Pemirsa Televisi Sebagai Khalayak Media Reality Show

menggambarkan kenyataan, dan langsung menyajikan peristiwa yang tengah terjadi ke tiap rumah para pemirsa. Effendy, 2000 : 314 Banyaknya audiens televisi menjadkannya sebagai medium dengan efek yang besar terhadap orang dan kultur dan juga terhadap media lain. Sekarang televisi adalah medium massa dominan untuk hiburan dan berita. Menurut Michael Novak, televisi adalah pembentuk geografi jiwa.Televisi membangun struktur ekspektasi jiwa secara bertahap. Televisi melakukan hal seperti itu persisi sekolah memberi pelajaran secara bertahap, selama bertahun- tahun. Televisi mengajari pikiran yang belum matang dan mengajari mereka cara berpikir. Vivian, 2008 : 226

2.1.3. Pemirsa Televisi Sebagai Khalayak Media

Khalayak dalam komunikasi massa dapat terdiri dari pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton film dan televisi serta pendengar pidato rethorika .Dengan kata lain, khalayak, terutama dalam komunikasi massa adalah mereka yang menjadi sasaran pesan-pesan yang bersifat umum. Khalayak merupakan orang banyak yang menjadi sasaran pidato atau media massa, yang disebut dengan massa. Fajar, 2008 : 155 Pemirsa dan tayangan acara televisi adalah satu mata uang dengan sisi berbeda. Pengkategorian pemirsa oleh pihak televisi maupun lembaga riset untuk kepentingan rating terkadang tidak tepat. Kuswandi, 2008 : 4 Secara umum massa khalayak memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Jumlah anggotanya relative besarluas. Suatu khalayak yang kepadanya dikomunikasikan sesuatu, di dalam periode waktu yang pendek dan di mana komunikator tidak dapat berienteraksi dengan anggota-anggota khalayak tersebut secara tatap muka. 2. Bersifat heterogen : anggotanya beraneka ragam pekerjaannya atau kedudukannya di dalam masyarakat berbeda-beda tingkat umurnya, bermacam-macam jenis kelaminnya, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal dan lain-lain. 3. Anonim : bahwa individu-individu dari anggota khalayak itu umumnya tidak dikenal secara pribadi oleh komunikator. Fajar, 2008 : 156 Sesungguhnya televisi merupakan penggabungan antara radio dan film sebab televisi dapat merumuskan suatu peristiwa dalam bentuk gambar hidup dengan suara dan bahkan warna, ketika peristiwa itu berlangsung. Kini jelas, bahwa untuk alat penyalur idea dalam usaha mempengaruhi khalayak dengan jalan menggugah dan menyentuh emosi pikirannya, televisi ini agaknya lebih mempunyai kemampuan yang menonjol dibanding dengan media-media yang lain. Fajar, 2008 : 211

2.1.4. Penggambaran Perempuan

Konsep penting yang perlu dipahami dalam rangka membahas kaum perempuan adalah membedekan konsep seks jenis kelamin dan konsep gender. Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan kata seks jenis kelamin . Pengertian jenis kelamin adalah pembedaan terhadap manusia yang didasarkan pada alat-alat biologis yang melekat padanya, misalnya laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki jakala kala menjing , dan memiliki sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim, dan saluran melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, memiliki alat menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada manusia jenis laki-laki dan perempuan selamanya dan tidak dapat dipertukarkan atau disebut dengan kodrat. Sebagaimana menurut Mansour Fakih 2001 : 8 sebagai berikut : “Secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada laki-laki dan perempuan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat”. Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender yaitu : sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun kaum perempuan yang dikontruksi secara social cultural, dimana sifat-sifat ini dapat ditukarkan. Masih menurut Mansour Fakih 2001 : 8 , diberikan beberapa contoh : “Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artiya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara ada juga perempuan yang kuat, rasional, perkasa”. Sejarah perbedaan gender gender differences antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu terbentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikontruksi secara social maupun cultural, melalui ajaran keagamaan maupun Negara. Fakih, 2001 : 9 Konsep perempuan sendiri berasal dari kata empu, bermakna dihargai, dipertuan atau dihormati. Sedang kata wanita, diyakini dari bahasa sansekerta, dengan dasar kata wan yang berarti nafsu, sehingga kata wanita mempunyai arti yang dinafsui atau subjek seks. Kata wanita konon juga bersal dari kata wani berani dan tapa menderita . LkiS, 2004 : vi Dalam media, terjadi proses diskriminasi dan represi terhadap wacana di dalam ruang public, dimana perempuan sering menjadi korban langsung. Melalui media, perempuan ingin diakui oleh public, tetapi sebaliknya upaya perempuan agar tercapai the status of full speaking subject yaitu status dimana perempuan menjadi kaum yang selalu didengar serta menjadi topic utama telah dihadapkan dengan berbagai keterbatasan bahasa yang disediakan oleh ruang public yang didominasi oleh ideology patriarki. Ideologi dimana laki-laki menempati posisi utama diruang domestic rumah tangga maupun ruang public. Dengan ruang yang disediakan oleh public, peran perempuan didalam masyarakat yang kerap kita temui adalah perempuan tidak pernah berperan dominan terutama dalam bidang produksi ekonomi dan industrialisasi . Tetapi sebaliknya, ada anggapan bahwa perempuan dianggap marjinal di dalam bidang produksi, karena mereka dominan di dalam “tonton” spectacle . Marjinalisasi perempuan didalam bidang produksi dan dominasi mereka sebagai objek “tontonan” sering menjadi ideology utama media. Di dalam media cetak terdapat lima kategori penggambaran perempuan Tamogala, 1998 : 335-344 : 1. Kategori Pigura yang mendeskripsikan perempuan sebagai makhluk yang harus selalu memikat, yaitu dengan menonjolkan cirri biologis tertentu seperti buah dada, pinggul, maupun cirri keperempuanan yang dibentuk oleh budaya media, seperti rambut panjang, kulit mulus, betis ramping, dan sebagainya. 2. Kategori Pilar yang mendeskripsikan perempuan sebagai pilar utama rumah tangga yang berakibat pada pembagian wilayah kerja perempuan dan laki-laki berbeda. 3. Kategori Peraduan yang mendeskripsikan perempuan sebagai objek pemuas laki- laki, khususnya sebagai pemuas hasrat seksual. 4. Kategori Pinggan yang mendeskripsikan bahwa setinggi apapun pendidikan perempuan dan sebesar apapun penghasilannya adalah tetap berada didapur, yaitu mengurus rumah tangga. 5. Kategori Pergaulan yang mendeskripsikan perempuan sebagai makhluk yang dipenuhi kekhawatiran tidak memikat, tidak menawan, tidak presentable, tidak acceptable, dan sebagainya. Dalam Kontruksi social, menyebutkan bahwa kaum perempuan harus lemah lembut, maka sejak kecil, sosialisasi tersebut mempengaruhi perkembangan emosi, visi dan ideologi kaum perempuan, serta pembangunan fisik dan biologis mereka. Handayani, 2006 : 9 Dalam masyarakat patriakal, perempuan ditempatkan dalam posisi sub- ordinasi terhadap pria. Perempuan hanya sebagai objek pelengkap pria. Budaya tersebut sangat luas dianut dalam masyarakat Jawa sehingga mempengaruhi banyak sendi kehidupan. Perempuan akhirnya menjadi warga kelas dua yang terbatas dan hanya berkiprah di wilayah domestic serta dalam posisi yang sub- ordinatif laki-laki. Widyatama, 2006 : 9 Perempuan tidak dapat secara sederhana dianggap sebagai organisme seksual, sebagaimana secara biologis dikatakan bahwa perempuan memiliki tingkat penguasaan dunia berbeda dengan laki-laki, dimana perempuan termanjinalkan oleh spesiesnya jenis laki-laki . Mufidah, 2003 : 14 Menurut Herbert Rittlinger 1972 fisik perempuan memiliki daya tarik tersendiri, tidak heran bila manusia menjadi bahan sasaran favorit berbagai pihak dan profesi, baik fotografer, cameramen, pengiklan, pemasaran dan sebagainya. Daya tarik perempuan memang sangat khas, unik, dan spesifik yang tidak bisa ditemui pada manusia berjenis kelamin laki-laki. Widyatama, 2006 : 1 Secara alamiah, fisik perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat menyusui Widyatama, 2006 : 40 Eksploitasi perempuan dengan segala stereotip gender tradisional tersebut cenderung mengimplisitkan kualitas pemaknaan yang kitsh dangkal dan rendah, yang akhirnya menghadirkan konsepsi pemaknaan perempuan tidak lebih sebagai sebuah benda bukan makhlukinsani . Di sinilah tubuh dan semua atribusi “kewanitaan” perempuan dieksploitasi sebagai objek tanda sign objek dan bukanlah subjek Widyatama, 2006 : 6 Kaum Perempuan selalu menjadi sasaran intervensi tayangan TV dengan berbagai macam corak ragam acaranya. Kaum perempuan memperlakukan sajian televisi sebagai barang konsumsi indrawi semata Kebutuhan fisiologis dan psikologis . Dalam sejarah masyarakat industri, hubungan antara media massa dan perempuan memiliki peran cukup penting. Polemik yang merujuk pada pergeseran makna peran perempuan dalam kehidupan social membawa keterlibatan media massa yang semakin luas dan erat. Baria, 2005 : 3

2.1.4.1. Budaya dan Perempuan

Budaya visual merupaka tautan wujud kebudayaan konsep nilai dan kebudayaan materi benda yang dapat segera ditangkap oleh panca indera visual mata, dan dapat dipahami sebagai model pikiran manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sachari, 2007 : 1 Budaya visual melingkupi berbagai aspek yang berkaitan dengan wujud akhir gagasan manusia untuk “mendunia” menjadi eksis dalam bentara peradaban. Fenomena sosial yang mengiringi budaya visual tersebut kini umumnya membaur dengan isu-isu mutakhir yang mengiringi dinamika kebudayaan itu sendiri. Dalam wacana kebudayaan yang dibentuk oleh proses transformasi yang panjang, dinamika budaya visual kerap terbentuk karena adanya pergeseran nilai yang cenderung memiliki korelasi yang bertautan dengan berbagai wacana kebudayaan yang lebih besar dan luas. Sachari, 2007 : 2 Setelah mengkaji dan membahas berbagai aspek pembangunan dan kaitannya dengan budaya visual di tanah air, kondisi-kondisi yang kurang menggembirakan dalam berbagai bidang pada hakikatnya telah disadari merupakan bagian “rekayasa budaya” dari negara-negara adikuasa. Permasalahan nasional yang dihadapi Bangsa Indonesia ke depan dalam spectrum kebudayaan yang luas sesungguhnya ditentukan oleh mentalitas dan sikap manusia Bangsa Indonesia sendiri. Sachari, 2007 : 5 Nilai-nilai yang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia selama bertahun-tahun mengalami “kegoncangan”. Kegoncangan tersebut diakibatkan oleh masuknya kebudayaan asing yang kemudian mendominasi kebudayaan lokal dalam hubungan kekerabatan yang dianggap sebagai system nilai paling mendasar saja terjadi reorentasi baru. Sachari, 2007 : 6 Dalam proporsi yang amat variatif, perintisan munculnya gaya visual dan nilai ekstereik modern dalam dunia visual di tanah air tidaklah terlepas dari tautan dan peran para seniman asal Belanda. Hal itu yang mendasari tumbuhnya rasa “inferioritas” budaya pada kaum pribumi ketika berhadapan dengan kebudayaan Barat yang telah maju. Masyarakat muda silau dan menerima begitu saja semua hal yang menjadi ikon kemajuan budaya Barat. Sachari, 2007 : 7 Persoalan tubuh perempuan oleh media dianggap sebagai alat yang sangat penting bagi proses sosial dan kelangsungan ekonomi media itu. Tubuh perempuan menjadi daya tarik untuk dijual sebagai sejumlah komoditi, yang oleh media dianggap sebagai nafas kehidupannya. Dari sinilah terlihat bahwa tubuh perempuan sengaja dikonstruksi oleh media untuk menjadi alat dalam proses distribusi suatu produk yang dihasilkan media tersebut. Eksistensi perempuan telah dijadikan salah satu bentuk strategi oleh pengelola program televisi demi keuntungan proses distribusi industri penyiaran itu sendiri. Akibatnya, terjadilah persaingan narasi yang membentuk konstruksi realitas yang beragam bertolak dari homogenisasi wacana yang sama. Perempuan dikonstruksikan sosok tubuh yang “berani” memasuki bidang publik dan melepaskan ikatan tradisonal yang selama ini membentuk struktur sosial audience media. Sehingga, jika ada perempuan yang mengingkari ikatan tradisional tersebut, maka hal itu akan dijadikan wacana media yang dikontruksi terus menerus. http:staff.undip.ac.idsastraagusmaladi20100524media ‐dan‐tubuh‐ perempuan Hal tersebut bisa menjadikan secara bertahap nilai-nilai tradisi yang telah menjadi kekayaan bangsa Indonesia selama berabad-abad dapat tergeser. Perubahan yang terjadi karena adanya pergeseran nilai tersebut bukannya tanpa dampak negatif, ia secara bertahap dan berlapis membentuk karakter dan mentalitas baru yang tidak sejalan dengan norma-norma yang ada. Sachari, 2007 : 7 Perempuan juga tidak boleh dipandang sebagai suatu kategori yang homogen sehingga permasalahannya juga tidak dapat dilihat secara umum. Dan yang sekarang dilakukan oleh perempuan yakni berusaha untuk menunjukkan jati diri ke khalayak banyak, memang perempuan dan laki-laki sudah dibedakan sejak lahir secara biologis yang bersifat universal. Tapi sebenarnya perempuan dan laki- laki memiliki kesamaan dalam hal tingkat kecerdasan dan dalam melakukan sesuatu tidak mempunyai perbedaan Harijani, 2001 : 2 Proses menuju kesadaran gender membutuhkan jangka waktu yang cukup panjang. Karena untuk menciptakan kondisi tersebut memerlukan waktu untuk mengubah pola pikir, sikap, dan perilaku manusia menuju kesadaran yang baru yang disebut dengan kesadaran dan kesetaraan gender. Handayani, 2006 : 23 Untu membangun kesadaran terhadap perempuan dapat dilakukan melalui proses pendidikan. Pendidikan harus berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri. Pengenalan itu tidak bersifat subjektif atau objektif akan tetapi keduanya. Perempuan diseluruh dunia telah sepakat melakukan komitmen bersama untuk memajukan persamaan hak. Hal ini terlihat dengan adanya kemauan serta keinginan perempuan yang merasa terpanggil untuk memperjuangkan kaumnya melalui berbagai suatu konferensi dunia tentang perempuan. Dalam konvensi pada tanggal 18 Desember 1979 Indonesia berpartisipasi dalam usaha internasional menghapus segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan karena isi konvensi ini sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila yang menetapkan bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan. Sedang dalam pelaksanaannya, ketentuan dalam konvensi ini wajib disesuaikan dengan tata kehidupan masyarakat yang meliputi nilai-nilai budaya, adat istiadat, norma-norma keagamaan yang masih berlaku dan diikuti secara luas oleh masyarakat Indonesia. Handayani, 2006 : 33

2.1.4 Reality Show

Acara reality atau reality show adalah genre atau acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar langsung tanpa scenario, yang dengan pemain umumnya khalayak biasa, bukan pemeran. Acara documenter dan acara seperti berita dan olahraga tidak termasuk realitas. http:id.wikipedia.orgwikiAcara_realitas Dalam penyajiannya acara reality show terbagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Docusoap documenter dan soap opera yaitu gabungan rekaman asli dan plot. Disini penonton dan kamera menjadi pengamat pasif dalam mengikuti orang-orang yang sedang menjalani kegiatan sehari-hari mereka, baik yang professional maupun pribadi. Dalam hal ini produser menciptakan plot sehingga enak ditonton oleh pemirsa. Para kru dalam proses editing menggabungkan setiap kejadian sesuai dengan yang mereka inginkan sehingga akhirnya terbentuk cerita berdurasi 30 menit tiap episode. 2. Hidden Camera yaitu sebuah kamera tersembunyi merekam orang-orang dalam situasi yang sudah di set. 3. Reality game show yaitu sejumlah kontestan yang direkam secara intensif dalam suatu lingkungan khusus guna bersaing memperebutkan hadiah. Fokus dari acara ini para kontestan menjalani kontes dengan tipu muslihat sampai reaksi yang menang dan kalah. http:www.scribd.com Menurut Wells, Burnet and Moriarty 1987 : 391 -394 ada beberapa unsur-unsur acara yang biasa digunakan dalam suatu acara reality show, yaitu 1. Pemabawa Acara Pembawa acara adalah orang yang bertugas untuk memandu acara dari awal sampai akhir acara. Adapun syarat-syarat pembawa acara yakni : 1. Memiliki intelegensi tinggi 2. Berkepribadian dan memiliki sifat yang baik. 3. Berpenampilan atraktif dan simpatik. 4. Memiliki jiwa pemimpin. 5. Berbahasa dengan baik. 6. Berbicara dengan komunikatif. 7. Sabar. 8. Cekatan. 9. Mempunyai naluri antisipasi yang bak. 10. Memiliki spontanitas yang baik 11. Amemiliki rasa humor yang tinggi 12. Berpengetahuan umum yang luas. 2. Juri Juri adalah orang yang memberikan penilaian baik berupa masukan, kritik atau pujian. Bahkan seorang juri juga memberikan keputusan siapa peserta yang gugur dalam kontes acara. 3. Peserta Peserta adalah orang yang mengikuti atau suatu kontes. Dan seorang peserta bisa saja tersingkir atu gugur dalam perlombaan atau kontes tersebut dikarenakan nilai atau penampilan peserta itu buruk. 4. Konsep Acara Konsep acara adalah rambu-rambu atau tema suatu acara. Konsep acara harus diikuti setiap acara itu berlangsung karena telah disepakati sebelumnya. Sehingga akan sesuai dengan tujuan acara tersebut. 5. Panggung Panggung adalah tempat dimana peserta menunjukkan kemampuannya sehingga yang disesuaikan dengan konsep acaranya. 6. Pencahayaan Pencahayaan adalah teknik pencahayaan di studio tempat acara berlangsung, sehingga dapat memberikan kesan mencekam, dramtis dan ceria. 7. Sound Efek Sound efek adalah bagian aransemen music yang melatar belakangi suatu tampilan aksi di panggung dengan suara yang dihasilkan.

2.1.5 Take Him Out Indonesia

Dokumen yang terkait

Tayangan “Take Me Out Indonesia” Dan Persepsi Karyawan USU(Studi Korelasional Tentang Tayangan “Take Me Out Indonesia” di Indosiar Dan Persepsi Karyawan Biro Rektor USU Medan Dalam Pemilihan ‘Pasangan Hidup’)

3 99 154

PERSEPSI ANGGOTA POLWIL TENTANG PROGRAM ACARA DATING SHOW ”TAKE ME OUT INDONESIA“ DI INDOSIAR(Studi pada Anggota Samapta Polwil Malang Angkatan 2007)

0 4 2

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEREMPUAN BERTATO (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Masyarakat Terhadap Perempuan Bertato).

4 8 92

PERSEPSI REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN KOREAN WAVE DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Remaja Surabaya Terhadap Tayangan Korean Wave Sebagai Budaya Populer di Indosiar).

1 3 129

PERSEPSI REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN KOREAN WAVE DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Remaja Surabaya Terhadap Tayangan Korean Wave Sebagai Budaya Populer di Indosiar).

0 0 129

OPINI MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN BERITA KRIMINALITAS PADA TAYANGAN “PATROLI” DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Di Surabaya Tentang Berita Kriminalitas Pada Tayangan Patroli di Indosiar).

0 1 81

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PESERTA PEREMPUAN DI DALAM TAYANGAN ACARA TAKE HIM OUT INDONESIA DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Perempuan Surabaya Terhadap Peserta Perempuan Dalam Tayangan Acara Take Him Out Indonesia Di Indosiar)

0 0 20

OPINI MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN BERITA KRIMINALITAS PADA TAYANGAN “PATROLI” DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Di Surabaya Tentang Berita Kriminalitas Pada Tayangan Patroli di Indosiar) SKRIPSI

0 0 18

PERSEPSI REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN KOREAN WAVE DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Remaja Surabaya Terhadap Tayangan Korean Wave Sebagai Budaya Populer di Indosiar)

0 0 25

PERSEPSI REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN KOREAN WAVE DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Remaja Surabaya Terhadap Tayangan Korean Wave Sebagai Budaya Populer di Indosiar)

0 0 25