perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
GambarI. 3 Organisasi ruang Radial sumber, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya,1999,h.205
a. Kombinasi dari organisasi terpusat dan linear. b. Lengan radial dapat berbeda satu sama lain, tergantung pada
kebutuhan dan fungsi ruang. c. Organisasi ruang secara radial mengarah ke luar.
4. Cluster mengelompok
Gambar I. 4 Organisasi ruang Cluster mengelompok sumber, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya,1999,h.205
a. Merupakan pengulangan bentuk fungsi yang sama, tetapi komposisinya dari ruang-ruang yang berbeda ukuran, bentuk dan
fungsi. b. Pembuatan sumbu membantu susunan organisasi.
5. Grid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
Gambar I.5 Organisasi ruang Grid sumber, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya,1999,h.205
a. Terdiri dari beberapa ruang yang posisi ruangnya tersusun dengan pola grid 3 dimensi.
b. Organisasi ruang membentuk hubungan antar ruang dari seluruh fungsi posisi dan sirkulasi.
f. Aspek lantai
Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan lantai adalah : 1 Fungsi lantai
2 Sifat lantai 3 Karakter lantai
4 Konstruksi lantai Drs. Djoko Panuwun, 1997
Syarat p eren canaan lan tai den gan anak seba gai p engg una utamanya adalah :
1 Seluruh permukaan lantai harus non slip anti selip atau anti licin, h al in i berk aitan d en gan ke n yataan b ahw a sifat lic in ad alah
penting, karena bahaya secara psikologis. Hal ini berlaku untuk keseluruhan bagian ruangan.
2 Lantai harus tidak kasar, meskipun non slip lantai tidak boleh kasar. 3 Ambang pintu dan perunahan kecil dalam kenaikan sebisa mungkin
dihindari. Joseph De Chiara, 1990
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
K eb u tu h an k elua sa n la ntai se tia p ke la s u ntu k an ak u sia prasekolah adalah 20-25 m
2
24-30 yd
2
untuk 30-40 anak, tapi ukuran idealnya untuk 20 anak. Pada ruang kelas yang umum setiap anak
memerlukan luas lantai 1,5 m
2
16 ft
2
lebih baik kalau 2m
2
2,4 yd2. Drs. Yan Dianto, 1991
g. Aspek dinding
Tuntutan yang harus dipenuhi dinding pada ruang-ruang public a n tara la in mu d ah pe me lih ara a n n ya, m amp u m ere d am su a ra,
m e n u n j a n g a s p e k d e k o r a t i f , t a h a n t e r h a d a p k e l e m b a b a n , memperlihatkan kesan atau sifat ruangan tertentu yang sesuai dengan
system pencahayaan atau penghawaan, baik secara alami maupun buatan Suptandar, 1995.
Fa k to r-fa kto r d a lam m ere n c an a k an d in d in g yan g p e rlu diperhatikan adalah:
1 Fungsi dinding
2 Sifat dinding
3 Karakter dinding
4 Konstruksi dinding
Drs. Djoko Panuwun, 1997 Seluruh permukaan dinding hendaknya menggunakan bahan
yang halus, tidak licin, dan mudah dibersihkan serta mempunyai kemampuan untuk menyerap bunyi dengan baik Neufert, 1995.
Porsi terb esar d ari din din g ruang kelas dan ruan g b ermain indoo r sebaikn ya meng gunakan p ermuk aan dengan materi al yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
lembu t, dari tekstu r yang tak b eraturan. Ke seg aran din din g b aik material maupun bentuknya akan merangsang emosi dan persepsi anak.
Maka diperlukan variasi dengan desain yang menarik, sederhana, dan selektif Fowler, 1980: 107.
Suara anak yang meninggi karena ekspresi emosional mereka, membutuhkan dinding yang menyerap suara anak, maupun suara-suara
lain yang mengganggu Fowler, 1980: 107. Sebaiknya ketinggian dinding massif tembok bata tidak dibuat
mencapai ceiling, melainkan diteruskan dengan d inding kaca pada bagian atasnya, setinggi mata orang dewasa, agar orang dewasa dapat
mengamati anak yang beraktifitas di dalamnya Fowler, 1980: 101. Tinggi ruangan kelas tergantung dari keadaan penerangan pada
sian g ha ri dan hu bun gann ya d en gan fakto r-fak to r luar yang lain bangunan lain, kebun, dan lain -lain. Untuk ruangan selebar 6 -8 m
20-26 ft tinggin ya 3,25-3,75 m 10 ft 8 in 12 ft 4 in Drs. Y an
Dianto, 1991: 3.
h. Aspek ceiling
Ceiling adalah sebuah bidang permukaan yang terletak di atas garis pandang normal manusia, berfungsi sebagai pelindung atap
sekaligus sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada di bawahnya. Pamudji Suptandar, 1999, h.161
Penggunaan material ceiling secara umum yaitu dengan ciri-ciri : mudah perawatannya, dapat digunakan sebagai bahan akustik, tahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
terhadap suhu dan kelembaban, menunjang aspek dekoratif, mempunyai variasi bentuk dan warna. Rida Darmawan, 2002, h.12.
Material yang biasa digunakan : 1. Gypsumboard
Merupakan bahan yang mudah dipasang, mempunyai bobot yang ringan dan kemampuan menyerap suara dan mudah dibersihkan.
Lembaran gypsum memiliki ukuran standar 1200 mm × 2400 mm. Bahan ini dapat dipasang dengan rangka yang terbuat dari kayu
ataupun metal. 2. Multipleks
Multipleks yang digunkan untuk ceiling biasanya dengan ketebalan 4mm. Ukuran standar multipleks adalah 1200mm × 2400mm.
Tabloid RUMAH edisi 13- 1 9 Juli 22 Juli 2003, h.18.
i. Aspek furniture
1 Ukuran Furniture Ergonomi furniture Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat temperamen
dan ukuran-ukuran manusia, agar dapat hidup n yaman dan pu gs dalam melakukan kegiatan-kegiatan, merasakan keindahan hidup.
Semua unsur menyangkut kondisi fisik atau kenikmatan yang be rsan gk utan den gan in tens itas o rg an man usia d ip elajari d an
dijadikan sebagai standar Suptandar, 1995:31. Pen ggab ungan d ari berbagai disiplin ilmu yaitu: fisiologi,
anatomi, kedokteran, psikologi fisiologi, psikologi eksperimental, fisika serta teknik menerapkan usaha penyerasian pekerjaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
lingkungan. Maka furniture pada umunya harus dirancang untuk menanggulangi keluhan-keluhan tersebut yang disesuaikan dengan
kebutuhan seseorang dalam sktifitas pasif maupun dinamis. A n a k t en tu s a j a le b i h m u d ah k e ti k a a r e a b e l a ja r d a n
bermainnya do irganisasikan dengan skala u kuran anak dengan furniture dan alat-alat yang diatur dengan meminimalkan kekacauan
ata u k erus ak an y an g leb ih memb erik an k eb eb a san b erg era k Fowler, 1980: 270.
Furniture yang praktis dan fungsional diperlukan dalam ruang un tuk bermain, sebaikn ya mudah dibersihk an u ntuk dirapik an
kembali. Praktis bukan berarti kaku dan menyulitkan kebebasan gerak anak Tate, Smith, Harper Row, 1986; 113 -114.
Tu n t u tan e rg o n o mic u n tu k d ime n si f u rn itu re ten tu n ya bervariasi, karena bervariasinya usia anak. Sebaiknya menggunakan
furniture terutama meja dan kursi dengan usia anak, sehingga setiap anak dapat dengan mudah meletak kan kaki di atas lantai
dalam posisi yang n yaman, jika furniture untuk anakyang lebih muda terlalu besar untuk kenyamanannya, itu patut melepas kaki
beberapa meja kursi cut down Fowler, 1980: 270. Bahan atau perabot untuk anak-anak harus terbuat dari bahan
yang ringan, namun kuat supaya tidak mudah hancur atau patah. Untuk setiap sudut furniturenya-pun harus tumpul untuk keamanan
anak-anak itu sendiri. Sebisa mungkin semua perabotan diberi pengaman atau pelapis yang empuk dari bahan yang ringan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
estetis. Syarat furniture untuk anak sebagai pengguna utama, menurut
Rida Darmawan, 2002 , h.12 antara lain : a. Memenuhi tuntutan ergonomis anak kecil
b. Memiliki bentuk yang tidak membahayakan seperti bentuk lengkung dan sudut tumpul dan mempunyai variasi bentuk dan
warna. c. Menggunakan bahan yang tidak mengandung racun, tahan lama
dan ringan, mudah dipindahkan. Bila memungkinkan dapat digunakan sebagai media permainan mutlifungsi
Tabel 3. Ukuran Furniture Anak.
No Ukuran
Usia th Keterangan
1. 45-50
2-3 Tinggi meja
2. 50-52
3-6 Tinggi meja
3. 25-30
2-3 Tinggi kursi
4. 30-32
3-6 Tinggi kursi
5. 100
2-6 Tinggi loker
6. 30
2-6 Tinggi loker
7. 28-3015
3-4 Tinggi toilet
8. 3015-38
5-8 Tinggi toilet
Drs.Yan Dianto, 1991 2 Lay Out Furniture
Lay out dapat dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Penentuan daerah aktifitas
b. Daerah aktif, memiliki frekuensi aktifitas tinggi dan bersifat cepat c. Daerah pasif, memiliki frekuensi aktifitas rend ah d an
bersifat lebih lambat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
d. Bentuk kegiatan e. Ukuran gerak untuk memperhitungkan ruang atau jarak yang
dibutuhkan oleh sikap gerak atau kegiatan manusia. Lay out furniture mengikuti perencanaan umum ruang Pile,
19 88. Jadi bila b eberapa area p er mainan yang mempu nyai kedekatan karakteristik dijadikan satu dalam ruangan, maka dengan
lay out yang berbeda akan mampu membedakan kegiatan masing- masing area.
Perabot yang dibutuhkan Built in Equipment dalam tempat pendidikan anak prasekolah adalah:
a. Sink b. Display counter
c. Work benches d. Paper trays
e. Filling cases f. Book cases
g. Cupboard h. Teacher locker
John E. Nichols, etc, 1956: 275-276 3 Layout ruang kelas
Beberapa alternative penataan ruang kelas, sebagai berikut a. Ruang kelas yang diperluas dengan tempat penyimpanan pakaian
dan koridor, mendapat cahaya d an udara dari kedua sisinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
Perluasan koridor juga pada daerah antara dua buah kelas dan gudang.
Gambar 2 Lay out ruang kelas dengan koridor dan tempat pakaian
b. Kombinasi antara kelas dalam ruangan dan kelas luar ruangan
Gambar 3 layout kombinasi kelas
c. Penyusunan ruang kelas yang sisinya membentuk sudut-sudut menyiku menyebabkan perambatan bunyi
Gambar 4 layout ruang kelas dengan dinding sebagai akustik
d. Ruang kelas yang diantara ruangnya dipisahkan oleh gudang dan ruang penyimpanan pakaian, topi dan sebagainya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
Gambar 5 layout ruang kelas dengan ruang lain sebagai menyekat
e. Ruang kelas berbentuk segi enam tanpa koridor, jalan masuk melalui tempat penyimpanan pakaian
Gambar 6. lay out ruang kelas segi enam tanpa koridor f. Ruan g kelas berbentu k segi enam dilengkap i deng an ru an g
rekreasi berbentuk segitiga
Gambar 7. lay out ruang kelas berbentuk segi enam
j. Aspek interior system 1 Pencahayaan
Ada dua, macam pencahayaan, yaitu: cahaya alam Natural Lighting dan cahaya buatan Artificial Lighting. Suatu fasilitas
pendidikan akan sangat menyenangkan dan tidak akan melelahkan bila diterangi, terutama secara, alamiah dari luar Mangunwijaya,
1991. Cahaya siang hari dapat masuk melalui jendela, dinding kaca,
langit-langit tembus cahaya. Penggunaan jendela besar atau kaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
pada sisi dinding menyudut memberikan efek ruang tertentu kelihatan sangat besar dan memberi dampak psikologis kebebasan bagi
penghuni. Dalam perencanaan ruang kelas dan ruang bermain indoor yang
sebagian besar menggunakan cahaya alami siang hari, perlu diingat tuntutan minimum kekuatan penerangan yaitu:
Kerja halus sekali : 300 lux cermat, terus-menerus Kerja halus : 150 lux cermat
Kerja sedang : 80 lux tanpa konsentrasi besar Kerja kasar : 40 lux ex: gudang, lorong
Bila kekuatan terang disepakati 3000 lux atau 5000 lux, maka untuk ru angan dengan pekerjaan halus sekali, yang dih aruskan
dengan penerangan minimum 300 lux, itu berarti 3003000.100 6. Maka untuk ruangan tersebut, factor cahaya siang hari harus
10 6 dari 3000 5 000 lux. Jika kurang dari itu, maka itu sudah saatnya ruangan memakai sumber cahaya lampu. Meskipun
perhitungan ini tidak mutlak karena cahaya siang hari terdiri dari banyak unsure, yaitu penerangan langsung dari langit, refleksi luar
pemantulan sekali, refleksi dalam pemantulan 2 kali atau lebih, unsur bahan jendela Mangunwijaya, 1991: 240-242.
Penerangan dengan menggunakan cahaya alami pada siang hari ya itu sin ar matah ari san gat be rp en garu h p ada sebu ah k ela s.
Dinding tempat jendela menggunakan tiang kolom dari batu bata dan sedikit penopang untuk mendapatkan cahaya siang hari yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
merata dan tidak menyilaukan. Pencahayaan rendah 0,60 -0,80 m 2ft
2ft 8 in, memerlukan tinggi meja 0,70 m 2ft 4in. Supaya cahaya dapat mencapai lantai ruangan, maka jendela sebaikn ya
tidak mempunyai ambang yang terlalu tinggi, juga bisa digunakan batu bata yang dapat memantulakn cahaya yang berfungsi untuk
men ya rin g d an me man cark an cah aya seh in g ga me gh asilk an penerangan yang merata. Untuk mengatasi silau yang disebabkan
oleh cahaya yang berlebihan pada keadaan tertentu karena awan tinggi dan lain -lain dapat digunak an alat pengatur cahaya yang
juga berfungsi sebagai penyerap panas. Untuk beberapa aktifitas dan beberapa keadaan, penggunaan
cahaya buatan juga diperlukan terutama untuk ruang serba guna, apabila digunakan untuk acara seni pertunjukkan dan pertemuan.
Karena pada aktifitas-aktifitas tertentu cahaya harus dikontrol batas kecerahan cahaya, warna penempatan dan kualitasnya, baik cahaya
a la m i m a u p u n c ah a y a b u a ta n d a p a t me n jaw ab k e b u tu h a n psikologis yang mewadahi dan harus mampu menciptakan suasana
khusus Hardinoto, 1985. La mp u -lamp u pe lep a san lis trik te rma su k lamp u ta b un g
flourescent. Lebih-lebih yang single coated, banyak memancarkan cahaya ultra violet. Oleh karena itu dalam mempergunakan lampu-
lampu jenis ini perlu diadakan pengamanan dengan pemasangan filte r p e n ye rap u ltr a vio let u ltra vio let a b so rb sin g u n tu k
men yerap u ltra un gu yan g dipa nca rk an . Lamp u -lampu p ijar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
tungstem incandescent hanya sedikit memancarkan sinar ultra violet tetapi memancarkan sinar infra merah. Oleh karena itu dalam
me mp e r gu n a k an la m p u -la mp u je n is p ija r p er lu d ia d ak a n pengamanan dengan pemasangan filter penyerap infra merah yang
dipancarkan. Antara warna dan cahaya mempunyai hubungan yang sangat erat, sebab pada hakekatnya warna merupakan gelombang
cahaya yang dapat dilihat oleh mata kita. Lampu fluorescent adalah cukup baik, secara langsung maupun
yang sedikit disaring Drs. Yan Dianto, 1991: 4. Pada dasarnya warna merupakan suatu kualitas cahaya yang
dipantulkan dari obyek kearah mata kita. Ini menyebabkan k e r u c u t- k e r u c u t
w a rn a p a d a
re tin a u n tu k
b e r ea k si . Y a n g
memungkinkan timbulnya gejala warna pada obyek. Warna adalah suatau kekayaan dari cahaya spectrum.
Pencahayaan dalam ruangan selain tuntutan penerangan, penggunaan cahaya siang hari harus memperhatikan lokasi geografi
Utara, Selatan, Timur, dan Barat, karena masing-masing arah mempunyai efek pada penciptaan keadaan umum, sebagai akibat dari
posisi matahari pada langit, karakter tersebut adalah sebagai berikut: a Cahaya dari Selatan, mempunyai karakter cahaya yang konstan,
cerah dan hangat b Cahaya dari Utara, mempunyai karakter tenang dan dingin
c Cahaya dari Timur, mempunyai karakter yang fluktuatif dan kesejukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
d Cahaya dari Barat, menyiratkan perubahan dan kehangatan Smith Tate, 1986
Menurut Pamudji Suptandar kriteria dalam penempatan lampu adalah sebagai berikut:
a Tidak boleh atau harus dihindarkan sumber cahaya yang tepat berada di bidang penglihatan yang langsung ke sumber cahaya.
b Sebaiknya sumber cahaya dipasang pelindung agar intensitas cahaya rata-rata.
c Besarnya sudut antara arah pandang horizontal dengan garis mata ke sumber cahaya harus lebih besar dari 30°.
d Apabila dalam ruang yang besar terdapat sudut yang lebih kecil da ri 3 0° dan k ead aan tid ak dap at dihind ari, maka su mb er
cahaya sebaiknya dilengkapi dengan pelindung. D a l a m m e r e n c a n a k a n i n s t a la s i p e n c a h a y a a n ,
p e r lu dipertimbangkan: a K ua n tita s atau ju mla h c ah a ya p a d a p ermu k aa n terte n tu
Lighting Level atau tingkat penerangan. b Distribusi kepadatan cahaya Luminasi Distribution.
c Pembatasan agar cahaya tidak menyilaukan mata Limitation of Glare.
d Arah pencahayaan dan pembentukan bayangan
Light Directionality and Shadow.
e Warna cahaya dan refleksi warna Light Colour and Colour Rendering.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
f Kondisi iklim ruangan. Mangunwijaya, 1991
Pencahayaan yang ditunjukan untuk kepentingan estetika atau keindahan perlu digunakan untuk berbagai macam metode dan
teh nik -teh nik pencah ayaan, sehin gga tercap ai suasana, yan g diinginkan. Dalam rangka mendapatkan suasana yang baik melalui
pencahayaan, oleh Meiril Isa : Untuk mendapatkan suasana yang baik, sebaiknya dipakai penerangan yang tidak langsung, seperti
la m p u n e o n ya n g d ia ra h k an k e a ta s at a u k e te m p a t y a n g diinginkan Meiril Isa, dalam kolokium Rida Dermawan, 2001.
Kriteria pencahayaan pada interior meliputi: a Faktor Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya adalah kekuatan cahaya yang jatuh pada suatu permukaan dan dinyatakan dalam satuan Lux Intensitas Cahaya.
b Faktor Radiasi Sinar Ultra Violet dan Infra Merah Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan
interior atau ruang adalah untuk memperoleh kenyamanan Comfortab le p emak ain ya.
Ken yaman an suatu ruan g atau bangunan ditentukan juga oleh factor utilitas yang meliputi p encah ay aan. Ke silau an
ad alah k on disi p en glihatan ya ng mengalami Discomfort dan pengurangan kemampuan untuk melih at o b y ek . K e silau an
d ap at d is eb a bk a n o leh po sis i penempatan lampu jarak yang kurang tepat, pantulan dari peralatan yang dipakai, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
sebagainya. Untuk menghindarkan kesilauan yang ditimbulkan oleh
pencahayaan. Perlu dihindarkan penggunaan system distribusi cahaya yang secara. langsung. System pencahayaan yang baik
ad a la h d en ga n d istribu si c ah a ya memb au r a ta u Difu sse , s ed a n g k a n u n tu k me n g h in d a ri k e sila u a n d a ri p a n tu l an
sebaiknya permukaan difinishing dengan bahan yang mudah menyerap cahaya.
Untuk penghitungan instalasi penerangan suatu ruangan perlu diperhatikan pula refleksi pencahayaan dari langit-langit,
dinding, mebel, dan lantai. Untuk keharmonisan ruangan dianjurkan factor refleksi lantai minimum 15, langit-langit
60, dan dinding 30, serta mebel minimum 20. Hardinoto, 1985.
Suasana ruang yang terbentuk tergantung pula dari cahaya yang dikeluarkan, yaitu :
a Cahaya yang terpencar Penggunaan lampu dengan sinar yang terpencar dapat
d ig u n a k a n se b a g a i
p en ca h a y a a n u m u m
se p e rti pemakaian bola lampu biasa tanpa penutup. Sumber ca h ay a
u mumn y a te rsemb u n yi d i b ela ka ng k a ca buram, acrylic, kertas jepan g, tenunan bambu atau dari balik kaca bening.
Cahaya yang dikeluarkan lebih lembut. b Cahaya yang terbatas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
C ah ay a ya n g terb a ta s, tip e d iman a ca h aya ya n g arahnya dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhannya. Kuat cahaya dan
lebar yang diingin kan tergantung dari tipe lampu yang dipakai. Biasanya ditempatkan sebagai aksen ruang.
c Cahaya langsung dan tak langsung Cahaya langsung adalah tipe cahaya yang menerangi langsung
ke obyek yang hendak dilihat. Sedangkan cahaya tak langsung adalah jenis cahaya yang dibuat memantul pada dinding atau
plafon. Penyinaran tak langsung yang menyinari ruang tidak menyilaukan pandangan, cahaya yang dipancarkan lebih lembut
dibandingkan dengan pencahayaan langsung Baik cah a ya alami maup u n cah ay a b ua ta n h aru s menjawab kebutuhan
psikologis yang
mewadahi dan
h a r u s m a m p u
m e n c i p t a k a n s u a s a n a k h u s u s Mangunwijaya, 1991.
2 Penghawaan
Ven tilasi tergantung pada orientasi dan penemp atan suatu ba ngu nan mempen garuh i arah an gin , ya ng mene ntu kan leta k
ventilasi, yang baik. Terletak pada daerah yang arah angin nya keluar dari bangunan.
B e s a r n y a l u b a n g v e n t i l a s i h a r u s d a p a t b e r f u n g s i mempertukarkan udara secara cepat tanpa mempengaruhi suhu pada
dinding. Penggunaan vntilasi sebaiknya menyilang dengan tidak memakai saluran. Umumnya 6 m
3
240 ft
3
udara yang diperlukan oleh setiap anak -anak. Maka itulah hendakn ya pertukaran udara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
kelas harus dapat bertukar paling tidak tiga sampai lima kali dalam satu jam. Di Amerika, digunakan ventilasi mekanik dengan unit
ventilator yang dihubungkan dengan ruang pemanas yang dapat mengeluarkan ud ara
IM3
36 ft
3
b aik udara p an as maupun u dara dingin. Alat ini berfungsi sebagai alat penyaring dan pengatur udara
yang dibutuhkan oleh anak -anak dalam setiap menit. Penggunaan alat ini diperlukan sebagai pengganti ventilasi yang terdapat pada
jendela utama. K e n ya ma n an u d a ra ter ga n tu n g d a ri temp e ratu re u d ara ,
tem p er atu re b e n d a -b en d a s ek ita r, k ele mb ab a n r ela tiv e , d an p e rg e r a k a n u d a r a . K e le m b a b a n r e la t iv e s e k it a r 4 0 - 4 5 .
Kenyamanan udara berbeda untuk setiap kegiatan, yaitu: pekerjaan ringan duduk 21-23°C, pekerjaan ringan berdiri 19-21°C, pekerjaan
berat duduk 18-19°C, sedangkan pekerjaan berat berdiri 15-17°C Suptandar, 1995.
Kebutuhan udara untuk anak-anak dalam ruang kelas adalah sebagai berikut:
Ruang udara yang disediakan untuk setiap anak
Kebutuhan udara untuk setiap anak per menit
3,00
M2
0,8 M3 6,00 m
2
0,6 M3 9,00 m
2
0,48 m3 15,00 m
2
0131 m3
Tabel 4. Kebutuhan Udara Drs. Yan Dianto, 1991: 5
Jenis Arus Udara bersih
M
3
menitorang Volume ruangan
M2orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
Kantor kecil Kamar mandi ruang bermain
Ruang perundingan Ruang pertunjukkan
Sekolah untuk anak-anak Klinik umum
Kamar tidur ruang istirahat 0,8
0,4 0,7
0,4 0,8
0,9 0,8
30 15-20
5,5-7 5,5-8,5
5,5-7 5,5-8,5
10,5-14
Tabel 5. Pergantian Udara Mangunwijaya, 1991
Menurut Pamuji Suptandar, ventilasi dapat melalui jendela, pintu, dinding yang berlubang, buka-bukaan, dan sebagainya. Untuk
me mp e role h k eu n tu n g an y an g ma k s imal, p e rs ya ra tan y an g dibutuhkan umumnya dengan tinggi ambang 0,9 m di atas lantai
ketinggian jendela. Jenis ventilasi ada dua, yaitu: ventilasi buatan, yang terdiri Bari
ventilasi mekanis kipas angin, exhaust dan ventilasi AC Air Conditioning. Jenis Jenis AC antara lain:
- AC Window - AC Split
- AC Central - AC Standing
Suptandar, 1995
3 Akustik ruangan
Kontrol terhadap gangguan suara sangat penting karena anak-- anak sering mengeluarkan suara-suara yang berisik. Gangguan suara
yang mungkin akan mempengaruhi ketenangan konsentrasi suatu aktifitas yang terjadi. Batas sakit pendengaran manusia 130 foon
sekitar 1 30 dB atau 1 000 Hz. Bata s k emamp uan men gh adap i gangguan bunyi adalah:
Bunyi 30-60 dB terus menerus mengganggu selaput telinga dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
mengarah kegelisahan psikis bingung, nervous, peka, letih, dsb,
Bunyi 65-90 dB yang tak henti-hentinya akan merusak lapisan- lapisan kehidupan manusia jantung, peredaran darah,dsb
Bunyi 90-130 dB merusak selaput telinga dan keadaan jiwa sampai tuli
Pengendalian bunyi pada jalan yang dilalui bun yi ditempuh dengan jalan peningkatan penyerapan bunyi yang timbul dengan
menggunakan bahan penyerap bunyi pada lantai, dinding, ceiling, dan furniture sesuai dengan kebutuhan ruang.
Tingkat backgro und suara tergantung pada 4 faktor utama, yaitu:
a Tingkat keras atau keributan noise
b Daya serap dinding kedap suara
c Lingkungan sekitar
d Volume ruangan
Bahan -bahan peredam suara dapat diklasifikasikan atas tiga jenis, yaitu:
a Bah an -b aha n be rp ori, d ap at men yerap sua ra p ad a semua tingkatan freku ensi dan efisiensin ya tergantung ketebalan
bahan. b Panel-panel penyerap, panel-panel tersebut men yerap su ara
yan g berfre kuen si tertentu sesu ai den gan b erat pan el dan k e teb a lan ro n g ga ud a ra n ya , b ias an y a d ig u n ak a n u n tu k
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
menyerap frekuensi rendah. Penyerapan bunyi sangat banyak dilakukan dengan menggunakan bahan yang tampak pad at,
hanya dapat dipasang pada suatu rongga udara. Resonator rongga yang dapat diatur untuk memilih penyerapan
te rtentu sepan jan g rentang freku ensinya. Cara in i ku ran g bermanfaat ditinjau dari jumlah penyerapan dan lebih efisien dengan
menggunakan bahan-bahan non akustik, misalnya beton, walaupun desainnya agak sulit. Ernest Neufret, 1996: 173
Tabel 6. Daftar angka koefisien penyerapan udara
No Nama Bahan
125 Hz 500 Hz
2000 Hz 4000 Hz
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
Papan sepanjang
15 yang
ditempel pada dinding padat Tembok batu bata polos atau
dicat Karpet+bulu kempa diatas lantai
padat Karpet tebal + bulu kempa diatas
lantai kayu dan parket Karpet tebal diatas lapisan kedap
air pada lantai beton Papan serat kayu lunak diatas
dinding padat, ukuran nominal setebal 12
Lantai ubin plastic atau linoleum Jendela
kaca, kaca
setebal hingga 4
Papan lapis
yang ditempel
sehingga padat Pelat
lapisan kayu
tanpa plesteran
setebal 25
diatas dinding padat
0,3 0,02
0,1 0,2
0,1 0,5
0,03 0,2
0,05 0,1
0,1 0,02
0,3 0,3
0,2 0,15
0,03 0,1
0,05 0,4
0,1 0,04
0,5 0,5
0,5 0,3
0,3 0,05
0,05 0,6
0,1 0,05
0,6 0,6
0,4 0,3
0,05 0,02
0,05 0,6
k. Pertimbangan desain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
1 Bentuk Semua bentuk dapat dikurangi perannya dengan jalan membuat
garis-garis dominant karen a dapat menghantar ma ta kita kepada pusat perhatian focal point.
Pada usia 2 tahun, konsep anak mengenal bentuk cukup berkembang, sehingga mereka dapat memasukkan bidang geometris
ke dalam papan b erlub ang, menco cokkan berdasar bentukn ya. Konsep uku ran dari berb agai bentuk b e nda belum b erkembang
sampal anak masuk sekolah. 2 Warna
Me nu rut D r. M asru n da lam k olo kium Ma rita Pusp a, 2 00 4 lew at h asil p en elitian p e rse psi an ak terh a da p b en tuk
d an w arn a. K o n se p ru an g b ag i a n ak sa n ga t dipengaruhi oleh persepsi anak mengenai warna dan bentuk. Pada anak usia balita,
cenderung memilih warna-warna tajam dan cerah sebagai obyek perhatiannya. Sedang usia 5 tahun ke atas, cenderung memilih bentuk
sebagai obyek perhatiannya. Warn a-warn a yan g digun aka n cen derun g pad a p erpad uan
antara warna-warna dasar 3 warna primer, 3 warna sekunder, yaitu merah oranye, kuning, hijau, biru, dan violet. Dari keenam warm
d a sa r a d a d u a k e lo mp o k ya n g me mp u n ya i p erb e d aa n k e san mencolok. Merah, oranye, dan kunin g meru pakan warna hangat.
Hijau, biru, dan violet merupakan warna sejuk. Penggun aan warna h angat d an warna sejuk tergan tung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
dari karakter ruang yang ingin ditampilkan, suhu daerah setempat yang mempengaruh i p emilihan warna. W arna untuk ruang kelas
anak-anak lebih menguntungkan bila menggunakan warna -warna yang cerah, biasanya dalam warna hangat John F. Pile, 1998.
Pada umumnya warna mempunyai fungsi sebagai alat untuk meningkatkan pemahaman ruang, yaitu
Membantu membentuk orientasi. Menjaga karakter ruang.
Un tu k menambah ras a man usiawi p ada ruan g terseb ut. Warna secara psikologis dibedakan menjadi 3 dimensi, yaitu:
a . Hue, semacam temperamen mengenai p anas atau dinginnya warna
b . Value, mengenai gelap terangnya warna yang terbagi menjadi Close value value yang berdekatan atau hampir bersamaan,
mempunyai kesan lembut dan tenang, Contras value value yang berjauhan mengesankan kegelisahan
c . In te n si, men g e n a i ce ra h re d u p n y a w a rn a . W a rn a -w a rn a mempunyai kekuatan pada minat dan emosi manusia skema
warna ruang akan memberi arti tersendiri pada sebuah ruangan tersebu t. Ka dan g -k ad ang w arna -wa rn a terte ntu d iartik an
berbeda pada suatu daerah dengan daerah lain, namun secara umum warna memberikan kesan sebagai berikut:
Merah: hangat, suasana panas, kegembiaraan, diasosiasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
pada penekanan bahaya
Orange:
penghalusan dari merah
Kuning:
warna yang hangat, diasosiasikan dengan kelincahan
Hijau: warna tenang dekat dengan hangat, merupakan
favorit u ntuk men y eimban g ka n ske ma w arn a s ehin gg a berkesan tenang, nyaman, dan membangun
Biru: yang paling tenang dengan warna-warna terang,
mengesankan istirahat, tenang, kemuliaan
Putih: keterbukaan, bersih, dan cerah
Hitam: kekuatan aksen warna, berat, formal
John F. Pile, 1988 Menurut Chromo therapi atau terapi warna dalam salah
satu cabang ilmu kedokteran, yaitu:
Merah
, bersifat merangsang mental, menambah ketegangan otot, tegangan darah meninggi dan irama nafas cepat.
Biru , bersifat mengendurkan oto, menenangkan denyut nadi dan
irama pernafasan, dapat memudahkan mengantuk.
Hijau , bersifat menyeimbangkan saraf, santai dan memudahkan
konsentrasi. Menurut Sri Purwaningsih:
Tabel 7. Pskologi warna
Warna Absorbsi
Daya Pantul Kesan Psikologi
Warna terang : - Putih
- Hijau kebiruan 0,5
98 76
Riang Dingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
- Kuning - Biru pastel
- Kuning kecoklatan - Abu-abu
76 81
76 83
Gembira,cerah Formil dan kalem
Cerah Lembut dan kalem
Warna sedang : - Biru kehijauan
- Kuning - Kuning kecoklatan
0,7 54
65 63
Mulia dan kalem Gembira dan cerah
Gembira dan cerah Warna tua :
- Biru - Coklat
- Hijau 0,9
8 10
7 Formil dan kalem
Terang Segar
Sri Purwaningsih, dalam kolokium Marita Puspa, 2004 3 Garis
Orientasi atau arah sebuah garis dapat mempengaruhi peranannya dalam konstruksi visual, yaitu:
Garis lurus vertical dan horizontal merupakan arah pokok, mempunyai kesan dingin, keras, dan lugas
Garis miring diagonal terasa mengarah ke atas dan ke bawah, mempunyai kesan tidak tenang
Garis lengkung mempunyai kesan lemah gemulai, lunak Sedangkan menurut Pamudji Suptandar, sebagai berikut:
Garis horizontal dalam seuah ruangan memberi kesan lebih luas dan lebar
Garis vertikal akan memberi kesan sempit atau panjang dan meninggi
Garis lengkung akan bersifat romantis Ga ris yan g tid ak be ra tu ran men ja dika n tidak fo rmil atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
memberi kesan kepada irama-irama yang menguasai ruang Suptandar, 1995
4 Tekstur Menu rut bentuk nya, tekstur dibed ak an men jadi d ua, yaitu
tekstur halus dan tekstur kasar. Selain itu tekstur juga meliputi hiasan- hiasan dan ukiran. Dalam sebuah komposisi yang lebih besar atau
sebuah perancangan dilihat dari jarak tertentu, elemen-elemen yang lebih besar menimbulakn efek tekstur K enneth Smithies, 1982.
Tekstur dapat melatih perabaan, tekanan dan remasan. Perbedaan tekstur dari berbagai komponen interior dan berbagai
bentuk permainan, anak dilatih untuk merasakan berbagai permukaan. 5 Bahan
Tabel 8. bahan lantai
Jenis Bahan Lantai Tingkat Penyerapan dalam Hertz Hz
125 250
500 1000
2000 4000
Mempunyai daya pantul yang tinggi
Marmer atau keramik polish Beton atau lapisan dasar plester
Keramik diatas beton Permukaan air atau kolam
0.01 0.02
0.15 0.008
0.01 0.03
0.11 0.008
0.015 0.03
0.10 0.013
0.02 0.03
0.07 0.017
0.02 0.03
0.06 0.020
0.02 0.02
0.07 0.025
Mempunyai daya serap yang tinggi
Karpet diatas beton Karpet yang diberi lapisan lagi
Karpet dalam ruangan dan luar ruangan
0.02 0.08
0.01 0.06
0.24 0.05
0.14 0.56
0.10 0.37
0.69 0.20
0.60 0.71
0.45 0.65
0.73 0.65
Jenis Material Dinding Jenis Penyerapan dalam Koefisien Hertz
125 250
500 1000
2000 4000
Mempunyai daya pantul tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
John F. Pile, 1988
i. sistem keamanan 1. Sistem pencegahan bahaya kebakaran
a. Alarm kebakaran otomatis Alarm kebakaran otomatis harus disesuaikan dengan
kemungkinan bahaya kebakaran dan dipasang dengan tepat agar dapat bereaksi dengan benar saat terjadi kebakaran. Ernst Neufert,
1996, h.255. b. Detektor kebakaran
1. Jenis jenis detektor kebakaran
Bata Bata yang diplester
Marmer, keramik Blok konsentred tanpa dicat
Blok konsentred yang dicat Plester halus disebagian
Plester kasar disebagian ½ inch lembaran panel gypsum
8 3
inch panel plywood Jenis kaca untuk jendela
Lembaran kaca 0.03
0.013 0.01
0.36 0.10
0.013 0.14
0.29 0.28
0.35 0.16
0.03 0.015
0.01 0.44
0.05 0.015
0.10 0.10
0.22 0.25
0.06 0.03
0.02 0.01
0.31 0.06
0.02 0.06
0.05 0.17
0.18 0.04
0.04 0.03
0.01 0.29
0.07 0.03
0.05 0.04
0.09 0.12
0.03 0.05
0.04 0.02
0.39 0.09
0.04 0.04
0.07 0.10
0.07 0.02
0.07 0.05
0.02 0.05
0.08 0.05
0.03 0.09
0.11 0.04
0.02
Tingkat penyerapannya thd bunyi
Tackboard Draperi yang ringan atau tapestry
10-ozsq.yd datar dinding Draperi yang sedang 14-ozsq.yd
mengelilingi setengah luas dinding Draperi yang berat 18-ozsq.yd
mengelilingi setengah luas dinding 0.42
0.03 0.07
0.14 0.49
0.04 0.31
0.35 0.33
0.11 0.49
0.55 0.22
0.17 0.75
0.72 0.19
0.24 0.70
0.70 0.17
0.35 0.60
0.65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
Jenis jenis detektor kebakaran menurut Data Arsitek jilid 2
karangan Ernst Neufert 1996, h.255, yaitu : Detektor asap
Detektor api Detektor panas
2. Luas pengawasan detektor
Luas Pengawasan Maksimal Setiap Detektor
Luas bidang ceiling m
2
Jumlah Pemasangan Detektor
Detektor panas 20 m
2
12 8
12 6
12 4 - 12
4 1 Detektor
2 Detektor 3 Detektor
4 Detektor 5 Detektor
30 m
2
18 12 -18
9 12
6 9
6 1 Detektor
2 Detektor 3 Detektor
4 Detektor 5 Detektor
Tabel 9. Luas Pengawasan detektor kebakaran. Sumber Data Arsitek, 1996. h.256
Luas Pengawasan Maksimal Setiap Detektor
Luas bidang ceiling m
2
Jumlah Pemasangan Detektor
Detektor asap 60 m
2
36 24
36 18
24 12 - 18
12 1 Detektor
2 Detektor 3 Detektor
4 Detektor 5 Detektor
80 m
2
48 32 - 48
24 32
16 24
16 1 Detektor
2 Detektor 3 Detektor
4 Detektor 5 Detektor
Tabel 9. Luas Pengawasan detektor kebakaran . Sumber Data Arsitek, 1996. h.256.
3. Sprinkler Jarak antar alat siram yang satu dengan lainnya harus
berjarak 1,5 m
2
. Jarak maksimal ditentukan oleh luas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
perlindungan alat, penggolongan dan bahaya kebakaran. Ernst Neufert 1996, h.257
Jenis Alat Siram Batasan
Bahaya Kebakaran
Luas Perlindungan
Setiap Alat Siram m
2
Jarak Maksimal Antara Alat Siram m
2
Alat siram normal BK 1
BK 2 BK 3
BK 4 9
9 9
9 3,75
3,75 3,75
3,75
Alat siram paying pancaran
BK 1 BK 2
BK 3 BK 4
21 12
9 9
4,60 4,00
3,75 3,75
Tabel 10. kebutuhan alat siram sprinkler Sumber Data Arsitek, 1996. h.256
4. Fire Extinguiser alat pemadam portabel Alat pemadam portable diletakkan pada area kurang lebih
250 m
2
dan jarak pengadaannya setiap 20 25 m. Ernst Neufert
1996, h.255. 5. Emergency lighting
Lampu darurat yang berfungsi memberikan tanda bagi pengguna bangunan untuk segera meninggalkan bangunan sebab
telah terjadi kebakaran.
2. Sistem audiovisual