Indikator IPS SMP KELOMPOK KOMPETENSI C

73 untuk mengatur pembelajaran berdasarkan kesadaran mereka guru yang menyuruh siswanya menggunakan tanda pengenal, siswa yang pertama mencatat beberapa poin yang sulit, siswa yang kedua kemungkinan belajar dengan cara yang berbeda berdasarkan jenis ujiannya. Semenjak istilah metakognisi dipopulerkan pada awal 1970, metakognisi telah dianggap sebagai komponen penting dari pembelajaran karena dengan metakognisi memungkinkan siswa untuk mengontrol bagian lain dari kognisi prose berpikir lainnya. Dengan kata lain, metakognisi seperti “pengendali” dari sistem kognisi proses berpikir. Metakognisi memungkinkan siswa untuk mengkoordinasikan penggunaan beragam pengetahuan dan strategi yang berbeda-beda agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Metakognisi bukan sesuatu yang memiliki tempat tertentu dalam otak manusia, namun lebih tepatnya adalah metakognisi merupakan sebuah bagian dari kognisi kita yang mengontrol fungsi kognisi tingkat bawah lainnya metakognisi disebut juga sebagai kognisi tingkat atas, seperti persepsi dan perhatian. Salah satu penjelasan metakognisi yang sangat jelas adalah penjelasan dari Ann Brown. Menurut Brown Schraw, dkk, 2010, metakognisi mencakup dua dimensi yang berkaitan: pengetahuan kognisi dan regulasi kognisi. Yang pertama mengacu pada apa yang kita ketahui tentang kognisi dan yang kedua mengacu pada bagaimana kita mengatur kognisi.

1. Pengetahuan kognisi

Pengetahuan kognisi mencakup tiga komponen. Yang pertama adalah pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan faktual berkaitan dengan mengetahui “apa”. Contohnya adalah pengetahuan mengenai beberapa jenis strategi belajar yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Komponen kedua adalah pengetahuan prosedural, yaitu pengetahu an tentang “bagaimana” melakukan sesuatu. Contohnya, seseorang memahami bagaimana langkah- langkah menggunakan strategi membca agar dapat memahami sebuah teks, seperti membuat catatan, memperlambat membaca saat informasi yang penting, skimming informasi yang kurang penting, menggunakan perumpamaan, merangkum ide pokok, dan menggunakan self-testing berkala. Komponen ketiga adalah pengetahuan kondisional, yaitu pengetahuan tentang “mengapa” dan “kapan”. Contohnya adalah mengetahui kapan atau mengapa menggunakan suatu strategi agar memberikan hasil maksimal. Satu