Nurchasanah,2016 PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.6 Langkah-langkah Penelitian
E. Definisi Operasional
1. Pendekatan Brain Based Learning atau pendekatan berbasis otak merupakan “Pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara
alamiah untuk belajar” Jensen, 2008, hlm. 12. Pendekatan ini dirancang
untuk menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan berorientasi pada potensi otak.
2. Komunikasi Matematis, sebelum berbicara tentang komunikasi matematis perlu diketahui terlebih dahulu komunikasi yang merupakan proses
penyampaian pesan kepada orang yang dituju. “Komunikasi memegang peranan penting dalam matematika, setiap orang yang berkepentingan
dengan matematika akan memerlukan komunikasi dalam perbendaharaan informasi yang lebih banyak” Isrok’atun, 2009, hlm. 8. “Komunikas
matematika merefleksikan pemahaman matematik dan merupakan bagian dari kekuatan matematika” Supriadi, 2014, hlm. 42.
3. Marini 2013, hlm. 13 menyatakan bahwa “Persegi panjang adalah jajar
genjang yang memiliki sudut siku-siku memiliki satu sudut siku-siku
Nurchasanah,2016 PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengakibatkan keempat sudutnya siku-siku dan persegi adalah persegi panjang yang memilliki dua sisi yang berdekatan
kongruen”.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat ukur untuk menguji variabel penelitian dengan tujuan menghasilkan data penelitian yang akurat. Seperti
yang disebutkan oleh Sugiyono 2012, hlm. 148 “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati”. Secara garis besar instrumen penelitian yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam tes dan nontes.
Dalam penelitian ini instrumen yang akan digunakan yaitu tes dan Nontes. Instrumen tes terdiri dari instrumen pretes dan postes, sedangkan
instrumen non tes yang digunakan yaitu angket skala sikap siswa, pedoman wawancara, lembar observasi siswa selama proses pembelajaran, dan daftar
isian untuk guru tentang gambaran guru terhadap pendekatan Brain Based Learning
.
1. Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes kemampuan komunikasi matematis. Tes kemampuan ini digunakan untuk mengukur
kemampuan komunikasi matematis siswa. Instrumen tes terdiri dari pretes dan postes. Baik pretes maupun postes keduanya diberikan kepada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Pretes diberikan untuk mengetahui kemampuan awal komunikasi matematis siswa sebelum diberikan treatment.
Sedangkan postes diberikan untuk mengukur peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah diberikan pembelajaran terhadap
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum melaksanakan penelitian, soal yang akan berikan kepada siswa
kelas eksperimen maupun kelas kontrol terlebih dahulu perlu diuji kevalidannya. Ada beberapa tes yang harus dilakukan dalam menguji sebuah
instrumen penelitian antara lain:
Nurchasanah,2016 PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Validitas tes Kriteria yang mendasar dari suatu tes yang baik adalah bagaimana tes
tersebut dapat mengukur hasil-hasil yang konsisten dengan tujuannya. Seperti pendapat Sugiyono 2012, hlm. 173 bahwa “Valid berarti instrument tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Untuk
mengetahui validitas suatu soal, maka diperlu pengujian atau pertimbangan dari para ahli, salah satu ahli disini adalah dosen pembimbing. Pada penelitian
ini validitas soal dilakukan oleh dua orang validator yang merupakan dosen pembimbing dan guru kelas III. Adapun kriteria dalam pengujian validitas soal
ini terdiri dari dua yaitu validitas muka dan validitas isi. 1 Validitas Muka
Validitas muka disebut pula sebagai validitas bentuk soal atau validitas tampilan baik itu berupa pertanyaan, pernyataan ataupun suruhan.
Validitas muka ini dilakukan untuk mengetahui keabsahan susunan kalimat pada soal sehingga tidak menimbulkan pengertian yang tidak tepat,
termasuk juga kejelasan gambar dalam soal. Untuk setiap butir soal, jika soal dianggap valid maka validator membubuhkan angka 1 pada tabel.
Namun jika dianggap kurang valid maka validator membubuhkan angka 0 pada tabel. Setelah itu validator memberikan saran atau perbaikan pada
kolom dalam lembaran format yang telah disediakan. Soal dapat dikatakan valid apabila butir soal tersebut memiliki kejelasan dari segi bahasa atau
redaksinya. 2 Validitas Isi
Validitas isi membuktikan tentang ketepatan atau kesesuaian tes ditinjau dari materi yang diajukan, kesesuaian butir soal dengan indikator,
kesesuaian butir soal dengan tingkatan kognitif siswa, dan kesesuaian materi dengan tujuan yang ingin dicapai. Sama dengan validitas muka
untuk setiap butir soal, jika soal dianggap valid maka validator membubuhkan angka 1 pada tabel. Namun jika dianggap kurang valid
maka validator membubuhkan angka 0 pada tabel. Setelah itu apabila
Nurchasanah,2016 PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terdapat ketidakvalidan pada soal tersebut maka, validator memberikan saran atau perbaikan pada kolom dalam lembaran format yang telah
disediakan. Soal dikatakan valid secara isi jika butir soal tersebut telah sesuai dengan:
a Materi pokok yang diberikan b Indikator pencapaian hasil belajar
c Aspek kemampuan komunikasi matematis d Tingkat kesukaran untuk siswa kelas III Sekolah Dasar
3 Hasil pertimbangan validitas muka dan validitas isi Tabel 3.1
Hasil Pertimbangan Validitas Muka
No. Soal
Valid 1 atau Tidak Valid
Komentar dan Saran Perbaikan
1. 1
Untuk redaksi soal sudah cukup jelas dan bisa dipahami siswa. Mungkin hanya saja kata
“ceritakan” diganti dengan kata “beritahu”
2a. 1
Untuk redaksi soal sudah cukup jelas dan bisa dipahami siswa.
2b 1
Untuk redaksi soal sudah cukup jelas dan bisa dipahami siswa.
3. 1
Untuk redaksi soal sudah cukup jelas dan bisa dipahami siswa.
4a. 1
Untuk redaksi soal sudah cukup jelas dan bisa dipahami siswa.
4b. 1
Untuk redaksi soal sudah cukup jelas dan bisa dipahami siswa.
Tabel 3.2 Hasil Pertimbangan Validitas Isi
Nurchasanah,2016 PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. Soal
Valid 1 atau Tidak Valid
Komentar dan Saran Perbaikan
1. 1
Isi soal sudah cukup jelas dan sesuai dengan empat indicator yang ada
2a. Seharusnya tingkat kesukarannya adalah sukar
bukan sedang
2b 1
Isi soal sudah cukup jelas dan sesuai dengan empat indicator yang ada
3. 1
Isi soal sudah cukup jelas dan sesuai dengan empat indicator yang ada
4a. Seharusnya tingkat kesukarannya adalah sukar
bukan sedang
4b. 1
Isi soal sudah cukup jelas dan sesuai dengan empat indicator yang ada
Berdasarkan tabel pertimbangan di atas dapat dilihat bahwa untuk validitas muka sudah valid. Akan tetapi, untuk validitas isi soal hanya
terdapat kesalahan pada soal nomer 2a dan 4a saja. Atas hasil pertimbangan tersebut untuk soal-soal yang masih salah dilakukan perbaikan sesuai
dengan saran yang diberikan oleh validator, sehingga soal menjadi valid.
2. Instrumen Non-Tes
Instrumen non-tes yang digunakan pada penelitian ini yaitu angket skala sikap dan lembar wawancara.
a. Angket Skala sikap
Nurchasanah,2016 PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skala sikap dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai respon dan sikap siswa setelah dilakukannya pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan Brain Based Learning. Skala sikap tersebut berisi beberapa pertanyaan, diantaranya keberanian dalam bertanya
dan menjawab pertanyaan, perasaan suka atau tidaknya terhadap pembelajaran, pendapat mengenai pembelajaran menggunakan BBL, penguasaan kemampuan
pemecahan masalah matematis setelah dilakukan pembelajaran, dan kesukaan terhadap suasana kelas ketika pembelajaran berlangsung. Angket skala sikap
ini diberikan setelah semua proses pembelajaran berakhir dan diberikan kepada seluruh siswa di kelas eksperimen.
Untuk menentukan baik atau tidaknya skala sikap ini tidak ada kriteria yang mutlak. Namun dalam pembuatannya dilakukan secara bertahap. Tahap
pertama yakni membuat kisi-kisinya terlebih dahulu, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji validitas isi dengan mengkonsultasikan kepada dosen
pembimbing. Skala sikap dianalisis dengan menghitung jumlah jawaban yang menyatakan SS Sangat Setuju, S Setuju, TS Tidak Setuju, dan STS
Sangat Tidak setuju. Kemudian dideskripsikan berdasarkan jumlah jawaban dari angket skala sikap siswa kelas eksperiman. Jumlah pernyataan yang dibuat
berjumlah 10 terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Pernyataan positif yaitu nomor 1, 3, 5, 7, 9. Sedangkan pernyataan negative
yaitu nomor 2, 4, 6, 8, 10.
Tabel 3.3 Kriteria Penyekoran Skala Sikap
Bentuk Jawaban
Skor Jawaban Positif
Negatif
SS 4
1 S
3 2
Nurchasanah,2016 PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
TS 2
3 STS
1 4
b. Pedoman Wawancara Menurut Sugiyono 2012, hlm. 172 mengatakan bahwa “Wawancara
digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit”. Dalam penelitian ini wawancara digunakan
untuk mengetahui lebih dalam perasaan siswa dalam pembelajaran Brain Based Learning.
Selanjutnya data hasil wawancara tersebut dianalisis deskriptif sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan kesimpulan.
Wawancara dilakukan terhadap beberapa perwakilan siswa yang terdapat di kelas eksperimen masing-masing dari kelompok rendah, sedang, dan tinggi.
c. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan oleh peneliti untuk mengontrol pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning serta mengamati dan mencatat segala aktivitas siswa dan guru yang terjadi didalam kelas selama
proses pembelajaran berlangsung. Interaksi antara siswa dan guru dalam pembelajaran, serta interaksi antar siswa dalam pembelajaran matematika
dengan pendekatan Brain Based Learning. Instrumen lembar observasi ini diisi oleh observer, yakni guru matematika kelas eksperimen.
Aktivitas siswa yang diamati pada waktu pembelajaran berlangsung antara lain: mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, mempelajari lembar
kerja siswa LKS, melaksanakan instruksi dari guru, berdiskusi antara siswa dengan siswa ataupun dengan guru, mengerjakan soal-soal yang diberikan
guru. Sedangkan aktivitas guru yang diamati adalah sebagai berikut: penyampaian tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, menjelaskan materi
secara lisantulisan, mengajukan pertanyaan, membimbing ativitas siswa, serta menutup kegiatan pembelajaran.
Nurchasanah,2016 PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes, dilakukan sebelum pretes dan sesudah postes proses pembelajaran terhadap kedua kelas baik eksperimen maupun kontrol. Waktu
pelaksanaan tes awal dan tes akhir dilakukan secara bersamaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol agar data yang dihasilkan lebih akurat
dan tidak menimbulkan kebocoran soal dari siswa yang telah mendapatkan tes terlebih dahulu.
2. Skala sikap diberikan kepada seluruh siswa. Instrumen skala sikap ini diberikan setelah seluruh pembelajaran selesai dilaksanakan dan setelah
dilakukan postes. 3. Wawancara dilakukan pada siswa setelah proses pembelajaran selesai.
Dimana beberapa siswa dipilih secara acak. 4. Dalam pengisian Lembar observasi dilakukan pada setiap pembelajaran
treathment berlangsung. Untuk observer sendiri adalah guru matematika kelas eksperimen yang terlibat langsung dalam pemantauan pada saat
proses pembelajaran dilakukan.
H. Teknik Analisis Data