Alih Kode a Pengertian Alih Kode

menggunakan bahasa lain dalam ceramahnya. Hal ini dikarenakan beliau menguasai lebih dari satu bahasa, yakni bahasa Pali dan bahasa Inggris.

2.2 Landasan Teori

Dalam penelitian ini dibutuhkan teori-teori yang dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk mendukung penelitian ini. Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang peneliti dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori diperlukan untuk membimbing dan memberi arahan sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi peneliti. Teori yang digunakan mengacu kepada teori sosiolinguistik yang dikemukakan oleh Fisman, Thelandler dalam Chaer dan Leoni Agustina dan juga teori sosiolinguistik yang dikemukakan oleh Suwito.

2.2.1 Alih Kode a Pengertian Alih Kode

Appel dalam Chaer dan Leonie Agustina 2004:107 mengatakan, “Alih kode adalah gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi”. Hymes dalam Chaer dan Leonie Agustina 2004:107 mengatakan “Alih kode itu bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam- ragam atau gaya- gaya yang terdapat dalam suatu bahasa”. Untuk menganalisis gejala alih kode ini mengacu pada teori Fishman dalam Chaer dan Agustina 2004:108, yaitu tentang siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan dan dengan tujuan apa. Siapa berbicara yang dimaksud di sini ialah penutur yang melakukan tindakan pembicaraan, dengan Universitas Sumatera Utara bahasa apa maksudnya ialah bahasa apa yang dipergunakan oleh penutur tersebut pada saat si penutur tersebut melakukan pembicaraan, kepada siapa maksudnya ialah si penutur melakukan pembicaraannya dengan lawan tuturnya, dan terakhir dengan tujuan apa maksudnya ialah topik apakah yang dibicarakan pada saat percakapan itu berlangsung. Sedangkan menurut Lance dan Haugen 1978:33 mengemukakan bahwa kemudahan berbahasa penutur sebagai sumber terjadinya gejala alih kode pada waktu penutur berbicara dalam bahasa A, terseliplah ungkapan seperti kata, frase ataupun klausa dalam bahasa B begitu juga sebaliknya. Hal ini biasanya disebabkan oleh semata-mata karena penguasaan bahasa si penutur kurang sempurna. Bahasa apapun yang termudah karena terbiasa diucapkan itulah yang diujarkan. Alih kode code switching merupakan salah satu penggunaan wujud bahasa oleh seorang dwibahasawan, yaitu penggunaan lebih dari satu bahasa oleh seorang dwibahasawan yang bertutur dengan cara memilih satu kode bahasa disesuaikan dengan keadaan Hudson, 1996:51-53 b Faktor Penyebab Terjadinya Peristiwa Alih Kode Selain sikap kemultibahasaan yang dimiliki oleh masyarakat tutur, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa alih kode, seperti yang dikemukakan oleh Chaer 2004:108, yaitu : 1. Penutur Seorang penutur kadang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur karena suatu tujuan. Misalnya mengubah situasi dari resmi menjadi tidak resmi atau sebaliknya. Kemudian ada juga penutur yang mengharapkan sesuatu dari Universitas Sumatera Utara mitra tuturnya atau dengan kata lain mengharapkan keuntungan atau manfaat dari percakapan yang dilakukannya. Sebagai contoh, Bapak A setelah beberapa saat berbicara dengan Bapak B mengenai usul kenaikan pangkatnya baru tahu bahwa bapak B itu berasal dari daerah yang sama dengan dia, maka dengan maksud agar urusannya cepat beres dia melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa daerahnya. Andaikata Bapak B ikut terpancing untuk menggunakan bahasa daerah maka bisa diharapkan urusan menjadi lancar, namun jika Bapak B tidak terpengaruh dan tetap menggunakan bahasa Indonesia, bahasa resmi untuk kantor maka urusan mungkin tidak menjadi lancar, karena rasa kesamaan satu masyarakat tutur ingin dikondisikannya tidak berhasil, yang menyebabkan tidak adanya rasa keakraban. Di dalam kehidupan nyata sering kita jumpai banyak tamu kantor pemerintah yang sengaja menggunakan bahasa daerah dengan pejabat yang ditemuinya untuk memperoleh manfaat dari adanya rasa kesamaan satu masyarakat tutur. Dengan berbahasa daerah rasa keakraban lebih mudah dijalin daripada menggunakan bahasa Indonesia. Alih kode untuk memperoleh “keuntungan” ini biasanya dilakukan oleh penutur yang dalam peristiwa tutur itu mengharapkan bantuan lawan tuturnya. 2. Lawan Tutur Dalam hal ini kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang atau sedikit kurang mengerti karena bahasa tersebut bukan bahasa pertamanya, jika lawan tutur yang latar belakang kebahasaannya sama dengan penutur biasanya beralih kode dalam wujud alih varian baik regional maupun sosial, ragam gaya, atau Universitas Sumatera Utara register. Kemudian bila lawan tutur berlatar belakang kebahasaan berbeda cenderung alih kode berupa alih bahasa. Umpamanya, Ani, pramuniaga sebuah toko cendramata, kedatangan tamu seorang turis asing, yang mengajak bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia. Ketika kemudian si turis tampaknya kehabisan kata-kata untuk terus berbicara dalam bahasa Indonesia, maka Ani cepat-cepat beralih kode untuk bercakap-cakap dalam bahasa Inggris, sehingga kemudian percakapan menjadi lancar kembali. 3. Kehadiran Orang Ketiga Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlatar belakang bahasa yang sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan lawan tutur dapat menyebabkan terjadi alih kode. Sebagai contoh, alih kode berikut dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia. Latar belakang : Kompleks sekolah di Doloksanggul Para pembicara : Ibu-ibu rumah tangga. Ibu S dan Ibu H orang Batak Toba, dan Ibu N orang Jawa yang tidak bisa berbahasa Batak Toba. Topik : Undangan pesta pernikahan Sebab alih kode : Kehadiraan Ibu N dalam peristiwa tutur Peristiwa tutur : Ibu S : “Nai H, ai dijou do ho tu ulaon ni anak ni si Horas i?” Bu H, kamu diundang tidak ke pesta anak si Horas itu? Universitas Sumatera Utara Ibu H : “Dijou, sama semalam kami diundang dengan ibu N ini, kan Bu?Diundang, sama kami semalam diundang dengan Bu N ini, kan Bu Ibu N : “Iya”iya Terlihat dari ilustrasi di atas, begitu pembicaraan kepada Ibu N alih kode pun langsung dilakukan dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia. 4. Perubahan Situasi Pembicaraan Perubahan situasi bicara dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagai contoh, ada beberapa orang mahasiswa sedang duduk-duduk di depan ruang kuliah sambil bercakap-cakap dalam bahasa Batak Toba. Tiba-tiba datang seorang ibu dosen dan turut berbicara, maka kini para mahasiswa itu beralih kode dengan menggunakan bahasa Indonesia. Peristiwa tutur : Mahasiswa A : “lae, mulak kulia tudia ho?” Lae, pulang kuliah nanti kemana?. Mahasiswa B : “Naeng tu perpus jo.” Mau ke perpus dulu. Mahasiswa A : “Sekalian jo lae, pinjam jo buku pengantar linguitik dah” Sekalin lah lae, pinjamkan dulu buku pengantar linguistik ya Mahasiswa B : “Attong rap ma hita sonngoni.” Sama lah kita kalau begitu. Mahasiswa A : “Adong karejokhu lae” Ada kerjaanku lae. Universitas Sumatera Utara Mahasiswa B : “Okelah.” Baiklah. Tiba-tiba ibu dosen dan ikut dalam percakapan kedua mahasiswa tersebut. Dosen : “Apa yang sedang kalian bicarakan?” Mahasiswa : “Eh, tidak ada bu Masalah kecil saja. ” Dosen : “Yaudah, tolong dulu ambilkan absen kita dari jurusan” Mahasiswa : “Baik Bu.” Dosen : “Sekalian dengan infokus ya” Mahasiswa : “Baik Bu.” Pada percakapan di atas dapat dilihat, sebelum kuliah dimulai situasinya adalah tidak formal, tetapi begitu kuliah dimulai yang berarti situasi menjadi formal, maka terjadilah peralihan kode. Tadinya digunakan bahasa Batak Toba lalu berubah menjadi bahasa Indonesia. 5. Perubahan Topik Pembicaraan Berubahnya topik pembicaraan dapat juga menyebabkan terjadinya alih kode. Pembicaraan yang bersifat formal diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral, dan serius. Pembicaraan yang bersifat informal diungkapkan dengan ragam bahasa nonbaku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya. Sebagai contoh, percakapan antara seorang sekretaris S dengan atasannya A. S : “Apakah Bapak sudah jadi membuat lampiran surat ini?” A : “O, ya, sudah. Inilah” S : “Terima kasih” Universitas Sumatera Utara A : “Surat ini berisi permintaan borongan untuk memperbaiki kantor sebelah. Saya sudah kenal dia, orangnya baik, banyak relasi, dan tidak banyak mencari untung. Saonari molo naeng maju do usahana ingkon barani do mambahen songoni …Sekarang jika usahanya ingin maju harus berani bertindak demikian… S : “Ingkon songoni do, Pak” Memang begitu, Pak A : “Songoni songon dia?” Memang begitu bagaimana? S : “Maksudna manang sadia pe modal anggo” Maksud-nya, Betapa pun besarnya modal kalau… A : “Anggo so godang pargaulan dohot holan naeng mambuat untung na godang, dang jadi usaha ni i. Ido maksudmu? ” kalau tidak banyak hubungan, dan terlalu banyak mengambil untung usahanya tidak akan jadi. Begitu maksudmu? S : “Memang songoni do kan” Memang begitu, bukan A : “O, ya, apa surat untuk Jakarta kemarin sudah jadi dikirim?” S : “Sudah, Pak. Bersamaan dengan surat Pak Ridwan dengan kilat khusus.” Pada contoh percakapan antara sekretaris dengan atasannya di atas sudah dapat dilihat ketika topiknya tentang surat dinas, maka percakapan itu berlangsung dalam bahasa Indonesia. Tetapi ketika topiknya bergeser pada pribadi orang yang dikirimi surat, terjadilah alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Batak Toba. Sebaliknya, ketika topik kembali lagi tentang surat alih kode pun terjadi lagi dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia. Dalam kasus pertuturan sekretaris dan atasan di atas tampaknya penyebab alih kode itu, yaitu perpindahan topik yang Universitas Sumatera Utara menyebabkan terjadinya perubahan situasi dari situasi formal menjadi situasi tidak formal merupakan penyebab ganda. Jadi, penyebab alih kode dalam kasus percakapan sekretaris denga majikan di atas adalah berubahnya situasi dari formal ke situasi tidak formal. c Jenis-jenis Alih Kode Soewito dalam Chaer 2004:114 membedakan adanya dua jenis alih kode, yaitu alih kode intern dan alih kode ekstern. Yang dimaksud alih kode intern adalah alih kode yang berlangsung antarbahasa sendiri, seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, atau sebaliknya, seperti percakapan antara sekretaris dan majikannya dalam ilustrasi di atas. Sedangkan alih kode ekstern terjadi antara bahasa sendiri salah satu bahasa atau ragam yang ada verbal repertoir masyarakat tuturnya dengan bahasa asing.

2.2.2 Campur Kode a Pengertian Campur Kode