26
melepaskan botol dan mainan di tengah-tengah arus air melingkar di dalam akuarium dan lalu berusaha menangkapnya. Gurita sering memecahkan
akuarium yang ditinggalinya dan kadang-kadang bertandang ke akuarium lain untuk mencari makanan. Gurita juga diketahui sering memanjat kapal
penangkap ikan dan membuka ruangan penyimpan ikan untuk memakani kepiting. Saat ini memang gurita identik dengan heawn yang mempunyai
keceradan sendiri dan dikaitkan dengan lingkaran Cikeas yang berisi orang – orang cerdas, gurita di Cikeas merupakan tangan – tangan dari orang yang
tidak bertanggung jawab dan hanya bisa bersembunyi.
2.1.10. Gurita Cikeas
2.1.10.1.Pengertian Gurita Cikeas
Gurita Cikeas ini adalah judul buku yang diterbitkan oleh George Aditjondro yang menguak tentang sisi negatif dari pemerintahan SBY dan
seputar kasus Century, hal ini masih belum banyak diketahui oleh masyarakat, dengan adanya buku Gurita Cikeas ini penulis ingin
memberitakan semua yang dia ketahui kepada khalayak masyarakat awam yang mungkin masih belum mengerti tentang dunia politik.
Buku yang ditulis oleh George Junus Aditjondro, bekas wartawan, aktivis, peneliti korupsi, dan pengajar. Sebetulnya, dalam bentuk cetakan,
buku itu telah diluncurkan akhir bulan lalu, dan beredar di sejumlah toko buku, terutama toko buku dengan jaringan luas, Gramedia. Tapi anehnya,
baru sehari buku itu ditarik dari peredaran. ‘’Karena kontroversial, buku itu diperintahkan ditarik ke pusat,’’ kata seorang pelayan Toko Buku Gramedia
di sebuah pusat perbelanjaan di Bintaro, Tangerang. Tak jelas mengapa
27
pengelola toko buku terbesar itu menarik buku tersebut dari peredaran. Boleh jadi karena Presiden SBY sendiri beberapa kali secara terbuka
menyerangnya. Yang pasti, apa pun yang terjadi, cara Gramedia ini agaknya sebuah kiat baru untuk membreidel sebuah buku. Terbukti di mana-mana
orang kesulitan membeli buku itu, sampai bisa berharga ratusan ribu rupiah. Sebelum ini, budayawan dan bekas Ketua Umum HMI, Ridwan Saidi,
kesulitan mengedarkan bukunya yang mengungkap tentang banyaknya bencana alam dan kecelakaan di zaman pemerintahan Presiden SBY. Toko
buku besar menolak mengedarkannya. Sementara itu, Membongkar Gurita Cikeas
menjadi ajang perdebatan seru di televisi dan koran. Terjadi kontroversi yang cukup luas. Dan itu menyebabkan minat untuk membaca
buku ini meningkat. Sekarang tampaknya masyarakat sudah terpuaskan dan bisa membaca Membongkar Gurita Cikeas, setelah salinan buku itu beredar
luas di internet. Mungkin Ridwan Saidi perlu menempuh cara –cara George Junus Aditjondro. Dihidangkan dengan gaya tulisan wartawan yang enak
dibaca, lancar dan mengalir, tapi cukup lugas, Membongkar Gurita Cikeas segera menjadi buku paling top sepanjang tahun 2009 yang baru saja berlalu.
Intinya, buku ini menggambarkan betapa sebuah kekuasaan politik dibangun dengan kolaborasi bersama para pemilik modal, dengan cara-cara yang
manipulatif. Dengan demikian para Markus seperti Anggodo atau Artalyta Suryani alias Ayin menduduki posisi penting, bisa berteman dengan para
pejabat tinggi, bahkan dengan presiden sekali pun. Mirip sebuah hasil reportase investigasi, George Junus Aditjondro membongkar semuanya.
http:www.hidayatullah.com
28
Kesan buku ini memuat banyak fakta yang belum banyak diketahui umum. Ini seolah sesuai dengan kehebohan yang ditimbulkannya, sampai-
sampai SBY sendiri memerlukan diri untuk bereaksi, termasuk melalui juru bicaranya. Akan tetapi, begitu membaca lebih cermat, akan tampak kalau
buku ini sebenarnya adalah kumpulan tulisan yang pernah dipublikasikan di media massa, baik cetak maupun elektronik, hanya saja ditulis ulang dan
disambung-sambungkan. Judul buku ini menjadi bagian pertama –bukan bab karena buku ini tak
beralur sistematis berjudul sama. Dari bagian pertama ini, tampak jelas bahwa 3 halaman pembuka tersebut merupakan ide George sendiri terhadap
pemberitaan media massa yang seolah tak saling berhubungan. Boedi Sampoerna dan Hartati Murdaya yang disebutnya sebagai penyumbang
logistik SBY dalam Pemilu lalu. Masih ditambah lagi dengan lampiran copy surat rekomendasi dari Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol. Susno
Duadji tertanggal 7 dan 17 April 2009. Surat rekomendasi inilah yang kemudian menjadi titik tolak kecurigaan publik terhadap peran serta Susno
dalam kasus ini, dimana ia terkesan menyelamatkan uang milik Boedi Sampoerna di Bank Century senilai US 18 juta.
http:polhukam.kompasiana.com Selain dana di Bank Century, di bagian kedua George juga menyoal
pemanfaatan dana publik yang dialihkan untuk biaya kampanya Partai Demokrat dan calon presidennya. Di bagian kedua ini yang juga cuma 3
halaman berisi informasi yang didapat George tentang pengalihan separuh dari dana PSO Public Service Obligation LKBN Antara yang menurutnya
mengalir ke Bravo Media Centre. Menurutnya, ini bisa terjadi karena adanya
29
mantan Direktur Blora Centre dalam Pemilu 2004 dan mantan wakil Pemimpin Umum harian Jurnal Nasional duduk sebagai Direktur Komersial
IT Perum LKBN Antara, yaitu Rully Ch. Iswahyudi. Ruh utama buku ini ternyata bukan di soal Bank Century, melainkan
justru peran yayasan-yayasan yang berafiliasi dengan SBY dan Ny. Ani Yudhoyono. Disebutkan tiga yayasan yang berafiliasi dengan SBY, yaitu
Yayasan Kepedulian Sosial Puri Cikeas, Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam, dan Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian YKDK.
Sementara yayasan yang berafiliasi dengan Ny. Ani Yudhoyono juga disebutkan tiga oleh George: Yayasan Mutu Manikam Nusantara, Yayasan
Batik Indonesia dan Yayasan Sulam Indonesia. Khusus bagian ini, cukup memberikan informasi bagi publik tentang nama-nama pejabat dan tokoh
penting yang terlibat di dalamnya. Namun, masih belum jelas apa kaitan yayasan-yayasan itu dengan aliran dana Bank Century apalagi
keterlibatannya dalam pemenangan Pemilu 2009 bagi Partai Demokrat dan SBY. http:www.hong.web.id
2.1.11. Korek Api