1.2 Perumusan Masalah
Sesuai dengan judul dan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka diperlukan suatu perumusan masalah. Adapun masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut : 1.
Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya alih kode dan campur kode dalam interaksi belajar-mengajar di SD Negeri 175780
Aeknauli Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan ? 2.
Jenis alih kode dan campur kode apakah yang terdapat dalam interaksi belajar-mengajar di SD Negeri 175780 Aeknauli Kecamatan Pollung
Kabupaten Humbang Hasundutan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode
dan campur kode dalam interaksi belajar-mengajar di SD Negeri 175780 Aeknauli Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.
2. Mendeskripsikan jenis alih kode dan campur kode yang terdapat dalam
interaksi belajar-mengajar di SD Negeri 175780 Aeknauli Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini dapat menambah khasanah penelitian
sosiolinguistik dalam hal alih kode dan campur kode. Secara praktis penelitian ini akan bermanfaat untuk :
1. Menunjang pelaksanaan program pemerintah, dalam upaya pelestarian
bahasa daerah, sebagai salah satu sumber pengembangan kosakata bahasa Indonesia.
2. Melestarikan bahasa Batak Toba, agar tidak punah sebagai alat
komunikasi baik sebagai alat komunikasi formal maupun informal. 3.
Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut terhadap ilmu sosiolinguistik.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepustakaan yang Relevan
Penelitian tentang kebahasaan, terutama yang berkaitan dengan penelitian penggunaan alih kode dan campur kode sudah sering dilakukan oleh peneliti-
peneliti sebelumnya. Sebagai bahan perbandingan, penelitian-penelitian tersebut memberikan arahan yang cukup berarti dalam proses penelitian ini.
Suatu karya ilmiah haruslah disusun secara objektif digunakan sumber- sumber yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, baik berupa buku-buku
acuan yang relevan maupun dengan pemahaman-pemahaman teoritis dan pemaparan yang berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dari lapangan.
Dalam penelitian ini penulis mengacu kepada buku “Kajian
Sosiolinguistik, Ihwal Kode dan Alih Kode”, yang diterbitkan Ghalia Indonesia, karangan R.Kunjana Rahardi dan buku “Sosiolinguistik” karangan Abdul Chaer
dan Agustina. Berkaitan dengan judul skripsi ini penulis akan menguraikan beberapa
defenisi dari para ilmuwan tentang alih kode dan campur kode sebagai berikut. Appel dalam Chaer dan Leonie Agustina 2004:107 mengatakan, “Alih
kode adalah gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi”. Hymes dalam Chaer dan Leonie Agustina 2004:107 mengatakan,
“Alih kode itu bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam-
ragam atau gaya-gaya ya ng terdapat dalam suatu bahasa.”
Universitas Sumatera Utara
Nababan 1984:32, “Campur kode adalah suatu keadaan berbahasa lain
ialah bilamana orang mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa speech act atau discourse tanpa ada sesuatu yang menuntut pencampuran bahasa
itu. ”
Fasold dalam Chaer dan Agustina 2004:115 mengatakan, “Campur kode
yaitu kalau seseorang menggunakan satu kata atau frase dari satu bahasa, dia telah melakukan campur kode.”
Selanjutnya, Widya 2012 berjudul “Alih Kode dan Campur Kode pada
Masyarakat Melayu di Desa Pantai Cermin Kanan Kecamatan Pantai Cer min”
menyatakan bahwa faktor yang menjadi penentu pada penelitian alih kode dan campur kode masyarakat Melayu di Desa Pantai Cermin Kanan Kecamatan Pantai
Cermin ini, khususnya untuk penelitian alih kode ditentukan karena adanya pembicara atau penutur, pendengar atau lawan tutur hadirnya orang ketiga,
perubahan situasi dari formal ke informal maupun sebaliknya dan perubahan topik pembicaraan. Sedangkan untuk penelitian peristiwa campur kode peneliti
menemukan tiga macam campur kode dalam kategori sintaksis yaitu bentuk kata, frasa dan klausa, faktor utama yang mengakibatkan terjadinya peristiwa campur
kode pada masyarakat Melayu di Desa Pantai Cermin Kanan Kecamatan Pantai Cermin yang pertama adalah keterbatasan si penutur dalam mempergunakan suatu
bahasa sehingga penutur bercampur bahasa pada saat berkomunikasi dengan lawan tuturnya, kedua, keterbiasaan si penutur yang menyelipkan atau membuat
serpihan-serpihan bahasa lain ke dalam bahasanya baik secara sadar maupun tanpa sadar. Lingkungan sosial yang menjadi penetu terjadinya peristiwa alih kode
Universitas Sumatera Utara
dan campur kode pada masyarakat Melayu di Desa Pantai Cermin Kanan Kecamatan Pantai Cermin adalah lingkungan keluarga dan juga di pasar
tradisional yaitu pada transaksi jual beli. Selanjutnya, Eko Mandala Putra 2012
berjudul “Analisis Campur Kode da
lam Ceramah Y.M. Bhikhu Uttamo”, menyimpulkan bahwa : 1.
Bentuk campur kode code mixing dalam ceramah Y.M. Bhikkhu Uttamo yakni berupa kata, frasa serta klausa.
2. Jenis campur kode code mixing yang terdapat dalam ceramah Y.M. Bhikkhu
Uttamo merupakan campur kode ke luar outer code-mixing, karena bahasa yangg dicampurkan dalam ceramahnya merupakan bahasa asing yakni bahasa
Pali dan bahasa Inggris. Sedangkan campur kode ke dalam tidak ditemukan satu pun data dalam penelitian ini.
3. Ada beberapa fungsi campur kode dalam ceramah Y.M. Bhikkhu Uttamo
yakni sebagai perulangan, sebagai penyisip kalimat dan sebagai kutipan. 4.
Faktor penyebab terjadinya campur kode dalam ceramah Y.M. Bhikkhu Uttamo disebabkan oleh beberapa faktor yakni pertama, karena penutur
sendiri dalam hal ini Y.M. Bhikkhu Uttamo dengan sengaja melakukan campur kode dalam ceramahnya guna meyakinkan pendengar tentang apa
yang disampaikan. Selain itu juga karena Y.M. Bhikkhu Uttamo sebagai seorang rohaniawan Buddhis tentu sering membaca buku-buku Dhamma yang
didalamya terdapat banyak istilah bahasa Pali sehingga hal ini pula penyebab dilakukannya campur kode. Kedua, karena kebiasaan penutur dalam
Universitas Sumatera Utara
menggunakan bahasa lain dalam ceramahnya. Hal ini dikarenakan beliau menguasai lebih dari satu bahasa, yakni bahasa Pali dan bahasa Inggris.
2.2 Landasan Teori