Penjelasan :
Tuturan di atas merupakan percakapan antara dua orang murid dengan menggunakan bahasa Batak Toba. Namun tanpa mereka sadari mereka
menyelipkan beberapa kata dari bahasa Indonesia. Dari percakapan di atas juga dapat diketahui bahwa latar belakang pribadi kedua pembicara adalah murid yang
tinggal di lingkungan pendidikan, sehingga kata-kata atau istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia sering mereka selipkan di dalam percakapan mereka
meskipun mereka berbahasa Batak Toba. Dari percakapan di atas dapat diketahui bahwa peran sangat
mempengaruhi seseorang untuk melakukan campur kode.
4.2.2 Penutur dan Pribadi Penutur
Dalam suatu peristiwa tutur, penutur terkadang sengaja bercampur kode terhadap mitra bahasanya karena mempunyai maksud dan tujuan tertentu.
Pembicara terkadang melakukan campur kode antar bahasa yang satu ke bahasa lain karena kebiasaan atau kesantaian.
Berikut adalah contoh yang terjadi di dalam interaksi belajar mengajar dengan menggunakan bahasa Batak tetapi sesekali menyelip kata dari bahasa
Indonesia.
Latar belakang : Kantor guru
Konteks : Percakapan antara guru dengan seorang murid pada waktu
sedang latihan berpidato.
Universitas Sumatera Utara
Peristiwa tutur :
Guru :
“Nunga diapil ho be teks ni pidato i ?” Sudah kamu hafal teks pidato itu?.
Murid :
“Nunga Bu.” Sudah Bu.
Guru :
“Holan nga iboho kata-kata nai nga mantap i, tinggal mansesuaihon tu gerak-gerikna nama.
” Jika kamu telah mengerti kata-katanya itu sudah bagus,
tinggal menyesuaikan dengan geral-geriknya. Murid
: “Andigan do ibu perlombaan ni haroa?” Kapan ibu perlombaannya?
Guru :
“Minggu na ro ari senin, makana ingkon hatop do pidato
on” Minggu depan hari senin, makanya harus cepat pidato
ini. Murid
: “Olo Bu.”
Iya Bu. Guru
: “Coba majo praktekhon sahali.”
Coba lah dulu praktekkan sekali
Penjelasan :
Peristiwa di atas menunjukkan adanya pembicaraan antara seorang guru dengan murid. Dalam tuturan tersebut mereka menggunakan bahasa Batak dalam
percakapannya dan sesekali menyelipkan kata-kata dari bahasa Indonesia. Dalam
Universitas Sumatera Utara
hal ini si guru dan juga murid bercampur kode di dalam pembicaraannya disebabkan karena kebiasaan atau kesantaian di dalam berbicara. Terasa janggal
dalam hatinya jika harus menggunakan kata dari bahasa Batak untuk kata seperti teks, pidato, perlombaan, coba, mantap dan sebagainya.
Contoh kedua
Latar belakang : Ruangan Kelas
Konteks : Percakapan guru dan murid pada waktu belajar
matematika. Peristiwa tutur
: Guru
: “Nunga digambar hamu be?”
Sudah kalian gambar? Murid
: “Nunga Bu.”
Sudah bu. Guru
: “Saonari gunting gambar i, nunga?”
Sekarang gunting gambar itu, sudah?. Murid
: “Nunga Bu”
Sudah Bu Guru
: “Lipat ma gambari sesuai ukuranna, ingkon pas sisi na
unang adong na lobi manang hurang. ”
Lipat gambar tersebut sesuai ukurannya, harus pas sisinya jangan ada yang lebih atau kurang.
Murid I :
“Piga hali dilipat Bu?”
Universitas Sumatera Utara
Berapa kali dilipat Bu?. Guru
: “Sahali jo parjolo, setelah dilipat baen garis di tonga-
tonga ni pangalipatan i. ”
Sekali dulu pertama, setelah itu buat garis di tengah- tengah lipatan itu.
Guru :
“Nunga dibaen?” Sudah dibuat?.
Murid :
“Nunga Bu.” Nunga Bu.
Guru :
“Coba ma ganti-ganti posisi lipatan i, selanjutna baen garis di tonga-tonga.
” Coba lah ganti lipatannya, selanjutnya buat garis di
tengah. Guru
: “Piga hali ma na boi ibana dilipat molo sarupa
lipatan na?”
Berapa kali dia bisa dilipar dengan sama lipatannya?. Murid
: “Tolu hali Bu.”
Tiga kali Bu. Guru
: “Jadi molo tolu hali ibana boi dilipat berarti jumlah ni simetri lipatna tolu.
” Jadi jika tiga kali dia bisa dilipat berarti jumlah simetri
lipatnya adalah tiga. Guru
: “Jadi aha tahe nangkin goar ni gambar on?”
Universitas Sumatera Utara
Jadi apa tadi nama gambar ini?. Murid
: “Persegi Bu.”
Pesegi Bu. Guru
: “Attong piga ma hape simetri lipat ni persegi?”
Jadi berapa simetri lipat dari persegi?. Murid
: “Tolu Bu.”
Tiga Bu.
Penjelasan :
Percakapan di atas merupakan percakapan dengan menggunakan bahasa Batak Toba tetapi terdapat pencampuran beberapa kata atau frasa dari bahasa
Indonesia antara lain kata gambar, lipat, posisi, coba, jumlah, simetri lipat, selanjutnya dan persegi. Dalam percakapan di atas dapat dianalisa bahwa
penggunaan kata atau frasa dari bahasa Indonesia disebabkan karena kebiasaan si penutur menyelipkan kata-kata dari bahasa Indonesia dan penutur sepertinya akan
merasa janggal jika dia menjelaskannya dengan bahasa Batak Toba.
Penutur dan pribadi penutur dapat menyebabkan terjadinya peristiwa campur kode. Di dalam percakapan di atas kebiasaan guru yang sering
menyelipkan kata dari bahasa lain ke bahasanya lah yang menyebabkan terjadinya peristiwa campur kode di dalam percakapan di atas.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Faktor Bahasa