sebagainya , sementara diri dalam budaya individualis Barat bersifat otonom. Mulyana, 2005 : 197
2.1.2. Televisi Sebagai Komunikasi Massa
Komunikasi massa mass communication di sini ialah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai
sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Menurut Everett M.Rogers,
menyatakan bahwa selain media massa modern terdapat media massa tradisional yang meliputi teater rakyat, juru dongeng keliling, juru pantun, dan lain-lain.
Effendy, 2000 : 79 Media massa sebagai alat terbuka untuk melakukan kegiatan
komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi massa, yakni seperti yang diuraikan dibawah ini :
1. Komunikasi massa bersifat umum
Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. Meskipun pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka,
sama sekali terbuka juga jarang diperoleh, disebabkan factor yang bersifat paksaan yang timbul karena struktur sosial.
2. Komunikasi bersifat heterogen
Perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam komunikasi massa dengan keterbukaan dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi, erat sekali
hubungannya dengan sifat heterogen komunikan. Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat
tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan yang berjenis-
jenis, maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standar hidup dan derajat kehormatan, kekuasaan dan pengaruh.
3. Media massa menimbulkan keserempakan
Keserempakan ialah keserempakan dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk itu satu sama lainnya berada dalam
keadaan terpisah. Ada dua segi penting mengenai kontak yang langsung itu : pertama kecepatan yang lebih tinggi dari penyebaran dan kelangsungan
tanggapan, kedua : keserempakan adalah penting untuk keseragaman dalam seleksi dan interprets pesan-pesan.
4. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi
Hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat non-pribadi, karena komunikan anonym dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam
peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non-pribadi ini timbul disebabkan teknologi dari penyebaran yang missal dan sebagian lagi dikarenakan
syarat-syarat bagi
peranan komunikator
yang bersifat
umum. Effendy, 2000 : 81
Televisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan kominkasi yang dimiliki komunikasi massa yakni
: berlangsung satu arah, komunikator melembaga, pesannya bersifat umum, menimnulkan keserempakan, dan komunikasi heterogen.
Televisi merupakan medium komunikasi massa produk revolusi elektronik di abad dua puluh ini telah dipergunakan oleh para negarawan dan tokoh-tokoh
masyarakat. Sebagai media massa elektronik televisi mempunyai daya tarik yang kuat, karena memiliki unsure kata-kata, music, sound effect, dan visual berupa
gambar, dan gambar ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Effendy, 2000 : 177
Pengaruh televisi terhadap system komunikasi tidak lepas dari pengaruh aspek-asoek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh
terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, banyak yang telah merasakannya. Effendy, 2000 : 191
Televisi semakin mendominasi komunikasi massa dikarenakan sifatnya yang memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Kelebihan televisi dari media
massa lainnya, ialah bersifat audio visual, dapat didengar, “ hidup ”
menggambarkan kenyataan, dan langsung menyajikan peristiwa yang tengah terjadi ke tiap rumah para pemirsa. Effendy, 2000 : 314
Banyaknya audiens televisi menjadkannya sebagai medium dengan efek yang besar terhadap orang dan kultur dan juga terhadap media lain. Sekarang
televisi adalah medium massa dominan untuk hiburan dan berita. Menurut Michael Novak, televisi adalah pembentuk geografi jiwa.Televisi
membangun struktur ekspektasi jiwa secara bertahap. Televisi melakukan hal seperti itu persisi sekolah memberi pelajaran secara bertahap, selama bertahun-
tahun. Televisi mengajari pikiran yang belum matang dan mengajari mereka cara berpikir. Vivian, 2008 : 226
2.1.3. Pemirsa Televisi Sebagai Khalayak Media