72
Kegiatan Pembelajaran 5 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF MELALUI
PEMBELAJARAN IPS
Yasser Awaluddin, S.E, M.Ed
A. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini diharapkan siswa dapat memahami langkah-langkah pengembangan kemampuan metakognitif melalui
pembelajaran IPS.
B. Indikator
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini diharapkan siswa dapat: 6. Menjelaskan dua macam kemampuan metakognitif
7. Mengidentifikasi komponen dari pengetahuan kognisi 8. Mengidentifikasi komponen dari pengelolaan kognisi
9. Menyusun langkah-langkah pengajaran strategi belajar 10. Mengembangkan teknik mengajarkan strategi belajar yang efektif pada
siswa.
C. Uraian Materi
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan nomor 104 tahun 2015 dinyatakan bahwa salah satu dimensi pengetahuan yang perlu dikuasai siswa adalah metakognisi.
Metakognisi mengacu pada kemampuan seseorang untuk memahami dan menyadari akan proses berpikir dirinya, kekuatan dan kelemahan proses berpikir
dirinya. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut, pertama, seorang guru yang sulit hafal nama para siswanya, menyuruh siswanya untuk menggunakan
tanda pengenal selama beberapa hari menujukkan kemampuan metakognisinya dalam hal memori. Kedua, seorang siswa menunjukkan kemampuan
metakognisinya ketika dia mendengarkan penjelasan gurunya tentang bagaimana menyelesaikan masalah dan hanya mencatat beberapa hal yang
menurutnya sulit saja tidak mencatat semua yang disampaikan. Ketiga, seorang siswa bertanya kepada gurunya apakah ujian yang akan datang berupa esai atau
pilihan ganda, dengan maksud agar ia dapat menetapkan strategi belajar yang sesuai.
Setiap contoh
diatas menujukkan
kesadaran orang
akan kemampuankeadaan kognisi mereka kemudian menentukan strategi yang tepat
73 untuk mengatur pembelajaran berdasarkan kesadaran mereka guru yang
menyuruh siswanya menggunakan tanda pengenal, siswa yang pertama mencatat beberapa poin yang sulit, siswa yang kedua kemungkinan belajar
dengan cara yang berbeda berdasarkan jenis ujiannya. Semenjak istilah metakognisi dipopulerkan pada awal 1970, metakognisi telah
dianggap sebagai komponen penting dari pembelajaran karena dengan metakognisi memungkinkan siswa untuk mengontrol bagian lain dari kognisi
prose berpikir lainnya. Dengan kata lain, metakognisi seperti “pengendali” dari sistem kognisi proses berpikir. Metakognisi memungkinkan siswa untuk
mengkoordinasikan penggunaan beragam pengetahuan dan strategi yang berbeda-beda agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Metakognisi
bukan sesuatu yang memiliki tempat tertentu dalam otak manusia, namun lebih tepatnya adalah metakognisi merupakan sebuah bagian dari kognisi kita yang
mengontrol fungsi kognisi tingkat bawah lainnya metakognisi disebut juga sebagai kognisi tingkat atas, seperti persepsi dan perhatian.
Salah satu penjelasan metakognisi yang sangat jelas adalah penjelasan dari Ann Brown. Menurut Brown Schraw, dkk, 2010, metakognisi mencakup dua dimensi
yang berkaitan: pengetahuan kognisi dan regulasi kognisi. Yang pertama mengacu pada apa yang kita ketahui tentang kognisi dan yang kedua mengacu
pada bagaimana kita mengatur kognisi.
1. Pengetahuan kognisi
Pengetahuan kognisi mencakup tiga komponen. Yang pertama adalah pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan faktual berkaitan dengan
mengetahui “apa”. Contohnya adalah pengetahuan mengenai beberapa jenis strategi belajar yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Komponen kedua
adalah pengetahuan prosedural, yaitu pengetahu an tentang “bagaimana”
melakukan sesuatu. Contohnya, seseorang memahami bagaimana langkah- langkah menggunakan strategi membca agar dapat memahami sebuah teks,
seperti membuat catatan, memperlambat membaca saat informasi yang penting,
skimming informasi
yang kurang
penting, menggunakan
perumpamaan, merangkum ide pokok, dan menggunakan self-testing berkala. Komponen ketiga adalah pengetahuan kondisional, yaitu pengetahuan
tentang “mengapa” dan “kapan”. Contohnya adalah mengetahui kapan atau mengapa menggunakan suatu strategi agar memberikan hasil maksimal. Satu