Lawan Tutur Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode

Penjelasan : Dari percakapan di atas dapat dilihat, pada mulanya ibu guru berbicara menggunakan bahasa Indonesia dan ditanggapi para murid dengan bahasa Indonesia juga. Tetapi ketika ibu guru mencoba menanyakan kepada salah satu murid yang terlambat tentang alasan kenapa dia terlambat dengan bahasa Indonesia, justru murid I menjawab dengan bahasa Batak Toba bahasa daerah. Pada peristiwa ini tampak jelas bahwa murid ini mencoba mengajak ibu guru beralih bahasa ke bahasa daerah karena dengan menggunakan bahasa daerah rasa persaudaraan akan lebih tinggi. Akhirnya ibu guru pun beralih kode menggunakan bahasa Batak Toba hingga percakapan berakhir dengan murid I tersebut. Dengan berbahasa daerah, rasa keakraban pun lebih mudah dijalin daripada menggunakan bahasa Indonesia. Alih kode untuk memperoleh „keuntungan‟ ini biasanya dilkukan oleh penutur yang dalam peristiwa tutur itu mengharapkan bantuan lawan tuturnya. Oleh karena itu, alih kode yang dilakukan oleh murid I tersebut adalah untuk memperoleh „keuntungan‟ yaitu lepas dari hukuman terlambat.

4.1.2 Lawan Tutur

Dalam hal ini kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang atau sedikit kurang mengerti karena bahasa tersebut bukan bahasa pertamanya, jika lawan tutur yang latar belakang kebahasaannya sama dengan penutur biasanya beralih kode dalm wujud alih varian baik regional maupun sosial, ragam gaya, atau Universitas Sumatera Utara register. Kemudian bila lawan tutur berlatar belakang kebahasaan berbeda cenderung alih kode berupa alih bahasa. Percakapan di bawah ini menunjukkan penutur beralih bahasa karena ingin menghormati guru yang sedang bertanya kepada murid. Latar belakang : Di ruangan kelas, di ruang kelas IV Para pembicara : Para murid dan guru Topik : Murid yang sedang diskusi pelajaran matematika Sebab alih kode : Menghormati guru Murid I : „Didia do tahe nangkin didok ibu i dibahen garis putus- putus?‟ Di mana tadi dikatakan oleh ibu itu dibuat garis putus- putus? Murid II : „Di tonga-tonga na dilipat i bahen‟ Di tengah yang dilipat itu Murid I : „Piga dibahen ho garis-garis nai?‟ Berapa kamu buat garisnya? Murid II : „Molo persegi panjang ba dua‟ Kalau persegi panjang dua Terjadi perubahan alih kode dari bahasa Batak Toba ke Bahasa Indonesia ketika guru menanyakan apa yang sedang didiskusikan murid-murid tersebut. Guru : „Apa yang kalian bicarakan?‟ Apa yang kalian bicarakan Murid II : „Ini bu, berapa katanya garis yang dibuat di gambar Universitas Sumatera Utara persegi pa njang‟ Ini bu, berapa katanya garis yang dibuat di gambar persegi panjang. Guru : „Berapa kamu buat?‟ Berapa kamu buat Murid II : „Dua bu‟ Dua bu Guru : „Iya betul‟ Iya betul Penjelasan : Dalam percakapan di atas awalnya murid I dan murid II menggunakan bahasa Batak Toba di dalam percakapannya, dan ketika gurunya ikut dalam percakapan mereka dengan menggunakan bahasa Indonesia maka mereka pun beralih kode menggunakan bahasa Indonesia. Berdasarkan percakapan di atas murid II beralih kode dengan menggunakan bahasa Indonesia, karena menghormati gurunya, dengan tidak sengaja mereka telah menghormati gurunya karena tidak mempertahankan bahasa yang mereka gunakan pada waktu berdiskusi. Gejala alih kode yang disebabkan karena pembicara atau penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa si lawan tutur tersebut. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang karena memang mungkin bukan bahasa pertamanya. Kalau si lawan tutur itu berlatar belakang bahasa yang sama dengan penutur, maka alih kode yang terjadi hanya peralihan varian baik Universitas Sumatera Utara regional maupun sosial, ragam, gaya atau register. Kalau si lawan tutur berlatar belakang bahasa yang tidak sama dengan penutur, maka yang terjadi adalah alih bahasa. Berikut adalah percakapan yang terjadi dalam interaksi belajar mengajar, di mana guru penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa salah satu muridnya lawan tutur karena muridnya kurang mengerti menggunakan bahasa Indonesia. Latar belakang : Ruangan kelas pada waktu belajar Para pembicara : Guru dan salah satu murid Topik : Menanyakan tentang absensi kehadiran si murid Sebab alih kode : Alih kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa bahasa Batak Toba karena lawan tutur kurang mengerti bahasa Indonesia. Peristiwa tutur : Guru : “Sudah berapa kali kau absen Zola?” Sudah berapa kali kamu absen Zola? Murid : “Tiga kali Bu.” Tiga kali Bu Guru : “Semalam kamu gak masuk, apa alasanmu?” Semalam kamu tidak masuk, apa alasanmu? Murid : “Basah sepatuku Bu.” Basah sepatuku Bu Universitas Sumatera Utara Guru : “Cuma gara-gara sepatu basah gak bisa sekolah, memang gak ada niatmu sekolah ya ” Cuma gara-gara sepatu basah gak bisa sekolah, memang gak ada niatmu sekolah ya. Karena guru melihat si murid kesulitan untuk menjawab dengan bahasa Indonesia maka guru pun beralih kode ke bahasa Batak Toba. Guru : “Dibege ho do, holan ala ni sipatu ma ho dang sikkola.” Kamu dengarnya, hanya karena sepatu kamu tidak sekolah. Murid : “Hubege bu, ala na holan i do sipatukku Bu.” Dengar bu, Cuma itu sepatuku Bu. Guru : “Dang olo sidung alus sian ho, baenma ulakhon ma muse songoni dah asa tinggal kelas ho. ” Tidak pernah habis jawabanmu, buatlah begitu terus supaya kamu tinggal kelas. Murid : “Dang be olo au absen Bu.” Saya tidak akan absen lagi Bu. Guru : “Unang losok ho marsikkola, seang hepeng ni bapa dohot uma i pasikkolahon ho, lao di ho doi ateh. ” Jangan kamu malas sekolah, hargai uang orangtuamu menyekolahkan kamu, untukmu itu. Murid : “Olo Bu” Iya Bu Universitas Sumatera Utara Guru : “Hundul maho.” Silahkan duduk. Penjelasan : Dari percakapan diatas dapat dilihat, pada mulanya guru yng merupakan asli suku Batak Toba berbicara kepada muridnya dengan bahasa Indonesia dan disambut pula oleh murid dengan menggunakan bahasa yang sama. Namun di tengah pembicaraan si murid lawan tutur kelihatannya sulit untuk berbicara dengan bahasa Indonesia maka dengan cepat si guru pun beralih kode menggunakan bahasa Batak Toba, dengan demikian pembicaraan mereka pun berlanjut.

4.1.3 Perubahan Situasi Pembicaraan