Faktor Peran Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode

unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa yang masing-masing telah menanggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disisipinya. Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menguraikan data hasil peneiltian yang dapat diuraikan sebagai berikut :

4.2.1 Faktor Peran

Status sosial, pendidikan, serta golongan dari peserta bicara atau penutur dapat meyebabkan terjadinya peristiwa campur kode. Guru dan murid berada dalam status peran yang sama yaitu peran pendidikan, jadi peristiwa campur kode yang terjadi di dalam pembicaraan mereka ataupun dengan orang diluar mereka dapat disebabkan oleh faktor pendidikannya. Di bawah ini dapat dilihat contoh percakapan campur kode karena faktor peran penutur yang mencampurkan dua bahasa yakni bahasa bahasa Batak dan bahasa Indonesia. Latar belakang : Di kantor kepala sekolah Konteks : Percakapan antara kepala sekolah dengan salah satu orang tua murid yang membicarakan tentang kehadiran murid yang bersangkutan. Peristiwa tutur : Kepala sekolah : “Nga ro hamu amang” Bapak sudah datang. Orang tua siswa : “Nunga bah, aha ma ibu si hataanta haroa?” Sudah, apa ibu yang kita bicarakan rupanya Universitas Sumatera Utara Kepala sekolah : “Taringot kehadiran ni anak muna do amang marsingkola,ai jotjot do ibana absen. ” Tentang kehadiran anak anda ke sekolah, sering kali dia absen. Orang tua siswa : “Ima dah ibu hira na so adong do memang hubereng rohana marsikkola nunga sai ni jujuan nian. ” Itulah bu sepertinya tidak ada niatnya untuk sekolah padahal sudah kami suruh. Kepala sekolah : “Molo masala si songon on dang holan tanggung jawab ni hami guru on, ingkon dohot do peran muna selaku orang tua. ” Kalau masalah begini bukan hanya tanggung kami guru, harus ikut peran kalian selaku orang tua. Orang tua siswa : “Toho do i ibu, hami pe nunga tung loja mamodai, alai nang pe songoni tong do ulahan muse mandok anggiat muba rohana i. ” Itu benar ibu, kami pun sudah capek menasihatinya, namun biar pun begitu tetap kami ulangi menasehati mudah- mudahan berubah hatinya.” Kepala sekolah : “Olo, holan ido amang si hataan asa hubaen hami surat panggilan orang tua. ” Ya, hanya itu pak yang ingin dibicarakan sebab kami Membuat surat panggilan orang tua. Universitas Sumatera Utara Penjelasan : Tuturan diatas merupakan pembicaraan antara kepala sekolah dengan salah satu orang tua murid. Dalam pembicaraan itu kepala sekolah menggunakan bahasa Batak dengan lawan bicaranya yaitu orang tua siswa, yang tanpa disadari pada waktu kepala sekolah berbicara dengan lawan tuturnya sering menyelipkan bahasa Indonesia di dalamnya. Dari pembicaraan tersebut kalau dilihat dari pribadi pembicara yaitu seorang guru dengan latar belakang hidup di dunia pendidikan tentu saja dia menunjukkan identitasnya sebagai guru maka dia menyelip kata-kata dari bahasa Indonesia yang berhubungan dengan pendidikan. Di dalam pembicaraan diatas fenomena campur kode jelas terlihat dalam interaksi tersebut. Dalam peristiwa ini juga jelas terlihat bahwa faktor penyebab peristiwa campur kode ini adalah karena faktor peran, peran sangat berpengaruh pada seseorang untuk melakukan campur kode. Universitas Sumatera Utara Contoh kedua Latar belakang : Ruangan Kelas IV Konteks : Percakapan antar murid di dalam ruangan yang membahas tentang penaikan kelas. Peristiwa tutur : Murid I : “Niko, annon molo penaikan kelas hita sabangku dah” Niko, nanti kalau penaikan kelas kita satu bangku yah. Murid II : “Ah, si Banglas do donganhu.” Ah, si saya si Banglas kawanku. Murid I : “Didok ibu olo do tinggal kelas i.” Kata ibu mungkin dia akan tinggal kelas. Murid II : “Ala ni aha?” Kenapa?. Murid I : “Ala sering ibana absen.” Karena dia sering absen. Murid II : “Hata-hatana doi, asa unang sai absen do ra si Banglas.” Hanya perkataan saja itu, agar si Banglas tidak absen lagi. Murid I : “Dang huboto bah, olo do ra.” Tidak tahu lah, mungkin juga. Murid II : “Tabereng ma ari aha molo pas manjalo rapor.” Kita lihat saja lah nanti waktu pembagian rapor. Universitas Sumatera Utara Penjelasan : Tuturan di atas merupakan percakapan antara dua orang murid dengan menggunakan bahasa Batak Toba. Namun tanpa mereka sadari mereka menyelipkan beberapa kata dari bahasa Indonesia. Dari percakapan di atas juga dapat diketahui bahwa latar belakang pribadi kedua pembicara adalah murid yang tinggal di lingkungan pendidikan, sehingga kata-kata atau istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia sering mereka selipkan di dalam percakapan mereka meskipun mereka berbahasa Batak Toba. Dari percakapan di atas dapat diketahui bahwa peran sangat mempengaruhi seseorang untuk melakukan campur kode.

4.2.2 Penutur dan Pribadi Penutur