18 peta sejarah Indonesia. Dengan begitu yang dahulu sebagai realitas kini
menjadi kenangan. Coba, bangun simpati, bukan hanya simpati tumbuhkan empati. Atau untuk memudahkan, bayangkan bahwa sebagai korban adalah
anda dan saya sendiri. Tentu ini sesuatu yang luar biasa. Untuk menghindari adanya peristiwa yang sejenis di masa yang akan datang, selayaknya hal ini di
hidup-hidupkan untuk menjadi ingatan kolektif bangsa. Banyak pelajaran yang dapat dipetik sehubungan dengan peristiwa Semburan
Lumpur Lapindo, yang melahirkan Korban-korban yang bertubi-tubi, multi aspek dan multilayer. Bukan h anya masalah fisik tempat tinggal, tanah dan
bangunan namun juga modal social budaya hancur melebur bersama semburan lumpur.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Belajar IPS bukan hanya dengan pikiran, melainkan dengan hati, sehingga setiap kita mampu memaknai sebuah peristiwa, suatu fenomena,di
dalamnya kita dituntut untuk berpikir kritis dan kreatif mana yang merupakan fakta sebenarnya dan mana yang merupakan sebuah fiksi. Ternyata terdapat
reealitas yang luar biasa di saat-saat Lumpur Lapindo meluberkan lumpurnya ke pada tidak kurang dari 12 desa dalam dua kecamatan. Terjadi
pada tanggal 29 Mei tahun 2006 tepat sehari setelah Gempa di Bantul Yogyakarta, dan Gempa inilah yang dijadikan kambinghitam bagi Minarak
Lapindo Jaya sebagai penyebab munyembur dan melubernya Lumpur. Tetapi pihak publik yang lain menganggap dan merasakan bahwa
penyebabnya adalah pengeboran minyak. Berbagai konsep dapat dieksplorasi dan diekspresi dan bahkan
diaktualisasikan oleh masing-masing kita melalui dialog, sharing, diskusi bahwa berlatih debat sudah ada di dalamnya.
H. Kunci Jawaban
1. Lumpur panas yang menyembur ke permukaan, yang berasal dari dalammahma bumi, yang diakibatkan debatebel, terjadi di desa
Renokenongo, kecamatan Porong dan menyebar di 12 desa di dua kecamatan.