19 2. Berbagai pihak ternyata tidak mampu menyelesaikan baik dari pihak
Korporasi, Pemerintah bahkan dibantu oleh teknisi dan ilmuwan sekalipun.
3. Masalah semburan secara teknis tidak dapat diatasi , walaupun sudah melibatkan berbagai teknisi, Ir, ilmuwan baik dalam negeri maupun luar
negeri, Bahkan masalah social baru diselesaikan setelah peristiwa berlangsung tidak kurang dari 9 tahun tepatnya tahun 2015 yang baru
lalu. 4. Peristiwa
bersama aktor-aktor
yang terlibat,
Korporasi, PemerintahNegara dan masyarakat korban dapat dijadikan adegan
sebagai simulasi atas peristiwa dan melibatkan berbagai kepentingan yang berjalin berkelindan di dalamnya, masalah fisik, hak, social, ekonomi
politik dan lebih penting lagi masalah kemanusiaan. 5. Dari berbgai temuan, baikdari media cetak dan elektronik dapat di jadikan
ajang dialog, sharing, diskusi dan seminar maupun symposium untuk mendapatkan informasi yang mendalam sekaligus mampu memaknai
atas peristiwa tersebut.
20
Kegiatan Pembelajaran 2 PENGEMBANGAN KETRAMPILAN BERPIKIR PADA
PEMBELAJARAN IPS
Dr. Sukamto, M.Pd, M.Si
A. Tujuan
1. Setelah mempelajari materi dalam modul ini peserta diklat dapat menjelaskan ketrampilan berpikir yang harus dikembangkan dalam IPS
terpadu. 2. Setelah mempelajari materi ini peserta diklat dapat menyebutkan
berbagai macam pola pikir. 3. Setelah mempelajari materi ini peserta diklat dappat menjelaskan proses
perkembaangan pemikiran tertentu.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Peserta diklat dapat mengemukan dengan jelas proses-proses berlangsungnya pemikiran.
2. Peserta diklat mampu menyebutkan macam-macam pola pikir. 3. Peserta diklat dapat menjelaskan dengan gambling bagaaimana
mengajarkan dan atau melatih siswa untuk memikirkan sesuatu.
C. Uraian Materi
Materi dalam bagian ini membahas mengenai pengajaran pengetahuan dan pemahaman dalam pendidikan ilmu pengetahuan sosial yang secara khusus
membicarakan mengenai pengembangan ketrampilan berpikir dalam pendidikan ilmu pengetahuan sosial terpadu. Pengertian berpikir telah dibahas sebelumnya
di berbagai sumber, tetapi secara lebih khusus akan dikemukakan kembali. Secara teknis dalam bahasa taksonomi Bloom dan kawan-kawannya,
kemampuan berpikir ini diartikan sebagai kemampuan-kemampuan ini dapat dikatakan sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi di atas berpikir tingkat
pemahaman. Pertanyaan pokok dalam bab ini ialah proses belajar bagaimana yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang belajar ilmu pengetahuan sosial pada tingkat aplikasi dan di atasnya. Untuk menjawab pertanyaan ini akan
membahas mengenai studi kasus, pengajaran isu kontroversial, dan pengajaran
21 konsep. Bentuk-bentuk pengajaran ini dipilih karena banyak digunakan dalam
pendidikan ilmu pengetahuan sosial yang berorientasi pada pengembangan tujuan berfikir tingkat tinggi.
Dalam pengajaran, pengembangan kemampuan berpikir ini merupakan kelanjutan dari proses pengajaran pengetahuan dan pemahaman. Dalam
kenyataan di kelas memang tidak ada pemisahan, yang nyata dan terputus antara
pengajaran yang
menekankan pemahaman
dengan yang
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kegiatan belajar yang bermaksud mengembangkan berpikir tingkat tinggi dimulai dari kegiatan belajar
yang mengembangkan kemampuan pemahaman. Kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak mungkin dapat dikembangkan tanpa pemahaman tetapi sayangnya
kegiatan yang hanya menekankan pemahaman tidak dapat langsung akan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi sistem untuk mampu
mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat
tinggi siswa.
Untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa proses belajar dan
kegiatan mengajar tertentu perlu dilakukan. Suatu hal yang belum dapat dikatakan secara pasti adalah kapan suatu proses
pengembangan pengetahuan dan pemahaman dikatakan cukup untuk dapat dilanjutkan dengan pendidikan berpikir dan kapan dikatakan belum cukup. Pada
saat sekarang belum tersedia informasi baik yang sifatnya prinsip maupun teoretik mengenai batas minim pemahaman yang harus dimiliki agar proses
pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilakukan. Untungnya, proses pemahaman adalah proses yang berkelanjutan terus dan oleh karena itu
guru pendidikan ilmu pengetahuan sosial tidak perlu khawatir mengenai ketiadaan dasar teoretik yang dikatakan tadi. Apa yang perlu diperhatikan guru
jika siswa dianggap sudah memiliki sifat kognitif yang dianggap memiliki unsur- unsur yang berhubungan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang akan
dikembangkan maka guru pendidikan ilmu pengetahuan sosial sudah dapat mengembangkan kegiatan belajar untuk kemampuan berpikir tingkat tinggi.
1. Pengertian Berpikir
Menurut Dewey 1933, berfikir dimulai apabila seseorang dihadapkan pada sesuatu masalah perplexio. la menghadapi sesuatu yang menghendaki adanya
jalan keluar. Situasi yang menghendaki adanya jalan ke luar tersebut,