Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi

4.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Menurut Ghozali 2005:91 “adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau nilai Variance Inflation Factor VIF. Batas nilai tolerance adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10”. Apabila nilai tolerance 0,1 atau VIF 10 = terjadi multikolinearitas. Apabila nilai tolerance 0,1 atau VIF 10 = tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian terhadap multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Colinearity Statistic Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 8864216.929 877248.347 10.105 .000 PAD 5.014E-5 .000 .726 7.865 .000 .635 1.576 DAU 2.289E-6 .000 .084 .696 .489 .371 2.696 BM 6.764E-7 .000 .009 .083 .934 .433 2.311 Diolah oleh Penulis 2012 Hasil uji statistik nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0.10, dan demikian juga hasil perhitungan Variance Inflation Factor VIF menunjukkan nilai VIF lebih kecil dari 10. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Covariance Matrix Coefficient Correlations a Model BM PAD DAU 1 Correlations BM 1.000 -.100 -.649 PAD -.100 1.000 -.389 DAU -.649 -.389 1.000 Covariances BM 6.702E-11 -5.204E-12 -1.749E-11 PAD -5.204E-12 4.065E-11 -8.158E-12 DAU -1.749E-11 -8.158E-12 1.083E-11 Diolah oleh penulis 2012 Berdasarkan tabel 4.4 maka kita dapat melihat hasil besaran korelasi antar variabel dependen tampak bahwa hanya variabel Belanja Modal yang mempunyai korelasi cukup tinggi dengan variabel Dana Alokasi Umum dengan tingkat korelasi - 0,649 atau sekitar 64,9 . Oleh karena korelasi ini masih dibawah 95 , maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.

4.3.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada runtut waktu time series karena “gangguan” pada seseorang individukelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi Universitas Sumatera Utara yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yaitu dengan melakukan uji Durbin-Watson DW test. Tabel 4.5 Uji Statistik Durbin-Watson Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .785 a .616 .599 2860830.191 .581 Diolah oleh penulis 2012 Berdasarkan output SPSS pada tabel 4.5 diketahui bahwa nilai Dubrin- Watson sebesar 1,122 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada autokorelasi, hal ini berdasarkan pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut Ghozali 2006 dengan cara melihat besaran Dubrin-Watson D-W sebagai berikut: • angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif. • angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. • angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negative.

4.3.4 Uji Heteroskedastisitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara

8 88 80

Pengaruh Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pendapatan Perkapita

0 52 113

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Modal Terhadap Pendapatan Perkapita Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat

1 11 95

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Modal Terhadap Pendapatan Perkapita Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat

0 0 13

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Modal Terhadap Pendapatan Perkapita Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat

0 0 2

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Modal Terhadap Pendapatan Perkapita Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat

0 0 9

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Modal Terhadap Pendapatan Perkapita Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat

0 0 22

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Modal Terhadap Pendapatan Perkapita Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat

0 0 3

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Modal Terhadap Pendapatan Perkapita Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat

0 0 11

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara

0 0 10