Faktor Bahasa Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode

4.2.3 Faktor Bahasa

Penutur dalam pemakaian bahasanya sering mencampurkan bahasanya dengan bahasa lain, sehingga terjadilah campur kode. Hal itu ditempuh dengan cara untuk menjelaskan atau mengamati istilah-istilah kata-kata yang sulit dipahami dengan istilah-istilah atau kata-kata dari bahasa daerah maupun bahasa asing, sehingga mudah untuk dipahami. Berikut adalah contoh percakapan yang terjadi di dalam interaksi belajar mengajar yang terdapat peristiwa campur kode yang disebabkan oleh faktor bahasa yaitu istilah-istilah kata-kata sulit dijelaskan di dalam bahasa Batak maka diselipkan kata dari bahasa Indonesia maupun dari bahasa Asing. Latar belakang : Ruangan kelas Konteks : Percakapan yang terjadi di ruangan kelas sesama murid Peristiwa tutur : Murid I : “Las, bereng ma laptop ni ibu acer merekna. ” Las, lihat lah laptop ibu itu mereknya acer. Murid II : “Memang songoni goar ni laptop.” Memang seperti itu merek laptop. Murid I : “Dang, na di abangku dang songoni toshiba do goarna.” Tidak, punya abangku Toshiba mereknya. Murid II : “Dang hea hubegei songoni.” Tidak pernah saya dengar yang begitu. Murid I : “Na tingki mulak abangku diajari do au marinternet.” Pada waktu abangku pulang saya diajari internet. Universitas Sumatera Utara Murid II : “Pintor marinternet hape maniop mouse pe so diboto ho.” Berinternet megang mouse ajapun kamu tidak tahu. Murid I : “Bah, ho do dang diboto ho, so adong komputermu.” Bah, kamu yang tidak tahu, tidak ada komputermu. Penjelasan : Percakapan diatas adalah percakapan antara dua orang murid yang membicarakan tentang teknologi informasi yaitu laptopkomputer. Dari percakapan di atas terlihat ada fenomena percampuran yaitu bahasa Batak dengan bahasa Indonesia dan bahasa asing, dari kata laptop, acer, Toshiba, mouse dan komputer adalah kata-kata yang diselipkan dalam percakapan mereka, terlihat jelas bahwa kata-kata tersebut sulit atau sama sekali tidak bisa dijelaskan dengan bahasa Batak maka terjadilah percampuran bahasa untuk menjelaskan istilah itu supaya dapat dipahami. Universitas Sumatera Utara Contoh kedua Latar belakang : Ruangan kelas Konteks : Percakapan pada waktu belajar Biologi Peristiwa tutur : Guru : “Selamat pagi” Selamat pagi Murid : “Selamat pagi Bu” Selamat pagi Bu. Guru : “Buka buku na tentang fungsi alat tubuh manusia.” Buka bukunya tentang fungsi alat tubuh manusia Murid : “Halaman piga bu?” Halaman berapa bu?. Guru : “Halaman 22.” Halaman 22. Guru : “Jadi molo secara umum rangka manusia dibagi mai tolu b agian, aha mai?” Jadi secara umum rangka manusia dibagi menjadi tiga bagian, apa saja itu?. Murid : “Rangka kepala, rangka badan dan rangka anggota Gerak. ” Rangka kepala, rangka badan dan rangka anggota gerak. Guru : “Sintong, jadi molo didok rangka ima penopang, penopang ni dagingon asa boi tindang dohot mardalan. Universitas Sumatera Utara Isarana ulu adong ma penopangna nadigoari tengkorak, molo di pat adong do rangka ima nadigoari tulang tungkai, tulang paha, tempurung lutut dan sebagainya. Benar, jadi kalau dikatakan rangka adalah penopang, Penopang badan supaya bisa berdiri ataupun bergerak. Contohnya kepala memiliki penopang yang disebut tengkorak, kalau kaki ada rangkanya antara lain tulang tulang tungkai, tulang paha, tempurung lutut dan sebagainya. Penjelasan : Dari percakapan di atas terlihat ada fenomena percampuran katafrasa maupun kalusa yaitu bahasa Batak dengan bahasa Indonesia seperti tentang fungsi alat tubuh manusia, secara umum rangka manusia,rangka kepala, rangka badan, rangka anggota gerak, penopang,tengkorak,tulang tungkai,tulang paha dan tempurung lutut adalah kata-kata yang diselipkan dalam percakapan mereka, terlihat jelas bahwa kata-kata tersebut sulit atau sama sekali tidak bisa dijelaskan dengan bahasa Batak maka terjadilah percampuran bahasa untuk menjelaskan istilah itu supaya dapat dipahami. Universitas Sumatera Utara

4.3 Jenis Alih Kode