192
Buku Guru Kelas X SMAMASMKMAK
3. Pentas
Pentas dapat diartikan sebagai tempat, pertunjukan atau pergelaran seni. Membahas tentang pentas, tidak akan lepas dari orang yang menata pentas
dan orang-orang yang terlibat dalam pewujudan pentas Teater.
Penata pentas Teater adalah para perancang atau disainer artistik Teater yang memiliki keahlian dibidang seni visual panggung, rias busana, dan
properti dan seni audio musik.
Tugas dan tanggungjawab para perancang pentas adalah membantu Sutradara dalam penuangan gagasan bentuk seni ke dalam wujud nyata
pertunjukan. Para penata artistik di dalam pelaksanaan dibantu oleh beberapa orang pekerja pentas yang dipilih oleh penata pentas.
D. Simbol Teater
Pada dasarnya semua karya seni, termasuk karya teater diekspresikan menggunakan bahasa simbol. Pengertian simbol di dalam seni, termasuk
seni teater dapat dipahami sebagai benda, bentuk, unsur seni yang mengandung nilai atau makna yang terkandung di dalamnya. Nilai dalam
seni, dapat dibedakan antara nilai bentuk dan nilai isi seni Teater.
Nilai di dalam teater bersifat terindra melalui pendengaran, dan penglihatan kita. Contoh, “ timbangan“ dapat pahami sebagai sarana media dan makna
simbolnya adalah “keadilan”. Jika “timbangannya tidak setimbang“, maka simbol tersebut dapat dimaknai sebagai“ ketidakadilan”, dst.
Coba perhatikan perbedaan unsur-unsur yang terkandung di dalam seni teater, baik tradisional maupun non tradisional dengan unsur penting meliputi;
naskah, pemeran, tata pentas, tempat dan penonton merupakan sarana simbol. Simbol yang dapat dimaknai dari perbedaan dua jenis teater melalui
ciri-ciri sebagai identitas teaternya adalah sebagai berikut. Teater tradisional teater daerah kehadiran seninya dapat dimaknai sebagai simbol adat atau
budaya masyarakat dengan Sang Pencita. Adapun teater non tradisional dapat dimaknai sebagai simbol keduniawian bersifat estetis. Hal ini, dapat
dipahami bahwa teater tradisional lebih mengedepankan seni sebagai media upacara, bukan seni untuk keindahan sebagaimana seni non tradisional lebih
mengutakan keindahan bentuk.
E. Nilai Estetis
Dalam karya seni nilai adalah makna, yang disampaikan melalui media atau sarana symbol. Nilai di dalam symbol dapat dibagi menjadi nilai bentuk dan
nilai isi, nilai pesan. Nilai estetis adalah nilai bentuk, bersifat subjektif. Adapun nilai isi, nilai pesan bersifat objektif.
Nilai estetis bersifat subjektif. Artinya, sangat tergantung kepada orang yang
193
Seni Budaya
menilainya. Oleh karena itu nilai estetis yang ditampilkan sang kreator atau pelaku seni sangatlah berbeda tergantung ukuran nilai estetis dari sundut
pandang mana mereka rasakan atau pakai ketika menikmati atau mengapresiasi pertunjukan teater.
Berbicara nilai estetis atau nilai keindahan yang dipancarkan karya seni oleh para pelakunya, termasuk karya teater dapat dianalisis melalui unsur dan
struktur pembentuk seninya. Hal ini terjadi, karena sifat seni pertunjukan hadir karena sifat spontan, sesaat dan kolektif. Yakni karya yang ada karena
dilakukan secara langsung dengan kasat mata, terbatas oleh ruang dan waktu di atas panggung, dilakukan atas kerjasama dan kerja bersama antar
beberapa awak pentas dalam mewujudkan karya teater.
Untuk menilai karya teater, apakah indah atau tidak indah sangat tergantung pada jenis dan bentuk seninya. Apakah seni tradisi atau non tradisi, masing
–masing pembentuk seninya memiliki idiom atau pakem atau pola yang tetap dan baku yang mengikat secara khas. Justru kekhasan atau keunikan
dari bentuk seni teater melalui pola, struktur dan unsur-unsur pertunjukan teater yang terkandung di dalamnya adalah daya tarik tersendiri dalam
memaknai nilai estetik seni teater tradisional, baik teater tradisional yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat pedesaan maupun teater
tradisi yang ada di keraton. Sebagai contoh, bentuk teater tradisional yang ada di Jawa Barat, antara lain; Longser Bandung, Topeng Banjet Karawang,
Subang, Topeng Cisalak Bogor, Uyeg Sukabumi dst.
Adapun contoh untuk teater tradisional keraton atau disebut adilung, yakni; Wayang Golek, Wayang Kulit, Topeng Cirebon, dst. Dengan nilai keindahan
yang terpancar adanya olahan unsur-unsur pertunjukannya kearah nilai estetika tinggi yang dipandang untuk prestisius kebesaran raja. Oleh karena
itu, tidak heran apabila teater tradisional yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat keraton cenderung rumit dan terkesan glamour
menakjubkan karena dikerjakan oleh para empu atau ahli dibidang seni. Dengan ciri atau tanda yang ada sebagai identitas teater keraton adalah
unsur-unsur pembentuk seninya berkembang kearah estetika tinggi dan bersifat adiluhung.
Lain halnya dengan seni teater non tradisi yang sangat dipengaruhi oleh budaya barat. Dimana nilai keindahan yang dimunculkan memiliki fungsi di
luar untuk kepentingan atau kebesaran raja atau untuk kepentingan upacara sebagaimana teater yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat
tradisi kerakyatan, seperti Topeng Banjet, Topeng Cisalak, Teater Ardja, Mamanda, dst.
Dengan demikian ukuran nilai keindahan yang ada pada teater nontradisi atau teater tradisi yang telah dikembangkan cenderung untuk kepentingan
hiburan, dan menjadi media pencerahan bagi penontonnya sebagai
194
Buku Guru Kelas X SMAMASMKMAK
tanggapan atas kenyataan hidup yang serba kacau balau dikemas dengan teknik pertunjukan modern mengarah pada sifat individualistik
kesenimanannya.
F. Kreativitas Teater