan Herlambang di depan teman-temannya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.
Ada rasa bangga pada diri Ires jika membanyangkan dia terlihat berjalan bersama Herlambang di mata teman-teman sekolahnya.
Wajah Herlambang yang tampan, gagah dengan kemeja dan dasi, ditambah tindak tanduknya yang sopan serta terlihat selalu
melindungi Ires Oetoro, 2015: 70.
Selain wajah Herlambang yang sangat menawan, kedudukannya sebagai jaksa muda membuat ayah dan ibu Ires menyetujui pernikahan Ires dan
Herlambang. Dengan kedudukannya sebagai jaksa muda mereka merasa kehidupan anak mereka akan menjadi lebih baik dan calon menantu mereka akan
memperbolehkan Ires untuk melanjutkan sekolah yang terputus. Namun perjalanan waktu, sikap Herlambang berubah. Rasa hormat Ires
padanya berubah menjadi rasa takut. Herlambang sering memukul dan mencaci Ires. Apalagi saat Ires melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
keinginannya. Saat Ires kabur, ia mencari Ires sampai menyusun rencana untuk membalas dendam pada Ires karena sudah berani untuk kabur dari rumahnya. Hal
tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut. Memang benar, Herlambang tidak menemukan siapa-siapa di
rumah saat dia pulang kantor. Dalam hati dia sudah merencanakan untuk memberi Ires hukuman karena pergi tanpa pamit
kepadanya. Beberapa bulan berlalu sejak Ires kabur. Herlambang tidak pernah berhenti mencari dan pencarian itu menjadi obsesi
barunya Oetoro, 2015: 90.
Herlambang yang meminta tolong tukang ojek yang sering “mangkal” di dekat warung tempat Diar berjualan, untuk mencari keberadaan Ires. Tukang ojek
itu menyetujui tugas baru yang harus diembannya asalkan ia menerima imbalan
yang setimpal. Herlambang pun menyetujuinya. Tukang ojek itu pun mencari tahu keberadaan Ires dan akhirnya ia menemukan keberadaan Ires di Rembang. Tukang
ojek itu memberikan kabar baik bagi Herlambang. Tak lama setelah itu, Herlambang sudah berada di Rembang untuk membalaskan dendamnya pada Ires.
Pada malam yang sudah ditentukan, Herlambang melancarkan rencananya. Ia menanti waktu malam hari agar tidak dicurigai oleh warga sekitar rumah
tempat Ires dan teman-teman barunya berkumpul. Setelah Herlambang menyiram bensin kesekeliling rumah Mbah Karto, ia mulai menyalakan api. Tak lama
kemudian rumah yang terbuat dari kayu itu mulai terbakar. Pemandangan itu membuat Herlambang menjadi puas. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada
kutipan di bawah ini. Matahari terbenam merupakan saat yang tepat untuk mengendap-
endap menyiram bensin di sekeliling rumah. Tidak akan ada yang melihat. Mata Herlambang bersinar mengikuti gerakan api yang
berkobar. Dilihatnya Ires pontang-panting berusaha memadamkan karyanya. Sengaja ia menampakkan diri agar Ires bisa melihatnya,
agar Ires bisa merasakan penderitaannya, agar Ires bisa menyesali perbuatannya telah meninggalkannya dirinya, agar Ires bisa
merasakan semua itu sebelum dia perlahan mati terbakar. Herlambang menyaksikan rumah Mbah Karto menyala, berlomba
mewarnai malam Rembang Oetoro, 2015: 104.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh Herlambang memiliki paras yang sangat tampan dan sangat menawan. Ia pun memiliki sikap
yang sangat baik dan sopan terhadap Ires dan keluarganya. Namun, semakin hari sikapnya semakin berubah. Herlambang mulai menunjukkan sikapnya yang
sebenarnya.
Setiap Herlambang merasa kesal. Ia pasti melampiaskan kekesalannya pada Ires dengan memarahi dan memukulinya. Tetapi, dalam novel Rembang Jingga
ini tidak digambarkan alasan mengapa Herlambang memiliki sikap yang kasar terhadap istrinya, Ires. Hal ini cukup mengecewakan, karena pembaca tidak bisa
mengetahui alasan yang menyebabkan sikap Herlambang yang tadinya sangat baik, menjadi kasar dan temperamental.
2.3.2 Tokoh Tambahan dalam Novel Rembang Jingga Tokoh tambahan merupakan tokoh yang lebih sedikit muncul dalam cerita
dan tidak terlalu dipentingkan. Kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung. Tokoh tambahan
biasanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita Nurgiyantoro, 2009 : 176-177. Berdasarkan analisis, tokoh tambahan dalam novel RJ ini adalah
Karina, Diar, Amanda, Sugeng dan Dodi.
2.3.2.1 Tokoh dan Penokohan Karina Karina adalah teman baru Ires, yang membantunya mencari pengacara
untuk perceraian Ires. Karina yang memiliki banyak kenalan pengacara langsung menanyakan pada salah satu temannya. Dan temannya itu pun bersedia untuk
membantu menyelesaikan masalah Ires. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di bawah ini.
Menurut pengacara yang saya ceritakan tadi, pada dasarnya proses perceraian bisa dilaksanakan walau Herlambang sedang terlibat
dalam proses hukum lain. Lalu dengan adanya kekerasan dalam rumah tangga, permintaan Ires untuk bercerai biasanya akan
dikabulkan oleh hakim. Jadi, sekarang ini kita bereskan apa yang harus dikerjakan di tempat ini, terutama yang berhubungan
dengan polisi. Setelah itu, sambil menunggu pra persidangan dilaksanakan, kita semua bisa ke Jakarta. Ires bisa bertemu dengan
Darma Oetoro, 2015: 143.
Karina merupakan wanita karier yang cukup sukses. Namun ternyata ia memiliki masa lalu yang cukup kelam. Ia memiliki anak dari hubungan dengan
mantan kekasinya. Walaupun ia telah menikah dengan orang lain, namun keluarganya, terlebih ayah dan ibunya, hingga saat ini belum bisa menerima
Kukuh anak Karina dalam kehidupan mereka. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Karina masih kelihatan tegar, namun Amanda tahu bagaimana terpuruk hatinya menghadapi orangtuanya yang belum juga mau
menerima Kukuh sepenuh hati sebagai cucu mereka. Kehamilan Karina yang di luar dugaan mengubah semuanya. Mereka seperti
menutup semua pintu pergaulan, malu dengan kondisi anaknya dan takut dihujat Oetoro, 2015: 108-109.
Orang tua Karina mengetahui kehamilan Karina sebelum putri mereka kembali ke Amerika. Karina menceritakan dengan jujur apa yang terjadi dan
mengutarakan keinginannya untuk merawat anak yang ada dikandungannya. Dengan berita kehamilan tersebut, kebanggan atas prestasi putri tunggal
mereka kandas begitu saja dan Karina dianggap mempermalukan mereka. Walau dengan seribu juta permintaan maaf, mohon pengampunan, Karina dibiarkan
sendiri menghadapi masalahnya. Nasib Karina masih beruntung karena adanya Roger, bosnya di Amerika yang mau menikahinya dan menganggap bayi yang
dikandungannya itu anaknya sendiri. Walaupun mereka akhirnya menikah, namun Roger akhirnya meninggalkan mereka selama-lamanya karena sakit yang
dideritanya. Setelah kematian Roger, Karina pun mulai berubah. Ia mulai menjadi lebih tegar dalam menghadapi setiap masalah yang dihadapinya bahkan
masalahnya dengan kedua orangtuannya yang hingga saat ia menikah dengan Roger belum terselesaikan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Karina adalah tokoh yang sangat tegar dalam menghadapi permasalahan di kehidupannya. Pada awalnya
Karina merasa sangat sedih karena orang tuanya tidak menerima keadaannya yang mengandung anak hasil dari hubungan gelap dengan Dodi pacarnya. Namun,
dengan adanya Roger, Karina mulai berubah menjadi lebih tegar. Dukungan dari Amanda, sahabatnya juga menjadi obat mujarab yang membuat Karina menjadi
kuat dan lebih semangat menjalani hari-harinya.
2.3.2.2 Tokoh dan Penokohan Diar Diar adalah seorang gadis asal Rembang yang dijual oleh ayahnya demi
memperbaiki ekonomi keluarga mereka. Namun, uang hasil penjualan dirinya tidak pernah sampai ditangan Diar. Pada awalnya Diar menolak permintaan
ayahnya. Namun, ketika Diar menolak permintaan ayahnya, ia selalu memukuli Diar tanpa ampun. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di bawah
ini. Tak peduli lagi Sugeng dengan keberatan Diar yang sepulangnya
dari hotel kusam itu langsung mandi lama sekali di dalam MCK. Meskipun waktu itu sudah menjelang tengah malam. Diar merasa
jijik, kotor dan hina. Disabuninya tubuhnya berkali-kali. Juga rambutnya, semuanya. Mandi lagi dan mandi lagi terus menerus
Oetoro, 2015: 62.
Tak tahan dengan perlakuan ayahnya, Diar memutuskan untuk melarikan diri. Namun, ia tak berani untuk keluar dari rumahnya. Karena setiap ia berpikir
untuk keluar dari rumah, pada malam hari ia selalu bermimpi buruk. Tertangkap oleh ayahnya pada saat kabur dari rumah. Suatu ketika, dewi fortuna sedang
berpihak padanya. Pada saat Diar dan ayahnya akan pergi ke pasar, mendadak ada orang yang meminta tolong untuk menambal ban. Kemudian ayah Diar meminta
Agus, tetangga mereka untuk mengantar Diar ke pasar. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di bawah ini.
Pasar di hari pasar tentu saja ramai. Diar sibuk kesana kemari membeli bahan makanan sesuai daftar belanjaan yang tertulis
dikertas. Sulitnya, Agus mengikuti terus ke mana Diar pergi. Nanti pasti ada kesempatan. Setelah selesai belanja, Agus
mengambil motor di parkiran dan menyalakan mesin. Saat itulah Diar kabur setelah berkata pada Agus bahwa ada bahan makanan
yang tertinggal Oetoro, 2015: 67-68.
Diar akhirnya berhasil kabur dari rumahnya dan sampai di kota Tegal. Di sana ia bertemu dengan pak Kasan pemilik warung makan tegal, yang akhirnya
membawanya ke Jakarta untuk menjadi karyawan di cabang warung makan tegal miliknya. Kaburnya Diar, mempertemukannya dengan Ires. Pada awal pertemuan
Ires dan Diar hanya berbincang-bincang biasa antar penjual makanan dan pembeli. Lama kelamaan Ires menceritakan semua permasalahannya. Hingga Diar
mengajak Ires untuk kabur dan tinggal sementara di kontrakkannya. Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa tokoh Diar adalah tokoh yang
digambarkan berani untuk mengambil resiko. Walau pun awalnya ia tidak berani untuk keluar dari rumah yang sudah membuatnya menjadi menderita, akhirnya ia
memberanikan diri untuk kabur dan memulai hidup baru. Diar juga digambarkan sebagai tokoh yang kuat dan sabar menghadapi cobaan yang sedang diterimanya.
2.3.2.3 Tokoh dan Penokohan Amanda Amanda memiliki seorang saudara perempuan yang bernama Linda. Linda
adalah kebanggan keluarga mereka, dengan prestasi dan kemampuan yang ia miliki. Namun, sejak kabar kematian Linda akibat over dosis narkoba, orang tua
Amanda menjadi kecewa pada Linda. Hingga saat pemakamannya tidak ada satu pun dari orangtua mereka yang hadir kecuali Amanda. Amanda dengan tegar terus
menerus meminta agar orang tuanya bisa memaafkan Linda. Namun, kedua orang tuanya, terutama ayahnya belum bisa memaafkan Linda hingga ia dimakamkan.
Sampai pada saat Karina diminta datang untuk mengemasi barang-barang Linda, ia menemukan diary Linda, yang membuka sebuah cerita yang sudah lama
dipendam oleh Linda. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di bawah ini.
Tapi ada satu buku yang bertulisan rapih dan diisi penuh. Karina mengurungkan niatnya menutup diary itu. Dengan duduk di lantai
bersandar di kaki tempat tidur, Karina tak bisa menahan diri untuk terus membaca isinya. Tulisan kak Linda sangat menarik. Di situ
tercurah perasaan hati Linda tentang kehidupannya, tentang keluarganya, dan banyak perasaanya kepada adiknya Amanda
Oetoro, 2015: 33.
Mendengar bahwa Karina menemukan buku diary Linda, Amanda dan Karina memutuskan kembali ke Rembang, tempat masa kecil mereka untuk
mencari jawaban dari permasalahan Linda. Mereka menuju rumah Mbah Karto pengasuh Amanda dan Linda pada saat mereka masih kecil. Mereka menemukan
jawaban bahwa Linda merasa cemburu dengan Amanda yang tidak pernah dipaksa oleh orang tua mereka untuk selalu berusaha mendapatkan nilai yang
terbaik. Mbah Karto juga menjelaskan jika dulu Amanda adalah anak sangat penurut dan patuh terhadap kedua orang tuanya, sebaliknya Linda menjadi anak
yang pembangkang. Kesimpulan dari pernyataan di atas adalah tokoh Amanda digambarkan
sebagai anak yang tegar dan memiliki keinginan yang tinggi untuk membuat kedua orang tuanya memaafkan kesalahan kakaknya, Linda. Ia pun sampai pergi
ke Rembang untuk mencari akar dari permasalahan yang menimpa kakaknya dan akhirnya membuat Linda terjerumus narkoba. Ia juga digambarkan sebagai anak
yang patuh terhadap nasehat yang diberikan orang tuanya.
2.3.2.4. Tokoh dan Penokohan Sugeng Sugeng ayah Diar dan mereka tidak pernah dekat, seperti hubungan ayah
dan anak pada umumnya. Ini disebabkan karena sejak kecil Diar sudah dirawat oleh Mbah Karto, nenek Diar. Diar mulai tinggal dengan kedua orang tuanya saat
Sugeng memerlukan batuan Diar untuk membantu pekerjaan mereka di warung. Pada awalnya Diar mengira ia akan membatu pekerjaan ibunya di dapur. Namun
kenyataannya, Diar malah dijadikan pekerja seks oleh ayahnya sendiri. Semenjak saat itu, Diar mulai membenci Sugeng. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada
kutipan di bawah ini. Mulanya Diar mengira akan dibutuhkan di warung itu untuk
membantu si Mbok bekerja, tidak tahunya dia juga dipekerjakan sebagai PSK Oetoro, 2015: 63.
Pada saat Diar mengeluhkan hal yang menimpanya, Sugeng lalu menampar pipi Diar dengan kekuatan seorang laki-laki yang biasa hidup di desa. Diar tidak
bisa melakukan apa-apa, selain menangis. Dari hasil menjual anak semata wayangnya itu, Sugeng dapat membeli peralatan tambal ban, yang dibeli dari
tetangga mereka yang sudah meninggal dunia. Namun, uang hasil menjual Diar tidak pernah sampai ke tangan Diar.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah Sugeng merupakan tokoh yang tega menjual anaknya sendiri demi mencapai apa yang
diinginkannya. Ia digambarkan sebagai ayah yang keras dan teguh pada pendiriannya. Tidak ada yang bisa mengubah keputusan yang telah diambil oleh
Sugeng, bahkan istrinya sendiri. Dengan sikapnya yang seperti ini, ia cukup ditakuti oleh anak dan istrinya. Mereka tidak ingin mendapatkan masalah jika
berurusan dengan Sugeng.
2.3.2.5. Tokoh dan Penokohan Dodi Dodi adalah mantan pacar Karina sekaligus ayah kandung dari Kukuh.
Dodi pada awalnya digambarkan sebagai laki-laki yang tidak bertanggungjawab, atas kehamilan yang terjadi pada Karina. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan
pada kutipan di bawah ini. Karina baru menyelesaikan masa magangnya di New York. Dia
mendapat libur dua bulan untuk berlibur di Indonesia sebelum nantinya kembali ke Amerika bekerja di perusahaan yang sama.
Masa-masa indah itu ternyata berakhir penuh duka dan Dodi pergi meninggalkannya tanpa jejak, tanpa pesan setelah diberitahu
adanya buah hasil hubungan mereka Oetoro, 2015: 111.
Setelah bertahun-tahun, Karina dan Dodi akhirnya bertemu. Pertemuan mereka terjadi akibat kecelakaan yang menimpa Kukuh. Dodi datang untuk
memberikan bantuan darah bagi Kukuh. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, ada perasaan menyesal terhadap sikapnya belasan tahun lalu yang meninggalkan
Karina serta bayi yang dikandungnya. Ia merasa malu atas sikap pengecutnya terhadap Karina dan dirinya sendiri. Dia bersyukur dengan kehidupan Karina yang
mapan, tetapi hatinya pun ikut merasakan hancurnya perasaan Karina yang juga ditinggalkan suami, ayah angkat dari anaknya. Pernyataan tersebut dapat
dibuktikan pada kutipan di bawah ini. Dodi bisa merasakan kesedihan dan kehilangan yang sama karena
pada tahun-tahun tersebut dia juga sedang terpuruk sebab bangkrut
saat Amelia,
putrinya, menderita
leukimia. Pengobatannya mahal, menguras seluruh tabungan dan harta
benda kaluarganya. Lalu Amelia meninggal, disusul rumah tangganya yang hancur berantakan. Anak meninggal dunia karena
sakita, kondisi keuangan yang morat-marit dan kemudian Rahmi, istrinya, menggugat cerai Oetoro, 2015: 116.
Dodi digambarkan sebagai tokoh yang memiliki hidup yang bebas dan tidak punya beban dalam hidup, sehingga Dodi dapat memilih jalan hidupnya
sendiri dan tidak didikte oleh kedua orang tuanya. Hal ini yang membuat Karina menjadi iri dan kagum terhadap Dodi. Ia juga digambarkan sebagai tokoh yang
pengecut dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa ia adalah ayah dari anak yang dikandung Karina. Pada akhirnya Dodi menerima kenyataan bahwa ia memiliki
anak dari Karina dan ia pun memperbaiki hubungannya dengan Karina dan Kukuh anaknya. Mereka akhirnya hidup bahagia walaupun tidak menjadi keluarga.
2.4 Latar