DESAIN INTERIOR INTERNATIONAL PLAYGROUP DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI ANAK

(1)

DESAIN INTERIOR

INTERNATIONAL PLAYGROUP DI SURAKARTA

DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI ANAK

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun oleh:

YOGIE IRAWAN CENDANA

C 0 8 0 4 0 3 8

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERNATIONAL PLAYGROUP DI SURAKARTA

DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI ANAK

Disetujui untuk diajukan, guna melengkapi syarat kelulusan Tugas Akhir Jurusan Desain Interior

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta 2010

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Rahmanu Widayat, MSn Sn, M T

NIP. 19621221 199201 1 001 NIP. 19730702 200112 2003

Mengetahui Koordinator Tugas Akhir

Iik Endang S.W, SSn, M.Ds NIP. 19771027 200112 2002


(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada Sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta

2011

Pada hari Rabu 15 Desember 2010 Penguji :

1. Ketua Sidang

Anung B Studyanto, S.Sn,MT

NIP. 197108162005011001 ( ... ) 2. Sekretaris Sidang

Mulyadi, S.Sn, M.Ds

NIP. 1973072002121001 ( ... )

3. Pembimbing I

Drs. Rahmanu Widayat, MSn

NIP. 196212211992011001 ( ... ) 4. Pembimbing II

, SSn, MT

NIP. 19730702 2001122003 ( ... )

Mengetahui,

Ketua Jurusan Desain Interior Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Drs. Rahmanu Widayat, MSn Drs. Sudarno, MA


(4)

iv

PERNYATAAN

Nama : Yogie Irawan Cendana

NIM : C0804038

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul Perencanaan dan Perancangan International Playgroup Dengan Pendekatan Psikologi Anak -benar karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda

citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar yang diperoleh.

Surakarta, 15 Desember 2010 Yang membuat pernyataan,

Yogie Irawan Cendana NIM. C0804038


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Selesaikan dengan baik apa yang telah kita awali

Tidak akan tindakan tanpa keberanian. Jadi tidak akan keberhasilan tanpa keberanian.

-orang yang beriman,

jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta

orang-(Q.S. Al-Baqarah: 153)

Karya kecilku ini kupersembahkan kepada : Keluarga ,Kekasih dan seluruh sahabat , Fakultas Senirupa UNS Jurusan Desain Interior,


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Tiada kata terindah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya sehingga penulis mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul Desain Interior International Playgroup Dengan Pendekatan Psikologi Anak.

Dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rahmanu Widayat, MSn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa serta selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah Kolokium dan Tugas Akhir.

3. Purwaningrun, SSn, MT. selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah Tugas Akhir.

4. Iik Endang S.W, SSn, M.Ds, selaku Koordinator Tugas Akhir.

5. Civitas Akademis dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga terselesaikannya Tugas akhir ini.

6. Segenap keluarga dan Kekasihku yang telah memberikan bantuan dan semangat Tugas Akhir ini.

7. Sahabat sahabatku dan teman - teman yang selalu mendukung aku dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.


(7)

vii

Penulis menyadari Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membantu sehingga dapat menyempurnakan penyusunan skripsi ini dari pembaca.

Surakarta, 7 April 2011 Penulis,

Yogie Irawan Cendana NIM. C0804038


(8)

viii

DESAIN INTERIOR

INTERNATIONAL PLAYGROUP DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI ANAK

ABSTRAK

Yogie Irawan Cendana. C0804038 2011. Perencanaan dan Perancangan International Playgroup Dengan Pendekatan Psikologi Anak. Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

International Playgroup di Surakarta adalah sebuah badan pendidikan anak usia dini / usia pra sekolah (usia 2-4 th khususnya) dengan kurikulum International yang berlokasikan di kota Surakarta.

within a hommy situation adalah metode yang digunakan dalam mendidik, mengasuh, dan mengembangkan kegiatan belajar dan bermain bagi para siswa.

Dalam proses perencanaan dan perancangan tempat ini menggunakan metode , diharapakan Segala fasilitas dalam tata ruang yang tersediakan (setelah melalui proses pengembangan desain dengan metode pendekatan psikologis anak)berdampak efektif guna memberikan stimulasi yang baik untuk mengembangkan intelegensi, kemampuan sosial, dan kematangan motorik anak sesuai tujuan diadakanya pendidikan anak usia dini.

1The students, of Interior Design Department with NIM C0804038 2

First Consultant

3


(9)

ix

DAFTAR ISI

i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN v

vi

viii

ix

DAFTA xiii

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH 1

B. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN 2

C. RUMUSAN MASALAH . ... 3

D. TUJUAN

E. SASARAN PERANCANGAN .

3

4

F. MANFAAT PERANCANGAN . 4

G. METODOLOGI 5

6


(10)

x

BAB II KAJIAN OBYEK TUGAS AKHIR

A. KAJIAN TEORI

1. 2. . 3. 8 8 9 27

B. DATA LAPANGAN

1. PALMKIDS SCHOOL SOL

a. Sejarah Kota Surakarta

b.

c.

d.

e. Fasilitas

f. Elemen Pembentuk Ruang dan Furniture ...

2. BIANGLALA (daycare, playgroup and kindegarten) ...

a. Sejarah Singkat ...

b. Profil Lembaga Pendidikan ...

c. Visi dan Misi ...

d. Kegiatan, Pola Kegiatan dan Fasilitas ...

e. Elemen Pembentuk Ruang, Interior System dan Furniture

66 66 67 68 69 70 71 83 83 83 84 85 88

BAB III ANALISA PERANCANGAN

A. PROGRAMING ...

1. Pengertian Judul

98


(11)

xi 3. Struktur Organisasi ....

4. Sasaran Pengguna ..

5.

6.

7. Skema Aktifitas

8. Skema Organisasi Kebutuhan Ruang

9. Hubungan Antar Ruang

10. Besaran ...

99 99 100 100 101 102 103 104 104 105 B. KONSEP...

1. Ide dasar perancangan ...

2. Tema ...

3. Pendekatan Desain ...

4. Aspek Pengkarakteran Ruang ...

5. Layout ...

6. Unsur Pembentuk Ruang ...

7. Aspek Dekorasi dan Warna ...

8. Interior Sistem ...

9. Aspek Keamanan ...

10. Sistem Audio Visual ...

108 108 108 109 110 110 111 112 113 115 116


(12)

xii

BAB IV KESIMPULAN

1. Pengertian Proyek

2. Lokasi ....

3. Zoning dan Grouping ...

4. Sistem Organisasi Ruang ...

5. Konsep ...

DAFTAR PUSTAKA

117

118

118

119


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Organisasi Ruang Terpusat ... 34

Gambar I.2 Organisasi Ruang Linier ... 34

Gambar I.3 Organisasi Ruang Radial ... 35

Gambar I.4 Organisasi Ruang Chuster ... 35

Gambar I.5 36 Gambar 2 Layout Ruang Kelas 43 Gambar 3 43 Gambar 4 Layout Dengan Dinding Sebagai Akustik ... 43

Gambar 5 Layout Dengan Ruang Lain Sebagai Penyekat ... 44

Gambar 6 Layout Segi Enam Tanpa koridor ... 44

Gambar 7 Layout segi Enam ... 44

Gambar 8 Palm Kids School Solo ... 66

Gambar 9 Palm Kids School Solo ... 67

Gambar 10 Ruang Baby Class pre toddler (pre-School) .. 71

Gambar 11 Ruang Kelas Toddler dan Nursery (pre-School) . 72 Gambar 12 Pencahayaan Ruang kelas ... 72

Gambar 13 Ruang Kelas Kindergarten ... 73

Gambar 14 Jendela Ruang Kelas ... 73

Gambar 15 Furnitur Ruang Kelas ... 74

Gambar 16 Interior Ruang Art Kindergarten ... 75

Gambar 17 Jendela dan Exhausfan Ruang Art .... 75

Gambar 18 Furnitur Ruang Art ... 76

Gambar 19 Ruang Social dan Listening Class ... 76

Gambar 20 Ruang Social dan Listening Class ... 77

Gambar 21 Ceiling Ruang Social dan Listening Class ... 78

Gambar 22 Penghawaan dan Pencahayaan ... 78

Gambar 23 Ruang Bermain Indor ... 79


(14)

xiv

Gambar 25 Ruang Bermain Indoor ... 80

Gambar 26 Ruang Komputer dan Perpustakaan ... 80

Gambar 27 Ruang Komputer dan Perpustakaan ... 81

Gambar 28 Furnitur Ruang Komputer dan Perpustakaan ... .. 82

Gambar 29 Fasade Bianglala ... 83

Gambar 30 Lokasi Sate Bianglala ... 84

Gambar 31 Ruang Kelas Bianglala ... 88

Gambar 32 Penghawaan dan Pencahayaan Bianglala ... 89

Gambar 33 Ruang Kelas Bianglala ... 90

Gambar 34 Pencahayaan Bianglala ... 91

Gambar 35 Ruang Bermain Bianglala ... 91

Gambar 36 Ruang Bermain Bianglala ... 92

Gambar 37 Ruang Bermain Bianglala ... 93

Gambar 38 Pencahayaan dan Penghawaan Bianglala ... 93

Gambar 39 Ruang Tidur Bianglala ... 94

Gambar 40 Pencahayaan Bianglala ... 94

Gambar 41 Penghawaan bianglala ... 95

Gambar 42 Furnitur Ruang Tidur Bianglala ... 95

Gambar 43 Ruang Perpus dan Komputer Bianglala ... 96

Gambar 44 Pencahayaan Bianglala ... 96

Gambar 45 Aula Bianglala ... 97

Gambar 46 Peta Surakarta ... 100

Gambar 47 Peta Lokasi Proyek ... 101

Gambar 48 Grouping ... 106

Gambar49 Zonning ... 106

Gambar 50 Sistem Organisasi Ruang ... 107

Gambar 51 Pencahayaan Alami ... 113

Gambar 52 Pencahayaan Buatan ... 114

Gambar 53 114


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perkembangan Fisik Anak-anak ... 10

Tabel 2 Pola-pola Sirkulasi ... 33

Tabel 3 Ukuran Furnitur Anak ... 41

Tabel 4 Kebutuhan Ruang Ruang .... 51

Tabel 5 Pergantian Udara ... 51

Tabel 6 Daftar Angka Koofisien Penyerapan Udara ... 55

Tabel 7 Psikologi Warna ... 59

Tabel 8 Bahan Lantai ... 60

Tabel 9 Luas Pengawasan Detektor Kebakaran ... 62

Tabel 10 Kebut 63 Tabel 11 Kebutuhan Pemasangan Sprinkler ... 64

Tabel 12 Skema Kebutuhan Ruang ... 103

Tabel 13 Kebutuhan Ruang ... 104

Tabel 14 Analisa Perancangan Lantai ... 111

Tabel 15 Analisa Perancangan Dinding ... 111


(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Skema Pola Pikir ... 7

Bagan 2 Pola Kegiatan Anak-anak Palm Kids shcool Solo ... 69

Bagan 3 Pola Kegiatan Pengelola ... 69

Bagan 4 Pola Kegiatan Orang Tua ... 70

Bagan 5 Pola Kegiatan Anak-anak Bianglala ... 86

Bagan 6 Pola Kegiatan Orang Tua ... 86

Bagan 7 Pola Kegiatan Pengelola ... 87

Bagan 8 Struktur Organisasi ... 99

Bagan 9 Pola Kegiatan Anak didik ... 102

Bagan 10 Pola Kegiatan Pengajar ... 102


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Upaya terbaik guna mempersiapakan masa depan sang anak adalah mengenalkan pendidikan kepada anak di usia dini, karena pada masa usia dini anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan disekitarnya.

Pendidikan yang dilandasi dengan kreativitas yang didasari permainan sebagai media pembelajaran adalah strategi yang cocok untuk anak usia dini, Hal tersebut mengarahkan anak untuk bangkit dan memiliki rasa ingin tahu yang besar menggunakan kreativitasnya dalam upaya menemukan hal-hal atau ide-ide baru agar mandiri, penuh percaya diri, berfikir kritis.

Kelompok Bermain (Playgroup) adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun. Sasaran Kelompok Bermain adalah anak usia 2 - 4 tahun dan anak usia 4 - 6 tahun yang tidak dapat dilayani TK setelah melalui pengkajian dan mendapat rekomendasi dari pihak yang berwenang. ( Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Pembinaan TK dan SD, Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, 2007, Departemen Pendidikan Nasional ).

Perencanaan dan perancangan tempat pendidikan anak usia dini mengedepankan kualitas serta fasilitas yang bermuatan edukatif dan rekreatif. Dengan pendekataan psikologi anak secara literatur dalam pengembangan


(18)

desain Interior, diharapakan memenuhi tujuan-tujuan diadakanya pendidikan anak usia dini. Pada umumnya tujuan tersebut yaitu mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Perencanaan sarana ini mengutamakan kenyamanan, keamanan dan kesehatan, untuk itu banyak aspek aspek interior (dimensi, bentuk furniture, material, warna yang diterapkan dalam interior) yang harus dipertimbangkan agar tujuan untuk membimbing, mendidik serta mendukung perkembangan anak dapat tercapai.

B. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

1. Pembahasan ditekankan pada aspek perancangan interior yang dapat memenuhi kebutuhan para pengguna sekaligus pengelola

Untuk pembahasannya meliputi :

(Lobi, R Kelas, R perpustakaan dan komputer, R Bermain Indoor)

Perancangan ditekankan pada masalah interior dengan pertimbangan tuntutan dan persyaratan aktivitas serta motivasi pengguna, baik secara fungsional maupun estetik visual yang sesuai dengan metode pendekatan Psikologi anaksebagai literatur pengembangan desain yang diterapkan ke dalam tema Natural sebagai tema dan desain modern sebagai dasar perancangan.


(19)

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana menentukan konsep peruangan dalam perencanaan dan perancangan interior International Playgroup di Surakartayang mewadahi kegiatan pengguna utama (anak usia 2-4 th) dan seluruh staff serta pengajar sebagai pengelola?

2. Bagaimana memenuhi persyaratan interior yang diwadahi dalam International Playgroup di Surakarta sebagai tuntutan aspek fungsional dari sebuah bangunan ?

3. Bagaimana menentukan perencanaan dan perancangan International Playgroup di Surakarta dengan pendekatan psikologi anak sebagai literatur pengembangan desain interior bangunan?

4. Menciptakan interior Playgroup semenarik mungkin agar nyaman dan aman untuk ditempati dengan memenuhi aspek aspek interior (dimensi, bentuk furniture, material, warna).?

5. Bagaimana menentukan penyelesaian interior yang mampu mewujudkan tema Natural dan desain modern , sesuai dengan hakekat International Playgroup sebagai tempat kegiatan belajar mengajar yang mewadahi pendidikan anak usia dini?

D. TUJUAN PERANCANGAN

1. Mewujudkan konsep peruangan dalam perencanaan dan perancangan interior International Playgroup di Surakarta yang mewadahi kegiatan pengguna utama dan pengelolanya.


(20)

2. Mewujudkan pemenuhan persyaratan interior yang diwadahi dalam International Playgroup di Surakarta sebagai tuntutan aspek fungsional dari sebuah bangunan pendidikan anak usia dini.

3. Menentukan penyelesaian interior yang mampu mewujudkan tema Natural, sesuai dengan hakekat International Playgroup di Surakarta sebagai tempat kegiatan belajar mengajar yang mewadahi pendidikan anak usia dini.

E. SASARAN PERANCANGAN

FasilitasInternational Playgroup di Surakartaini ditujukan bagi anak anak yang berusia 2 4 tahun sebagai pengguna utama dan pengajar, pengelola dan orang tua / pengunjung pada umumnya.

F. MANFAAT PERANCANGAN

Manfaat dari perencanaan dan perancangan International Playgroup di Surakartaini adalah :

1. Sebagai pusat edukasi anak usia 2 -4 tahun yang bersifat rekreatif yang dapat memberikan dasar-dasar pendidikan anak usia dini dari berbagai fasilitas yang diberikan.

2. Sebagai contoh refrensi yang baik bagi orang tua dan masyarakat awam dalam mendidik anak lewat pendidikan usia dini dengan fasilitas yang mengakomodasi seluruh kegiatan anak.

3. Sebagai referensi dunia akademis untuk melakukan penelitian tentang interior ruang serta fasilitas Playgroup sebagai tempat basic education yang bersifat rekreatif.


(21)

G. METODOLOGI

1. Pengumpulan data

Meliputi :

a. Wawancara yang mendalam (in-depth interview).

Wawancara ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat dan tidak dalam suasana formal. (H.B. Sutopo 2002, h.58)

Dalam perancangan ini yaitu wawancara dengan pihak- pihak pendidikan terkait.

b. Observasi langsung

Tekink pengumpulan data dari lapangan dengan jalan mengamati secara langsung keadaan dan kegiataan di lapangan. Teknik ini dapat dilakukan secara formal maupun non- formal. (H.B. Sutopo 2002, h.64) c. Mencatat dokumen

Teknik mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen / arsip yang dimiliki oleh sarana pendidikan terkait. (H.B. Sutopo 2002, h.69). d. Studi literature

Merupakan bentuk pengumpulan data dari buku buku literature dan referensi yang berhubungan dengan proyek.

2. Analisa data

Menyusun permasalahan / data-data yang didapat dari hasil wawancara, observasi langsung, content analysisdan studi literatur untuk mendapatkan simpulan akhir. (H.B Sutopo, 2002, h.91).


(22)

3. Kesimpulan data

Merupakan kesimpulan dari pembahasan menyeluruh dari hasil pengumpulan data dan analisa data. (H.B Sutopo, 2002, h.186).

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

1. Bab I Pendahuluan :

Yaitu mengenai latar belakang perancangan interior International Playgroup Di Surakarta , landasan / ruang lingkup rancangan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, manfaat, metodologi penulisan, dan sitematika penulisan.

2. Bab II Landasan Teori :

Yaitu mengenai data literature dari hasil survey lapangan dan data pustaka untuk mendapatkan kesesuaian data antara data pustaka dengan kondisi di lapangan.

3. Bab III Pembahasan :

Yaitu mengenai programming dan konsep perancangan yang akan dikerjakan dalam perancanganInternational Playgroup di Surakarta.

4. Bab IV Kesimpulan :

Yaitu merumuskan konsep perancangan Solo International Playgroup di Surakartadengan penerapan konsep berdasakan hasil analisa pendekatan tahap sebelumnya.


(23)

Kerangka berpikir dalam perencanaan dan perancangan ini akan dipaparkan dalam bentuk skema sebagai berikut :


(24)

BAB II

KAJIAN OBYEK TUGAS AKHIR

A. KAJIAN TEORI

1. Pengertian judul

Pengertian dari judul Desain Interior International Playgroup di Surakartadengan pendekatan psikologi anak. adalah sebagai berikut :

Desain Interior : karya seni yang mengungkapkan dengan jelas dan tepat tata kehidupan manusia dari suatu masa melalui media ruang. (Suptandar J.Pamudji, 1999).

International : merupakan bahasa inggris yang mempunyai arti Global/ mendunia.

Playgroup : Playgrup (bahasa Inggris) artinya kelompok bermain dalam bahasa indonesia. Merupakan istilah sekolah anak yang usianya di bawah 5 tahun sebelum memasuki jenjang pendidikan Taman kanak-kanak. Penelitian Abd. Rachman Abror, pengarang buku Psikologi Pendidikan, menyatakan Playgroup merupakan sebuah tempat alternatif belajar mengajar yang didedikasikan untuk membantu perkembangan prilaku dan kemampuan dasar anak usia pra Taman kanak-kanak. Surakarta ; salah satu Kota di Jawa Tengah

Psikologi : Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada


(25)

manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental (http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi).

Anak : adalah manusia yang usianya masih dini (belum dewasa)

Jadi pengertian judul dari Desain Interior International Playgroup di Surakarta dengan pendekatan psikologi anak adalah sebuah karya perancangan badan pendidikan anak usia dini / usia pra sekolah (usia 2-4 th khususnya) bertaraf international yang berlokasikan di kota Surakarta yang diaplikasikan melalui media ruang dengan pedekatan psikologi anak sebagai literatur dan batasan perancangan desain tempat tersebut.

2. Tinjauan umum perancangan

(International Playgroup di Surakarta)

a. Pendidikan anak usia dini

Pendidikan anak usia dini berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun (usia pra sekolah) yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak dapat memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Anak usia pra sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-4 tahun, ketika anak mulai memilki kesadaran tentang dirinya. Pada tahap ini ada beberapa perkembangan seperti yang dikemukakan


(26)

oleh Dr.H.Syamsu Yusuf dalam buku Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (2003,h. 163),

yaitu :

1) Perkembangan fisik

Anak mengembangkan ketrampilan fisiknya dan dapat bereksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan dari orangtuanya. Perkembangan fisik ditandai dengan berkembangnya kemampuan motorik, yang dideskripsikan sebagi berikut:

Usia Kemampuan Dasar Motorik Kemampuan Motorik Khusus

2-4 tahun a. Naik turun tangga a. Menggunakan krayon

b. Meloncat dengan 2 kaki b. Menggunakan benda/ alat

c. Melempar bola c. Meniru bentuk / orang lain

4-6 tahun a. Meloncat a Menggunakan pensil

b. Mengendarai sepeda anak b. Menggambar

c. Menagkap bola c. Memotong dengan gunting

d. Bermain olah raga d. Menulis huruf cetak

Tabel 1. Perkembangan Fisik Anak Anak Sumber Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,

Dr.H.Syamsu Yusuf (2003,h. 163)

2) Perkembangan Intlektual

Tahapannya adalah pra-operasional yaitu anak belum mampu mengusai mental secara logis. Anak mampu berimajinasi dan berfantasi mengenai berbagai hal, dapat menggunakan kata-kata, peristiwa dan benda untuk melambangkan hal lainnya.


(27)

Mengalami rasa takut, cemas, marah, cemburu, gembira, kasih sayang, phobia dan rasa ingin tahu.

4) Perkembangan Bahasa

Usia 2-4, tahun, anak sudah menggunakan kalimat majemuk serta anak kalimatnya, tingkat berfikir sudah lebih maju (sering bertanya sebab- akibat).

5) Perkembangan sosial

Pada masa ini, anak sudah mulai mengetahui aturan, mulai dapat mematuhi peraturan tersebut, mulai menyadari hak dan kepentingan orang lain. Anak mulai bermain dengan anak anak lainnya.

Kematangan penyesuaian sosial anak akan semakin terbantu bila mendapatkan pendidikan pada fasilitas pendidikan pra sekolah. Pendidikan pra sekolah memberikan peluang terhadap anak untuk belajar memperluas pergaulan dan belajar berdisiplin.

6) Perkembangan fantasi

Masa dongeng, dimana anak suka sekali mendengarkan cerita kehidupan yang lucu, cerita raja-raja dan lainnya. Fantasi dapat diperagakan sebagai hiburan, memudahkan anak dalam menerima pelajaran dan membentuk budi pekerti karena ia terdorong meniru dan berbuat seperti yang ia baca /dengar.

7) Perkembangan bermain

Usia pra sekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktu luang anak diisi dengan kegiatan bermain.


(28)

Berkembangnya kesadaran dan kemampuan untuk memenuhi tuntutan dan tanggung jawab.

Havighurst dalam Development task and Education, menuliskan tugas perkembangan untuk masa kanak-kanak dini (lahir sampai 6 tahun), adalah : belajar berjalan, belajar makan-makanan padat, belajar berbicara, belajar mengendalikan pembuangan sampah tubuh, belajar membedakan jenis kelamin dan kesopanan seksual, mencaapi stabilitas fisiologis, membentuk konsep sederhana,mengenai kenyataan social dan fisik, belajar berhubungan emosional dengan orang tua, saudara kendung dan orang lain, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta mengembangkan nurani. (Hurlock, 1993)

Hurlock (1993 : 38) membagi perkembangan anak dalam beberapa periode, anak TK masuk dalam periode masa kanak-kanak dini (2 tahun sampai 6 tahun), usia prasekolah. Pada periode ini anak berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara sosial.

Selain belajar melalui tindakan, anak juga mulai dapat belajar dengan menggunakan pemikirannya (kemampuan abstraksi), misalnya anak mulai dapat mengingat simbol-simbol dan membayangkan benda-benda yang tidak nampak di hadapannya.

Pada anak usia prasekolah, persepsi visual menjadi lebih efektif dan anak dapat mempertahankan konsentrasi dalam jangka waktu yang lebih lama. Lingkungan awal yang berperan dalam


(29)

perkembangan anak usia prasekolah menurut Bronfrenbrenner (1979) adalah lingkungan rumah dan lingkungan di luar rumah. Skema berikut menjelaskan lingkungan awal yang mempengaruhi perkembangan anak usia pra sekolah.

Lingkungan kelas mempunyai nilai tertentu bagi anak didik dalam konteks desain interior ruang secara psikologis dapat memotivasi dan merangsang anak untuk bermain sambil belajar sesuai dengan perkembangan mereka. (Sriti Mayang Sari, 1 Juni 2004, Peran Warna Interior Terhadap Perkembangan Dan Pendidikan Anak Di Taman Kanak-Kanak, Surabaya; Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya).Z

b. Tentang Playgroup

1) Definisi Playgroup

Playgrup (bahasa Inggris) artinya kelompok bermain dalam bahasa indonesia. Merupakan istilah sekolah anak yang usianya di bawah 5 tahun sebelum memasuki jenjang pendidikan Taman kanak-kanak. Penelitian Abd. Rachman Abror, pengarang buku Psikologi Pendidikan, menyatakan Playgroup merupakan sebuah tempat alternatif belajar mengajar yang didedikasikan untuk membantu perkembangan prilaku dan kemampuan dasar anak usia pra Taman kanak-kanak.

Kelompok Bermain (Playgroup) adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program


(30)

pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun. Sasaran Kelompok Bermain adalah anak usia 2 - 4 tahun dan anak usia 4 - 6 tahun yang tidak dapat dilayani TK ( setelah melalui pengkajian dan mendapat rekomendasi dari pihak yang berwenang. ( Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Pembinaan TK dan SD, Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, 2007, Departemen Pendidikan Nasional ).

2) Fungsi dan tujuan Playgroup

MenurutProf. Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, Dipl-Psych., anak berumur 3-5 tahun, memerlukan pengasuhan dan bimbingan yang baik agar muatan kreativitasnya dapat diberdayakan secara optimal. Pada skala umur ini, anak mudah menyerap segala informasi yang ada di sekitarnya.

Sistem belajar sambil bermain merupakan cara terbaik yang dapat diberikan kepada anak usia 3-5 tahun. dengan penyesuaian perkembangan dan kemampuan masing-masing anak.

Fungsi Playgroup diantaranya :

1) mengembangkan dan mengasah keterampilan fisik lewat berbagai permainan.

2) Melatih anak agar dapat menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungannya.


(31)

3) Melatih anak mengembangkan berbagai keterampilan dasar, termasuk (membaca, menulis dan menghitung)

Tujuan playgroup :

Membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial-emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki jenjang pendidikan formal sesuai standar pemerintah.

3) Kurikulum pembelajaran dalam Playgroup

Materi pembelajaran pendidikan playgroup meliputi : 1. Pengenalan diri sendiri ( perkembangan konsep diri ) 2. Pengenalan perasaan ( perkembangan emosi )

3. Pengenalan tentang orang lain ( perkembangan social ) 4. Pengenalan berbagai gerak ( perkembangan fisik ) 5. Mengembangkan komunikasi ( perkembangan bahasa) 6. Ketrampilan berfikir ( perkembagan kognitif )

4) Kegiatan dan ruang Playgroup

Agar program kegiatan belajar dalam pendidikan sekolah dapat berjalan dengan optimal, maka tempat pendidikan pra sekolah diharapkan dapat (Harianti, 1995) :

1) Menciptakan situasi pendidikan yang memberi rasa aman dan menyenangkan bagi anak.

2) Memberikan kegiatan perseorangan kepada anak-anak didik sesuai minat dan tahap perkembangan, disamping kegiatan


(32)

kelompok maupun klasikal agar anak didik belajar bermasyarakat. Semua kegiatan tersebut, harus diberikan mengingat setiap anak adalah unik dalam arti berbeda keadan fisik (gerakan / motorik kasar dan halus), psikis (moral, perasaan dan kecerdasan) dan tingkat perkembangannya.

3) Cara belajar anak menggunakan prinsip bermain sambil belajar karena cara belajar anak yang paling efektif adalah dengan bermain. Dalam bermain anak dapat mengembangkan otot besar dan halusnya, meningkatkan penalaran dan memahami keberadan di lingkungannya, membentuk daya imajinasi.

Dengan demikian dibutuhkan kualitas suasana ruang yang memadai dan sesuai kebutuhan bagi perkembangan anak-anak tersebut. Kebutuhan anak dalam ruang adalah memperoleh rasa bebas, aman, rangsang, nyaman dan hangat(Eilleen, 1988 :169).

Rasa bebas maksudnya anak-anak tidak menentukan kesulitan untuk beraktivitas dalam ruang. Rasa aman maksudnya lingkungan fisik memberi rasa aman ketika melakukan kegiatan (tidak merasa dirinya selalu berada dalam suasana yang tegang, menakutkan).

Nyaman maksudnya mampu mengkondisikan seorang anak untuk tetap beraktivitas selama ia mau dan mampu untuk melakukannya. Rangsang diartikan bahwa ruang hendaknya mamapu hadir sebagai faktor eksternal yang dapat membantu proses perkembangan potensi anak melalui kegiatan-kegiatan kreatifnya. Rangsang hendaknya mampu menjadi sumber gagasan, imajinasi bagi


(33)

anak-anak. (Sriti Mayang Sari, 1 Juni 2004, Peran Warna Interior Terhadap Perkembangan Dan Pendidikan Anak Di Taman Kanak-Kanak, Surabaya; Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya).

within a hommy situation (Feels L adalah metode yang digunakan dalam mendidik, mengasuh, dan mengembangkan kegiatan belajar dan bermain bagi para siswa. Dengan metode belajar sambil bermain atau bermain seraya belajar dalam situasi hommy anak-anak dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki secara optimal tanpa rasa takut ataupun terpaksa.

Adapun beberapa kegiatan belajar di Playgroup beserta penempatan kegiatan tersebut:

1) Di dalam kelas

Kegiatan di dalam kelas di orientasikan untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas anak di bidang bahasa, social, science, konstruksi, role play, dll.

2) Ruang Bermain Indoor / ruang Aula

Kegiatan di dalam ruangan ini mengacu pada anak-anak untuk bermain bebas, senam bersama, atau beraktivitas sosial bersama teman lainnya adapun juga kegiatan makan bersama yang bertujuan mengakrabkan antar anak anak didik. Selain itu, Aula juga berfungsi sebagai tempat pertemuan antara Pengelola dan


(34)

para orangtua untuk mengadakan kegiatan sharing seperti misalnya dan parental coaching and sharing. 3) Perpustakaan dan ruang komputer

Kegiatan mengenalkan kepada anak-anak terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.

4) Aktifitas outdoor dan taman air

Mengenalkan anak terhadap alam dan lingkungan sekitar. 5) Kamar mandi anak

Mengajarkan anak agar mandiri dalam pentingnya menjaga kebersihan dan merawat diri, salah satu contoh pembelajaranya, anak di didik secara mandiri dalam pengarahan pengajar agar dapat bertindak sendiri dan memahami hal hal yang perlu dilakukan dalam upaya merawat diri, smisal gosok gigi, mandi, cuci kaki dan tangan dll.

6) Uks dan ruang psikologi anak

Kegiatan dalam ruangan ini mengupayakan kesehatan anak agar selalu optimal dalam mengikuti kegiatan belajar, terdapat juga progam pengembangan mental anak lewat konsultasi psikiater anak.

(Bianglala Kindergarten, Playgroup and day care).

5) Syarat permainan dalam kegiatan belajar di Playgroup

Ada persyaratan permainan yang baik untuk anak menurut Drs. H.Zulkifli L (1986,h. 58), yaitu :


(35)

1) Bongkar pasang

Alat permainan sebaiknya yang mudah dibongkar pasang (built in).

2) Mengembangkan daya fantasi

Alat permainan sebaiknya bersifat mudah dibentuk dan dirubah-ubah, karena sangat sesuai untuk mengembangkan daya fantasinya. Misalnya: bak pasir, tanah liat, kertas- gunting dan lainnya.

3) Tidak berbahaya, baik dari bahan maupun bentuknya.

Bahan permaian setidaknya mengedepankan keamanan bagi para penggunanya, yaitu anak-anak. Pemilihan material dan finishing dan dimensinya disesuaikan dengan mengedepankan keamanan dan fungsi mainan tersebut.

c. Peranan Psikologi terhadap Pendidikan anak usia dini

Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. terdapat sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.


(36)

Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) menyebutkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :

1) Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan 2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan

hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.

3) Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.

4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.

5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.

6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.

7) Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.

8) Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain. 9) Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus

benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.

10) Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain.


(37)

11) Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.

12) Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.

13) Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.

d. Tinjauan sekolah bertaraf International

Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah Sekolah Standar Nasional (SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional.

1. Landasan hukum

UU No. 20 Tahun 2003 ps 50 UUNo. 32 Tahun 2004 : Pemerintahan Pusat dan Daerah

UU No 33 Tahun 2004 : Kewenangan Pemerintah (Pusat) dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom

UU No. 25 Tahun 2000 : Program Pembangunan Nasional PP NoTahun 2005 : Standar Nasional Pendidikan (SNP) ps 61 Permendiknas No. 22,23,24 Tahun 2006 : Standar Isi, SKL dan Implementasinya

2. Tujuan


(38)

1) Meningkatkan kualitas pendidikan nasional sesuai dengan amanat Tujuan Nasional dalam Pembukaan UUD 1945, pasal 31 UUD 1945, UU No.20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, PP No.19 tahun 2005 tentang SNP( Standar Nasional Pendidikan), dan UU No.17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang menetapkan Tahapan Skala Prioritas Utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan kualitas dan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan.

2) Memberi peluang pada sekolah yang berpotensi untuk mencapai kualitas bertaraf nasional dan internasional. 3) Menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam

masyarakat global.

Sekolah bertaraf International Secara khusus bertujuan :

Menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tercantum di dalam Standar Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan standar kompetensi lulusan berciri internasional. Sekolah bertaraf International adalah sekolah yang berbudaya Indonesia, karena Kurikulumnya ditujukan untuk Pencapaian indikator kinerja kunci minimal sebagai berikut:

1) menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); 2) menerapkan sistem satuan kredit semester di


(39)

3) memenuhi Standar Isi;

4) dan memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.

3. Asas kurikulum International

1) Menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan mengadabtasi kurikulum sekolah di Negara lain.

2) Mengajarkan bahasa asing, terutama penggunaan bahasa Inggris, secara terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya. Metode pengajaran dwi bahasa ini dapat dilaksanakan dengan 2 kategori yakni Subtractive Bilingualism (beri penjelasan oleh penulis) dan Additive Bilingualism, yang menekankan pendekatan Dual Language.

3) Pengajaran dengan pendekatan Dual Language menekankan perbedaan adanya Bahasa Akademis dan Bahasa Sosial yang pengaturan bahasa pengantarnya dapat dialokasikan berdasarkan Subjek maupun Waktu (beri penjelasan oleh penulis).

4) Menekankan keseimbangan aspek perkembangan anak meliputi aspek kognitif (intelektual), aspek sosial dan emosional, dan aspek fisik.

5) Mengintegrasikan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) termasuk Emotional Intelligence dan Spiritual Intelligence ke dalam kurikulum.

6) Mengembangkan kurikulum terpadu yang berorientasi pada materi, kompetensi, nilai dan sikap serta prilaku (kepribadian ).


(40)

7) Mengarahkan siswa untuk mampu berpikir kritis, kreatif dan analitis , memiliki kemampuan belajar (learning how to learn) serta mampu mengambil keputusan dalam belajar. Penyusunan kurikulum

ring (Understanding) dilihat dari 6 aspek: Explain, Interpret, Apply, Perspective, Empathy, Self Knowledge.

8) Kurikulum tingkatan satuan pendidikan dapat menggunakan sistem paket dan kredit semester.

9) Dapat memberikan program magang untuk siswa SMA, MA dan SMK.

10) Menekankan kemampuan pemanfaatan Information and Communication Technology (ICT) yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran.

Sumber:

program-rintisan-sekolah-bertaraf-internasional/ - Cached Similar

stellamarisserpong.wordpress.com/2009/03/.../pengertian-sbi/ - Cached Similar


(41)

Departemen Pendidikan merumuskan suatu kurikulum yang merupakan perpaduan antara Kurikulum Nasional (KTSP) dan Kurikulum Internasional. Kurikulum Internasional yang banyak diadopsi dalam hal ini adalah Cambridge yang berpusat di Inggris dan IB ( International Baaclaurete ) yang berpusat di Swiss. Namun yang terbanyak dipakai sebagai acuan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah Kurikulum Cambridge.

Ujian Cambridge Atau Cambridge Assessment ( Agen Penguji bertaraf Internasional ) adalah suatu departemen dari University of Cambridge Inggris, sebuah lembaga non-profit yang didirikan pada tahun 1858, yang melaksanakan berbagai ujian dan memberikan penilaian atas ujian-ujian baik di Inggris maupun di luar Inggris. Ada 3 macam Ujian yang dilakukan oleh Cambridge Assessement yakni :

1) OCR ( Oxford Cambridge and RSA Examination ) Melayani ujian bagi pelajar di Inggris dan memberikan kualifikasi akademis sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh QCA ( Qualifications and Curriculum Authority )Otoritas kualifikasi dari Pemerintah Inggris.


(42)

2) Cambridge ESOL ( English for Speakers of Other Languages ) Melayani berbagai ujian kemampuan berbahasa Inggris untuk Pelajar yang bahasa Ibunya bukan bahasa Inggris.

3) CIE ( University of Cambridge International Examination ) Melayani berbagai Ujian akademis, Kejuruan dan Keguruan berkualifikasi Internasinal seperti Kualifikasi umum Cambridge IGCSE, Cambridge International A`Level, Cambridge O`Level, Cambridge Pre-U atau Kualifikasi kejuruan Cambridge International Diploma. CIE telah bekerjasama dengan kementrian pendidikan, Otoritas pemberi kualifikasi dan Badan Penguji di berbagai Negara di seluruh Dunia.

www.cambridgeesol.org/resources/index.html

Sistem belajar di kelas International, dengan acuan Kurikulum Cambridge di antaranya :

1) Lecture Class

Pada kelas ini, seluruh siswa dikumpulkan pada kelas yang besar ( Auditorium ), kemudian para peserta didik akan dijelaskan materi secara umum, seperti Penurunan/Penjabaran Rumus, Tujuan Materi dan Contoh Soal / Aplikasi Sederhana.


(43)

Kelas ini dirancang menjadi kelas kecil (maksimum 15 orang), kemudian para peserta didik belajar secara aktif dan dibimbing seorang guru bidang studi. Proses pembelajaran di kelas ini meliputi Diskusi secara Kelompok (Discussion ), Presentasi ( Presentation ) dengan menggunakan LCD Projector dan Power Point / Flash, Membahas Project/home assignment, Simulation dan Quiz, atau Role-Playing ( Permainan ) serta Experimental ( Lab Work ).

3) Extra-Kulikuler

Para Peserta didik wajib mengikuti salah satu kegiatan di luar pelajaran sekolah. Biasanya kegiatan ini diadakan setiap hari Sabtu. (5 hari belajar , Senin-Jum`at). Kegiatan dapat meliputi Art (Seni), Sport (Olah Raga), Electronic (Robotic), dll

3. Tinjauan khusus perancangan

( International Playgroup di Surakarta)

a. Pelaku kegiatan

1. Kegitan pendidikan

Anak usia 2 4 tahun.(usia playgroup) Tutor / pengajar.

Pengantar / penunggu

2. kegiatan pengelolaan

Kepala sekolah Sekretaris


(44)

Bendahara Humas

Sarana prasarana Bidang kebersihan

3. Kegiatan Pelayanan

kesehatan anak Psikolog Anak.

b. Aktifitas

Education in Group Setting (1980 : 21), aktifitas utama pendidikan pra sekolah antara lain :

1. Perawatan yang mendasar 2. Permainan

3. Perencanaan atau rangkaian pengetahuan 4. Perjalanan dan darmawisata.

c. Kebutuhan ruang

Kebutuhan ruang ruang pada pendidikan pra sekolah menurut Joseph De Chiara & Michael J.Crosbie, Time Saver Standarts for Building, Types (4thedition), 2001 h.371, terdiri atas


(45)

De Porter menjelaskan bahwa faktor penataan ruang kelas merupakan kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang optimal. Pemilihan jenis perabotan, penataan, warna, pencahayaan, musik, visual poster, gambar, temperatur, tanaman, kenyamanan, dan suasana hati secara umum merupakan kunci menciptakan lingkungan yang optimal, baik secara fisik maupun mental (De Porter dkk, 2000 : 67).

2. Discovery area

Area ini disebut pula sebagai area permainan pasir dan air. Tempat ini merupakan tempat dimana anak-anak bereksperimen dan mengembangkan kretivitas dengan bahan-bahan alam yang tersedia. Lantai dekat dengan bak pasir atau bak air, sebaiknya dipilih bahan yang kedap air dan bila memungkinkan disediakan floor drainsehingga dapat lebih mudah dibersihkan.

3. Art area

Pada area ini anak-anak dapat menggambar / melukis, melakukan kerajinan tanah liat dan lainnya. Area seni sebaiknya diletakkan dekat dengan discovery area dan harus memiliki lantai yang mudah dibersihkan. Dalam ruang ini juga harus menyediakan bak cuci tangan (sink) yang terbuat dari stainlessteel. Bukan air (keran) pada bak cuci tangan sebaiknya terletak pada ketinggian 55-66 cm dari permukan lantai, sehingga mudah dijangkau oleh anak.


(46)

Pada ruang musik ini sebaiknya ada area untuk duduk dan mendengarkan musik, serta area untuk menari / bergerak bebas.

5. Reading and listening area

Merupakan tempat bagi anak untuk mengembangkan kemampuan membedakan suara, kemampuan berbicara, mengekpresikan diri dan mengembangkan kosa kata. Ruang ini harus diletakkan pada area yang tenang dan tidak berisik. Lantainya sebaiknya berkarpet atau memiliki tempat duduk yang nyaman.

6. Block building area

Merupakan area permainan dimana anak bermain membangun dan membuat sesuatu dari balok-balok. Ruang ini sebaiknya dekat dengan ruang permainan rumah tangga/ house area.

7. Manipulatives area

Ruang dimana anak bermain dengan puzzle, belajar mengenal bentuk,warna mengembangkan persepsi mengenai ukuran, bentuk dan lainnya. Dalam ruang ini minimal hendaknya disediakan rak tempat mainan dan meja kursi.

8. Math and computer area

Ruang ini hendaknya menggunakan meja computer yang sesuai dengan ukuran anak.


(47)

Letak toilet sebaiknya berdekatan dengan ruang kelas sehingga anak tidak membuang waktu untuk mencapai toilet.

d. sirkulasi

Sirkulasi ruang mengarah dan membimbing perjalanan atau tapak yang terjadi dalam ruang. Sirkulasi memberi kesinambungan pada pengunjung terhadap fungsi ruang. (Pamudji Suptandar, 1999, h.114)

Menurut Le Corbisier, suatu sirkulasi yang terorganisir secara baik antara satu dengan yang lain dihubungkan dengan sistem lalu lintas yang berkesinambungan, semua ruang dianalisa, disesuaikan dengan perkembangan atau perubahan-perubahan yang bisa terjadi dalam kehidupan, kegemaran penghuni dan masyarakat yaitu jalan pintas (langsung) kebiasaan dalam sistem sirkulasi(Suptandar,1999, h.114)

Menurut Pamuji Suptandar, 1999 .hal 119-120, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan sirkulasi dalam ruang :

1) Kegiatan manusia sebagian besar dilakukan di dalam ruang, maka faktor yang sangat penting adalah perancangan sirkulasi yang ada di dalam ruangan itu.

2) Fungsi ruang ditentukan oleh kegiatan manusia yang di dalamnya mempengaruhi dimensi ruang, organisasi ruang, ukuran, sirkulasi ruang, letak serta bukaan jendela dan pintu.

3) leh aktivitas manusia


(48)

4) Modul perancangan ruang ke ruang dan bangunan merupakan faktor utama, dimana faktor-faktor yang mempengaruhi modul tersebut adalah bahan-bahan bangunan dan teknik pelaksanaan. 5) Pencapaian ruang-ruang hendaknya diberi identitas yang jelas

dimana hal ini berhubungan erat dengan sistem organisasi ruang. Dalam perencanaan sirkulasi ada beberapa bentuk dari lorong dengan metode perencanaannya yaitu mengikuti pola-pola sirkulasi antar ruang. Bentuk- bentuk pola sirkulasi tersebut, antara lain :

Nama PolSirkulasi

Gambar Keterangan

Linear Semua jalan adalah linear. Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir yang utama untuk satu deretan ruang-ruang.

Jalan dapat melengkung atau terdiri dari segmen-segmen, memotong jalan lain, bercabang-cabang dan membentuk kisaran / loop.

Radial Bentuk radial memiliki jalan yang

berkembang dari atau berhenti pada sebuah pusat.

a. Jalan Lurus.

b.Jalan Melengkung.

c. Memotong Jalan Lain.

d.Bercabang-cabang.


(49)

Tabel 2. Pola-pola Sirkulasi

(Sumber : Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Susunannya, 1999.h. 271)

e. Organisasi ruang

Ada beberapa jenis organisasi ruang yang penentuannya tergantung pada tuntutan program bangunan, dengan memperhatikan faktor-faktor berikut : pengelompokan fungsi ruang, hirarki ruang, kebutuhan pencapaian, pencahayaan dan arah pandangan.

Bentuk organisasi menurut Pamudji Suptandar (Disain Interior, Pengantar Merencana Interior Untuk Mahasiswa Desain dan Arsitektur, 1999, hal ; 112-113) dapat dibedakan antara lain sebagai berikut :

1. Terpusat

Spiral Pola bentuk spiral adalah suatu jalan

yang menerus yang berasal dari titik pusat, berputar mengelilinginya dengan jarak yang dapat berubah.

Grid Bentuk grid terdiri dari jalan-jalan

sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bejur sangkar atau kawasan-kawasan segi empat.

Network Suatu bentuk jalan yang terdiri dari

beberapa jalan yang menghubungkan titik-titik tertentu di dalam ruang.

Komposit Suatu kombinasi alur jalan-jalan linear,

radial, spiral, grid dan network. Untuk menghindari orientasi membingungkan, suatu susunan hirarkis diantara jalur-jalur jalan bisa dicapai dengan membedakan skala, bentuk dan panjangnya.


(50)

Gambar I.1 Organisasi ruang terpusat

(sumber, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya,1999,h.205)

a. Sebuah ruang besar dan dominan sebagai puasat ruang-ruang di sekitarnya.

b. Ruang sekitar mempunyai bentuk, ukuran dan fungsi sama dengan ruang lain.

c. Ruang sekitar berbeda satu dengan yang lain, baik bentuk, ukuran maupun fungsi.

2. Linear

Gambar I.2 Organisasi ruang Linear

(sumber, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya,1999,h.205)

a. Merupakan deretan ruang-ruang dan masing masing dihubungkan dengan ruang lain yang sifatnya memanjang.

b. Masing-masing ruang berhubungan secara langsung.

c. Ruang mempunyai bentuk dan ukuran berbeda, tapi yang berfungsi penting, diletakkan pada deretan ruang.


(51)

GambarI. 3 Organisasi ruang Radial

(sumber, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya,1999,h.205)

a. Kombinasi dari organisasi terpusat dan linear.

b. Lengan radial dapat berbeda satu sama lain, tergantung pada kebutuhan dan fungsi ruang.

c. Organisasi ruang secara radial mengarah ke luar.

4. Cluster / mengelompok

Gambar I. 4 Organisasi ruang Cluster/ mengelompok (sumber, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya,1999,h.205)

a. Merupakan pengulangan bentuk fungsi yang sama, tetapi komposisinya dari ruang-ruang yang berbeda ukuran, bentuk dan fungsi.

b. Pembuatan sumbu membantu susunan organisasi.


(52)

Gambar I.5 Organisasi ruang Grid

(sumber, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya,1999,h.205)

a. Terdiri dari beberapa ruang yang posisi ruangnya tersusun dengan pola grid (3 dimensi).

b. Organisasi ruang membentuk hubungan antar ruang dari seluruh fungsi posisi dan sirkulasi.

f. Aspek lantai

Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan lantai adalah : 1) Fungsi lantai

2) Sifat lantai 3) Karakter lantai 4) Konstruksi lantai

(Drs. Djoko Panuwun, 1997)

Syarat p eren canaan lan tai den gan anak seba gai p engg una utamanya adalah :

1) Seluruh permukaan lantai harus non slip ( anti selip atau anti licin), h al in i berk aitan d en gan ke n yataan b ahw a sifat lic in ad alah penting, karena bahaya secara psikologis. Hal ini berlaku untuk keseluruhan bagian ruangan.

2) Lantai harus tidak kasar, meskipun non slip lantai tidak boleh kasar. 3) Ambang pintu dan perunahan kecil dalam kenaikan sebisa mungkin

dihindari.


(53)

K eb u tu h an k elua sa n la ntai se tia p ke la s u ntu k an ak u sia prasekolah adalah 20-25 m2 (24-30 yd2) untuk 30-40 anak, tapi ukuran idealnya untuk 20 anak. Pada ruang kelas yang umum setiap anak memerlukan luas lantai 1,5 m 2(16 ft2) lebih baik kalau 2m2(2,4 yd2).

(Drs. Yan Dianto, 1991)

g. Aspek dinding

Tuntutan yang harus dipenuhi dinding pada ruang-ruang public a n tara la in mu d ah pe me lih ara a n n ya, m amp u m ere d am su a ra, m e n u n j a n g a s p e k d e k o r a t i f , t a h a n t e r h a d a p k e l e m b a b a n , memperlihatkan kesan atau sifat ruangan tertentu yang sesuai dengan system pencahayaan atau penghawaan, baik secara alami maupun buatan (Suptandar, 1995).

Fa k to r-fa kto r d a lam m ere n c an a k an d in d in g yan g p e rlu diperhatikan adalah:

1) Fungsi dinding 2) Sifat dinding 3) Karakter dinding 4) Konstruksi dinding

(Drs. Djoko Panuwun, 1997)

Seluruh permukaan dinding hendaknya menggunakan bahan yang halus, tidak licin, dan mudah dibersihkan serta mempunyai kemampuan untuk menyerap bunyi dengan baik (Neufert, 1995).

Porsi terb esar d ari din din g ruang kelas dan ruan g b ermain indoo r sebaikn ya meng gunakan p ermuk aan dengan materi al yang


(54)

lembu t, dari tekstu r yang tak b eraturan. Ke seg aran din din g b aik material maupun bentuknya akan merangsang emosi dan persepsi anak. Maka diperlukan variasi dengan desain yang menarik, sederhana, dan selektif (Fowler, 1980: 107).

Suara anak yang meninggi karena ekspresi emosional mereka, membutuhkan dinding yang menyerap suara anak, maupun suara-suara lain yang mengganggu (Fowler, 1980: 107).

Sebaiknya ketinggian dinding massif (tembok bata) tidak dibuat mencapai ceiling, melainkan diteruskan dengan d inding kaca pada bagian atasnya, setinggi mata orang dewasa, agar orang dewasa dapat mengamati anak yang beraktifitas di dalamnya (Fowler, 1980: 101).

Tinggi ruangan kelas tergantung dari keadaan penerangan pada sian g ha ri dan hu bun gann ya d en gan fakto r-fak to r luar yang lain (bangunan lain, kebun, dan lain -lain). Untuk ruangan selebar 6 -8 m (20-26 ft) tinggin ya 3,25-3,75 m (10 ft 8 in 12 ft 4 in) (Drs. Y an Dianto, 1991: 3).

h. Aspek ceiling

Ceiling adalah sebuah bidang (permukaan) yang terletak di atas garis pandang normal manusia, berfungsi sebagai pelindung atap sekaligus sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada di bawahnya. (Pamudji Suptandar, 1999, h.161)

Penggunaan material ceiling secara umum yaitu dengan ciri-ciri : mudah perawatannya, dapat digunakan sebagai bahan akustik, tahan


(55)

terhadap suhu dan kelembaban, menunjang aspek dekoratif, mempunyai variasi bentuk dan warna. (Rida Darmawan, 2002, h.12).

Material yang biasa digunakan : 1. Gypsumboard

Merupakan bahan yang mudah dipasang, mempunyai bobot yang ringan dan kemampuan menyerap suara dan mudah dibersihkan. Lembaran gypsum memiliki ukuran standar 1200 mm × 2400 mm. Bahan ini dapat dipasang dengan rangka yang terbuat dari kayu ataupun metal.

2. Multipleks

Multipleks yang digunkan untuk ceiling biasanya dengan ketebalan 4mm. Ukuran standar multipleks adalah 1200mm × 2400mm. (Tabloid RUMAH edisi 13- 1/ 9 Juli 22 Juli 2003, h.18).

i. Aspek furniture

1) Ukuran Furniture ( Ergonomi furniture)

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat temperamen dan ukuran-ukuran manusia, agar dapat hidup n yaman dan pu gs dalam melakukan kegiatan-kegiatan, merasakan keindahan hidup. Semua unsur menyangkut kondisi fisik atau kenikmatan yang be rsan gk utan den gan in tens itas o rg an man usia d ip elajari d an dijadikan sebagai standar (Suptandar, 1995:31).

Pen ggab ungan d ari berbagai disiplin ilmu yaitu: fisiologi, anatomi, kedokteran, psikologi fisiologi, psikologi eksperimental, fisika serta teknik menerapkan usaha penyerasian pekerjaan dan


(56)

lingkungan. Maka furniture pada umunya harus dirancang untuk menanggulangi keluhan-keluhan tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang dalam sktifitas pasif maupun dinamis.

A n a k t en tu s a j a le b i h m u d ah k e ti k a a r e a b e l a ja r d a n bermainnya do irganisasikan dengan skala u kuran anak dengan furniture dan alat-alat yang diatur dengan meminimalkan kekacauan ata u k erus ak an y an g leb ih memb erik an k eb eb a san b erg era k (Fowler, 1980: 270).

Furniture yang praktis dan fungsional diperlukan dalam ruang un tuk bermain, sebaikn ya mudah dibersihk an u ntuk dirapik an kembali. Praktis bukan berarti kaku dan menyulitkan kebebasan gerak anak (Tate, Smith, Harper & Row, 1986; 113 -114).

Tu n t u tan e rg o n o mic u n tu k d ime n si f u rn itu re ten tu n ya bervariasi, karena bervariasinya usia anak. Sebaiknya menggunakan furniture (terutama meja dan kursi) dengan usia anak, sehingga setiap anak dapat dengan mudah meletak kan kaki di atas lantai dalam posisi yang n yaman, jika furniture untuk anakyang lebih muda terlalu besar untuk kenyamanannya, itu patut melepas kaki beberapa meja kursi (cut down) (Fowler, 1980: 270).

Bahan atau perabot untuk anak-anak harus terbuat dari bahan yang ringan, namun kuat supaya tidak mudah hancur atau patah. Untuk setiap sudut furniturenya-pun harus tumpul untuk keamanan anak-anak itu sendiri. Sebisa mungkin semua perabotan diberi pengaman atau pelapis yang empuk dari bahan yang ringan dan


(57)

estetis.

Syarat furniture untuk anak sebagai pengguna utama, menurut Rida Darmawan, 2002 , h.12 antara lain :

a. Memenuhi tuntutan ergonomis anak kecil

b. Memiliki bentuk yang tidak membahayakan seperti bentuk lengkung dan sudut tumpul dan mempunyai variasi bentuk dan warna.

c. Menggunakan bahan yang tidak mengandung racun, tahan lama dan ringan, mudah dipindahkan. Bila memungkinkan dapat digunakan sebagai media permainan (mutlifungsi)

Tabel 3. Ukuran Furniture Anak.

No Ukuran Usia (th) Keterangan

1. 45-50 2-3 Tinggi meja

2. 50-52 3-6 Tinggi meja

3. 25-30 2-3 Tinggi kursi

4. 30-32 3-6 Tinggi kursi

5. 100 2-6 Tinggi loker

6. 30 2-6 Tinggi loker

7. 28-3015 3-4 Tinggi toilet

8. 3015-38 5-8 Tinggi toilet

(Drs.Yan Dianto, 1991) 2) Lay Out Furniture

Lay out dapat dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Penentuan daerah aktifitas

b. Daerah aktif, memiliki frekuensi aktifitas tinggi dan bersifat cepat c. Daerah pasif, memiliki frekuensi aktifitas rend ah d an


(58)

d. Bentuk kegiatan

e. Ukuran gerak untuk memperhitungkan ruang atau jarak yang dibutuhkan oleh sikap gerak atau kegiatan manusia.

Lay out furniture mengikuti perencanaan umum ruang (Pile, 19 88). Jadi bila b eberapa area p er mainan yang mempu nyai kedekatan karakteristik dijadikan satu dalam ruangan, maka dengan lay out yang berbeda akan mampu membedakan kegiatan masing-masing area.

Perabot yang dibutuhkan (Built in Equipment) dalam tempat pendidikan anak prasekolah adalah:

a. Sink

b. Display counter c. Work benches d. Paper trays e. Filling cases f. Book cases

g. Cupboard h. Teacher locker

(John E. Nichols, etc, 1956: 275-276) 3) Layout ruang kelas

Beberapa alternative penataan ruang kelas, sebagai berikut

a. Ruang kelas yang diperluas dengan tempat penyimpanan pakaian dan koridor, mendapat cahaya d an udara dari kedua sisinya.


(59)

Perluasan koridor juga pada daerah antara dua buah kelas dan gudang.

Gambar 2 Lay out ruang kelas dengan koridor dan tempat pakaian

b. Kombinasi antara kelas dalam ruangan dan kelas luar ruangan

Gambar 3 layout kombinasi kelas

c. Penyusunan ruang kelas yang sisinya membentuk sudut-sudut menyiku menyebabkan perambatan bunyi

Gambar 4 layout ruang kelas dengan dinding sebagai akustik

d. Ruang kelas yang diantara ruangnya dipisahkan oleh gudang dan ruang penyimpanan pakaian, topi dan sebagainya


(60)

Gambar 5 layout ruang kelas dengan ruang lain sebagai menyekat

e. Ruang kelas berbentuk segi enam tanpa koridor, jalan masuk melalui tempat penyimpanan pakaian

Gambar 6. lay out ruang kelas segi enam tanpa koridor

f. Ruan g kelas berbentu k segi enam dilengkap i deng an ru an g rekreasi berbentuk segitiga

Gambar 7. lay out ruang kelas berbentuk segi enam

j. Aspek interior system

1) Pencahayaan

Ada dua, macam pencahayaan, yaitu: cahaya alam (Natural Lighting) dan cahaya buatan (Artificial Lighting). Suatu fasilitas pendidikan akan sangat menyenangkan dan tidak akan melelahkan bila diterangi, terutama secara, alamiah dari luar (Mangunwijaya, 1991).

Cahaya siang hari dapat masuk melalui jendela, dinding kaca, langit-langit tembus cahaya. Penggunaan jendela besar atau kaca


(61)

pada sisi dinding menyudut memberikan efek ruang tertentu kelihatan sangat besar dan memberi dampak psikologis kebebasan bagi penghuni.

Dalam perencanaan ruang kelas dan ruang bermain indoor yang sebagian besar menggunakan cahaya alami siang hari, perlu diingat tuntutan minimum kekuatan penerangan yaitu:

Kerja halus sekali : 300 lux (cermat, terus-menerus) Kerja halus : 150 lux (cermat)

Kerja sedang : 80 lux (tanpa konsentrasi besar) Kerja kasar : 40 lux (ex: gudang, lorong)

Bila kekuatan terang disepakati 3000 lux atau 5000 lux, maka untuk ru angan dengan pekerjaan halus sekali, yang dih aruskan dengan penerangan minimum 300 lux, itu berarti 300/3000.100% (6%). Maka untuk ruangan tersebut, factor cahaya siang hari harus 10% (6%) dari 3000 (5 000) lux. Jika kurang dari itu, maka itu sudah saatnya ruangan memakai sumber cahaya lampu. Meskipun perhitungan ini tidak mutlak karena cahaya siang hari terdiri dari banyak unsure, yaitu penerangan langsung dari langit, refleksi luar (pemantulan sekali), refleksi dalam (pemantulan 2 kali atau lebih), unsur bahan jendela (Mangunwijaya, 1991: 240-242).

Penerangan dengan menggunakan cahaya alami pada siang hari ya itu sin ar matah ari san gat be rp en garu h p ada sebu ah k ela s. Dinding tempat jendela menggunakan tiang (kolom) dari batu bata dan sedikit penopang untuk mendapatkan cahaya siang hari yang


(62)

merata dan tidak menyilaukan. Pencahayaan rendah 0,60 -0,80 m (2ft 2ft 8 in), memerlukan tinggi meja 0,70 m (2ft 4in). Supaya cahaya dapat mencapai lantai ruangan, maka jendela sebaikn ya tidak mempunyai ambang yang terlalu tinggi, juga bisa digunakan batu bata yang dapat memantulakn cahaya yang berfungsi untuk men ya rin g d an me man cark an cah aya seh in g ga me gh asilk an penerangan yang merata. Untuk mengatasi silau yang disebabkan oleh cahaya yang berlebihan pada keadaan tertentu (karena awan tinggi dan lain -lain) dapat digunak an alat pengatur cahaya yang juga berfungsi sebagai penyerap panas.

Untuk beberapa aktifitas dan beberapa keadaan, penggunaan cahaya buatan juga diperlukan terutama untuk ruang serba guna, apabila digunakan untuk acara seni pertunjukkan dan pertemuan. Karena pada aktifitas-aktifitas tertentu cahaya harus dikontrol batas kecerahan cahaya, warna penempatan dan kualitasnya, baik cahaya a la m i m a u p u n c ah a y a b u a ta n d a p a t me n jaw ab k e b u tu h a n psikologis yang mewadahi dan harus mampu menciptakan suasana khusus (Hardinoto, 1985).

La mp u -lamp u pe lep a san lis trik te rma su k lamp u ta b un g flourescent. Lebih-lebih yang single coated, banyak memancarkan cahaya ultra violet. Oleh karena itu dalam mempergunakan lampu-lampu jenis ini perlu diadakan pengamanan dengan pemasangan filte r p e n ye rap u ltr a vio let (u ltra vio let a b so rb sin g ) u n tu k men yerap u ltra un gu yan g dipa nca rk an . Lamp u -lampu p ijar


(63)

tungstem (incandescent) han ya sedikit memancarkan sinar ultra violet tetapi memancarkan sinar infra merah. Oleh karena itu dalam me mp e r gu n a k an la m p u -la mp u je n is p ija r p er lu d ia d ak a n pengamanan dengan pemasangan filter penyerap infra merah yang dipancarkan. Antara warna dan cahaya mempunyai hubungan yang sangat erat, sebab pada hakekatnya warna merupakan gelombang cahaya yang dapat dilihat oleh mata kita.

Lampu fluorescent adalah cukup baik, secara langsung maupun yang sedikit disaring (Drs. Yan Dianto, 1991: 4).

Pada dasarnya warna merupakan suatu kualitas cahaya yang dipantulkan dari obyek kearah mata kita. Ini menyebabkan k e r u c u t-k e r u c u t w a rn a p a d a re tin a u n tu k b e r ea k si . Y a n g memungkinkan timbulnya gejala warna pada obyek. Warna adalah suatau kekayaan dari cahaya spectrum.

Pencahayaan dalam ruangan selain tuntutan penerangan, penggunaan cahaya siang hari harus memperhatikan lokasi geografi (Utara, Selatan, Timur, dan Barat), karena masing-masing arah mempunyai efek pada penciptaan keadaan umum, sebagai akibat dari posisi matahari pada langit, karakter tersebut adalah sebagai berikut: a) Cahaya dari Selatan, mempunyai karakter cahaya yang konstan,

cerah dan hangat

b) Cahaya dari Utara, mempunyai karakter tenang dan dingin

c) Cahaya dari Timur, mempunyai karakter yang fluktuatif dan kesejukan


(64)

d) Cahaya dari Barat, menyiratkan perubahan dan kehangatan (Smith Tate, 1986)

Menurut Pamudji Suptandar kriteria dalam penempatan lampu adalah sebagai berikut:

a) Tidak boleh atau harus dihindarkan sumber cahaya yang tepat berada di bidang penglihatan yang langsung ke sumber cahaya. b) Sebaiknya sumber cahaya dipasang pelindung agar intensitas

cahaya rata-rata.

c) Besarnya sudut antara arah pandang horizontal dengan garis mata ke sumber cahaya harus lebih besar dari 30°.

d) Apabila dalam ruang yang besar terdapat sudut yang lebih kecil da ri 3 0° dan k ead aan tid ak dap at dihind ari, maka su mb er cahaya sebaiknya dilengkapi dengan pelindung.

D a l a m m e r e n c a n a k a n i n s t a la s i p e n c a h a y a a n , p e r lu dipertimbangkan:

a) K ua n tita s atau ju mla h c ah a ya p a d a p ermu k aa n terte n tu (Lighting Level) atau tingkat penerangan.

b ) Distribusi kepadatan cahaya (Luminasi Distribution).

c) Pembatasan agar cahaya tidak menyilaukan mata (Limitation of Glare).

d ) Arah pencahayaan dan pembentukan bayangan (Light Directionality and Shadow).

e) Warna cahaya dan refleksi warna (Light Colour and Colour Rendering).


(65)

f) Kondisi iklim ruangan. (Mangunwijaya, 1991)

Pencahayaan yang ditunjukan untuk kepentingan estetika atau keindahan perlu digunakan untuk berbagai macam metode dan teh nik -teh nik pencah ayaan, sehin gga tercap ai suasana, yan g diinginkan. Dalam rangka mendapatkan suasana yang baik melalui pencahayaan, oleh Meiril Isa : "Untuk mendapatkan suasana yang baik, sebaiknya dipakai penerangan yang tidak langsung, seperti la m p u n e o n ya n g d ia ra h k an k e a ta s at a u k e te m p a t y a n g diinginkan" (Meiril Isa, dalam kolokium Rida Dermawan, 2001). Kriteria pencahayaan pada interior meliputi:

a) Faktor Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya adalah kekuatan cahaya yang jatuh pada suatu permukaan dan dinyatakan dalam satuan Lux Intensitas Cahaya. b) Faktor Radiasi Sinar Ultra Violet dan Infra Merah

Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan interior atau ruang adalah untuk memperoleh kenyamanan (Comfortab le) p emak ain ya.

Ken yaman an suatu ruan g atau bangunan ditentukan juga oleh factor utilitas yang meliputi p encah ay aan. Ke silau an ad alah k on disi p en glihatan ya ng mengalami "Discomfort" dan pengurangan kemampuan untuk melih at o b y ek . K e silau an d ap at d is eb a bk a n o leh po sis i penempatan lampu (jarak yang kurang tepat), pantulan dari peralatan yang dipakai, dan


(66)

sebagainya.

Untuk menghindarkan kesilauan yang ditimbulkan oleh pencahayaan. Perlu dihindarkan penggunaan system distribusi cahaya yang secara. langsung. System pencahayaan yang baik ad a la h d en ga n d istribu si c ah a ya memb au r a ta u Difu sse , s ed a n g k a n u n tu k me n g h in d a ri k e sila u a n d a ri p a n tu l an sebaiknya permukaan difinishing dengan bahan yang mudah menyerap cahaya.

Untuk penghitungan instalasi penerangan suatu ruangan perlu diperhatikan pula refleksi pencahayaan dari langit-langit, dinding, mebel, dan lantai. Untuk keharmonisan ruangan dianjurkan factor refleksi lantai minimum 15%, langit-langit 60%, dan dinding 30%, serta mebel minimum 20%. (Hardinoto, 1985).

Suasana ruang yang terbentuk tergantung pula dari cahaya yang dikeluarkan, yaitu :

a) Cahaya yang terpencar

Penggunaan lampu dengan sinar yang terpencar dapat d ig u n a k a n se b a g a i p en ca h a y a a n u m u m se p e rti pemakaian bola lampu biasa tanpa penutup. Sumber ca h ay a u mumn y a te rsemb u n yi d i b ela ka ng k a ca buram, acrylic, kertas jepan g, tenunan bambu atau dari balik kaca bening. Cahaya yang dikeluarkan lebih lembut.


(67)

C ah ay a ya n g terb a ta s, tip e d iman a ca h aya ya n g arahnya dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhannya. Kuat cahaya dan lebar yang diingin kan tergantung dari tipe lampu yang dipakai. Biasanya ditempatkan sebagai aksen ruang.

c) Cahaya langsung dan tak langsung

Cahaya langsung adalah tipe cahaya yang menerangi langsung ke obyek yang hendak dilihat. Sedangkan cahaya tak langsung adalah jenis cahaya yang dibuat memantul pada dinding atau plafon. Penyinaran tak langsung yang menyinari ruang tidak menyilaukan pandangan, cahaya yang dipancarkan lebih lembut dibandingkan dengan pencahayaan langsung Baik cah a ya alami maup u n cah ay a b ua ta n h aru s menjawab kebutuhan psikologis yang mewadahi dan h a r u s m a m p u m e n c i p t a k a n s u a s a n a k h u s u s (Mangunwijaya, 1991).

2) Penghawaan

Ven tilasi tergantung pada orientasi dan penemp atan suatu ba ngu nan mempen garuh i arah an gin , ya ng mene ntu kan leta k ventilasi, yang baik. Terletak pada daerah yang arah angin nya keluar dari bangunan.

B e s a r n y a l u b a n g v e n t i l a s i h a r u s d a p a t b e r f u n g s i mempertukarkan udara secara cepat tanpa mempengaruhi suhu pada dinding. Penggunaan vntilasi sebaiknya menyilang dengan tidak memakai saluran. Umumnya 6 m3 (240 ft3) udara yang diperlukan oleh setiap anak -anak. Maka itulah hendakn ya pertukaran udara


(68)

kelas harus dapat bertukar paling tidak tiga sampai lima kali dalam satu jam. Di Amerika, digunakan ventilasi mekanik dengan "unit ventilator" yang dihubungkan dengan ruang pemanas yang dapat mengeluarkan ud ara IM3 (36 ft3) b aik udara p an as maupun u dara dingin. Alat ini berfungsi sebagai alat penyaring dan pengatur udara yang dibutuhkan oleh anak -anak dalam setiap menit. Penggunaan alat ini diperlukan sebagai pengganti ventilasi yang terdapat pada jendela utama.

K e n ya ma n an u d a ra ter ga n tu n g d a ri temp e ratu re u d ara , tem p er atu re b e n d a -b en d a s ek ita r, k ele mb ab a n r ela tiv e , d an p e rg e r a k a n u d a r a . K e le m b a b a n r e la t iv e s e k it a r 4 0 - 4 5 % . Kenyamanan udara berbeda untuk setiap kegiatan, yaitu: pekerjaan ringan duduk 21-23°C, pekerjaan ringan berdiri 19-21°C, pekerjaan berat duduk 18-19°C, sedangkan pekerjaan berat berdiri 15-17°C (Suptandar, 1995).

Kebutuhan udara untuk anak-anak dalam ruang kelas adalah sebagai berikut:

Ruang udara yang disediakan untuk setiap anak

Kebutuhan udara untuk setiap anak per menit

3,00 M2 0,8 M3

6,00 m2 0,6 M3

9,00 m2 0,48 m3

15,00 m2 0131 m3

Tabel 4. Kebutuhan Udara (Drs. Yan Dianto, 1991: 5)

Jenis Arus Udara bersih

M3/menit/orang

Volume ruangan M2/orang


(69)

Kantor kecil

Kamar mandi & ruang bermain Ruang perundingan

Ruang pertunjukkan Sekolah untuk anak-anak Klinik umum

Kamar tidur (ruang istirahat)

0,8 0,4 0,7 0,4 0,8 0,9 0,8 30 15-20 5,5-7 5,5-8,5 5,5-7 5,5-8,5 10,5-14

Tabel 5. Pergantian Udara (Mangunwijaya, 1991)

Menurut Pamuji Suptandar, ventilasi dapat melalui jendela, pintu, dinding yang berlubang, buka-bukaan, dan sebagainya. Untuk me mp e role h k eu n tu n g an y an g ma k s imal, p e rs ya ra tan y an g dibutuhkan umumnya dengan tinggi ambang 0,9 m di atas lantai (ketinggian jendela).

Jenis ventilasi ada dua, yaitu: ventilasi buatan, yang terdiri Bari ventilasi mekanis (kipas angin, exhaust) dan ventilasi AC (Air Conditioning). Jenis Jenis AC antara lain:

- AC Window - AC Split - AC Central - AC Standing (Suptandar, 1995) 3) Akustik ruangan

Kontrol terhadap gangguan suara sangat penting karena anak--anak sering mengeluarkan suara-suara yang berisik. Gangguan suara yang mungkin akan mempengaruhi ketenangan konsentrasi suatu aktifitas yang terjadi. Batas sakit pendengaran manusia 130 foon (sekitar 1 30 dB atau 1 000 Hz). Bata s k emamp uan men gh adap i gangguan bunyi adalah:


(70)

mengarah kegelisahan psikis (bingung, nervous, peka, letih, dsb),

Bunyi 65-90 dB yang tak henti-hentinya akan merusak lapisan-lapisan kehidupan manusia jantung, peredaran darah,dsb)

Bunyi 90-130 dB merusak selaput telinga dan keadaan jiwa sampai tuli

Pengendalian bunyi pada jalan yang dilalui bun yi ditempuh dengan jalan peningkatan penyerapan bunyi yang timbul dengan menggunakan bahan penyerap bunyi pada lantai, dinding, ceiling, dan furniture sesuai dengan kebutuhan ruang.

Tingkat backgro und suara tergantung pada 4 faktor utama, yaitu:

a) Tingkat keras atau keributan (noise) b) Daya serap (dinding kedap suara) c) Lingkungan sekitar

d) Volume ruangan

Bahan -bahan peredam suara dapat diklasifikasikan atas tiga jenis, yaitu:

a) Bah an -b aha n be rp ori, d ap at men yerap sua ra p ad a semua tingkatan freku ensi dan efisiensin ya tergantung ketebalan bahan.

b) Panel-panel penyerap, panel-panel tersebut men yerap su ara yan g berfre kuen si tertentu sesu ai den gan b erat pan el dan k e teb a lan ro n g ga ud a ra n ya , b ias an y a d ig u n ak a n u n tu k


(71)

menyerap frekuensi rendah. Penyerapan bunyi sangat banyak dilakukan dengan menggunakan bahan yang tampak pad at, hanya dapat dipasang pada suatu rongga udara.

Resonator rongga yang dapat diatur untuk memilih penyerapan te rtentu sepan jan g rentang freku ensinya. Cara in i ku ran g bermanfaat ditinjau dari jumlah penyerapan dan lebih efisien dengan menggunakan bahan-bahan non akustik, misalnya beton, walaupun desainnya agak sulit. (Ernest Neufret, 1996: 173)

Tabel 6. Daftar angka koefisien penyerapan udara

No Nama Bahan 125 Hz 500 Hz 2000 Hz 4000 Hz

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Papan sepanjang 15 yang ditempel pada dinding padat Tembok batu bata polos atau dicat

Karpet+bulu kempa diatas lantai padat

Karpet tebal + bulu kempa diatas lantai kayu dan parket

Karpet tebal diatas lapisan kedap air pada lantai beton

Papan serat kayu (lunak) diatas dinding padat, ukuran nominal setebal 12

Lantai ubin plastic atau linoleum Jendela kaca, kaca setebal hingga 4

Papan lapis yang ditempel sehingga padat

Pelat lapisan kayu tanpa plesteran setebal 25 diatas dinding padat 0,3 0,02 0,1 0,2 0,1 0,5 0,03 0,2 0,05 0,1 0,1 0,02 0,3 0,3 0,2 0,15 0,03 0,1 0,05 0,4 0,1 0,04 0,5 0,5 0,5 0,3 0,3 0,05 0,05 0,6 0,1 0,05 0,6 0,6 0,4 0,3 0,05 0,02 0,05 0,6


(72)

1) Bentuk

Semua bentuk dapat dikurangi perannya dengan jalan membuat garis-garis dominant karen a dapat menghantar ma ta kita kepada pusat perhatian (focal point).

Pada usia 2 tahun, konsep anak mengenal bentuk cukup berkembang, sehingga mereka dapat memasukkan bidang geometris ke dalam papan b erlub ang, menco cokkan berdasar bentukn ya. Konsep uku ran dari berb agai bentuk b e nda belum b erkembang sampal anak masuk sekolah.

2) Warna

Me nu rut D r. M asru n (da lam k olo kium Ma rita Pusp a, 2 00 4) lew at h asil p en elitian p e rse psi an ak terh a da p b en tuk d an w arn a. K o n se p ru an g b ag i a n ak sa n ga t dipengaruhi oleh persepsi anak mengenai warna dan bentuk. Pada anak usia balita, cenderung memilih warna-warna tajam dan cerah sebagai obyek perhatiannya. Sedang usia 5 tahun ke atas, cenderung memilih bentuk sebagai obyek perhatiannya.

Warn a-warn a yan g digun aka n cen derun g pad a p erpad uan antara warna-warna dasar (3 warna primer, 3 warna sekunder), yaitu merah oranye, kuning, hijau, biru, dan violet. Dari keenam warm d a sa r a d a d u a k e lo mp o k ya n g me mp u n ya i p erb e d aa n k e san mencolok. Merah, oranye, dan kunin g meru pakan warna hangat. Hijau, biru, dan violet merupakan warna sejuk.


(73)

dari karakter ruang yang ingin ditampilkan, suhu daerah setempat yang mempengaruh i p emilihan warna. W arna untuk ruang kelas anak-anak lebih menguntungkan bila menggunakan warna -warna yang cerah, biasanya dalam warna hangat ( John F. Pile, 1998).

Pada umumnya warna mempunyai fungsi sebagai alat untuk meningkatkan pemahaman ruang, yaitu

Membantu membentuk orientasi. Menjaga karakter ruang.

Un tu k menambah ras a man usiawi p ada ruan g terseb ut. Warna secara psikologis dibedakan menjadi 3 dimensi, yaitu:

a . Hue, semacam temperamen mengenai p anas atau dinginnya warna

b . Value, mengenai gelap terangnya warna yang terbagi menjadi Close value (value yang berdekatan atau hampir bersamaan, mempunyai kesan lembut dan tenang), Contras value (value yang berjauhan mengesankan kegelisahan)

c . In te n si, men g e n a i ce ra h re d u p n y a w a rn a . W a rn a -w a rn a mempunyai kekuatan pada minat dan emosi manusia (skema warna ruang akan memberi arti tersendiri pada sebuah ruangan tersebu t). Ka dan g -k ad ang w arna -wa rn a terte ntu d iartik an berbeda pada suatu daerah dengan daerah lain, namun secara umum warna memberikan kesan sebagai berikut:


(74)

pada penekanan bahaya

Orange: penghalusan dari merah

Kuning:warna yang hangat, diasosiasikan dengan kelincahan

Hijau: warna tenang dekat dengan hangat, merupakan favorit u ntuk men y eimban g ka n ske ma w arn a s ehin gg a berkesan tenang, nyaman, dan membangun

Biru: yang paling tenang dengan warna-warna terang, mengesankan istirahat, tenang, kemuliaan

Putih: keterbukaan, bersih, dan cerah

Hitam: kekuatan aksen warna, berat, formal (John F. Pile, 1988)

Menurut Chromo therapi atau terapi warna dalam salah satu cabang ilmu kedokteran, yaitu:

Merah, bersifat merangsang mental, menambah ketegangan otot, tegangan darah meninggi dan irama nafas cepat.

Biru, bersifat mengendurkan oto, menenangkan denyut nadi dan irama pernafasan, dapat memudahkan mengantuk.

Hijau, bersifat menyeimbangkan saraf, santai dan memudahkan konsentrasi.

Menurut Sri Purwaningsih: Tabel 7. Pskologi warna

Warna Absorbsi Daya Pantul Kesan Psikologi Warna terang :

- Putih

- Hijau kebiruan 0,5%

98% 76%

Riang Dingin


(1)

BAB IV

KESIMPULAN

1. PENGERTIAN PROYEK

International Playgroup di Surakarta adalah sebuah badan pendidikan anak usia dini / usia pra sekolah (usia 2-4 th khususnya) dengan kurikulum International yang berlokasikan di kota Surakarta.

Playing and Experiencing within a hommy situation

adalah metode yang digunakan dalam mendidik, mengasuh, dan mengembangkan kegiatan belajar dan bermain bagi para siswa.

Dalam proses perencanaan dan perancangan tempat ini menggunakan metode , diharapakan Segala fasilitas dalam tata ruang yang tersediakan (setelah melalui proses pengembangan desain dengan metode pendekatan psikologis anak) berdampak efektif guna memberikan stimulasi yang baik untuk mengembangkan intelegensi, kemampuan sosial, dan kematangan motorik anak sesuai tujuan diadakanya pendidikan anak usia dini.


(2)

2. LOKASI

Analisa pemilihan lokasi :

1) Dekat dengan pemukiman penduduk (perumahan Gremet)

2) Memiliki akses yang tinggi terhadap fasilitas dan sarana penunjang operasional.

3) Terletak di tengah kota sehingga mudah di jangkau. 4) Kawasan tersebut merupakan kawasan pendidikan.

3. ZOONING DAN GROUPING


(3)

Ket : Ruang bermain indoor terdapat pada zona publik, merupakan ruang yang paling dan merupakan pusat kegiatan yang dominan pada International Playgroup.

Zonning

Ket : zona privat terletak jauh dari ME, diharapakan privasi aktifitas di zona privat terjaga dari kebisingan yang dapat menggangu konsentrasi.


(4)

5. KONSEP

1. Ide dasar perancangan

Ide dasar desain interior International Playgroup adalah mengembangkan desain modern yang diakselerasikan dengan karakter alam (tema desain; Natural). Gaya modern dapat dikatakan sebagai gaya kekinian atau terbaru atau sekarang ini,. Prinsip dari desain interior modern sebenarnya mengikuti prinsip arsitektur atau bentuk mengikuti fungsi.

2. Tema

Tema yang diangkat dalam perencanaan dan perancangan Solo International Playgroup adalah Natural

Naturalberarti alami / alam. Alam merupakan sebuah visual yang paling sering kita jumpai dan kita rasakan setiap hari. Dari alam kita terutama anak anak dapat belajar banyak tentang lingkungan sekitar


(5)

beserta komponenya. Alam merupakan sumber kehidupan, ruang lingkup alam adalah mahkluk hidup (manusia, hewan tumbuhan), udara, air, cahaya, tanah.

Tema Natural dipilih karena, Natural/alami/ alam merupakan dasar dari ilmu pengetahuan yang dipelajari hingga tingkatan akademis yang paling tinggi. Alam memberikan semua jawaban tentang IPTEK secara dasar, Diharapkan dengan tema Natural dalam perencanaan dan perancangan playgroup ini dapat merangsang kepekaan fungsi fisik dan psikis anak anak terhadap segala sesuatu yang dijumpainya, hal ini

merupakan peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral sesuai tujuan penyelenggaran pendidikan anak usia dini.

3. Pendekatan desain

Metode pendekatan psikologi anak akan sangat memudahkan dalam proyek perancangan, dimana dalam proyek perancangan ini, anak usia dini adalah sebagai pengguna utama dari proyek ini. Secara umum metode pendekatan psikologi anak berfungsi memahami karakter sosial dan emosional anak. Perkembangan sosial emosional meliputi perkembangan dalam hal emosi kepribadian, dan hubungan interpersonal (Papua, dkk, 2004). Perkembangan sosial emosional berkisar tentang proses sosialisasi,


(6)

yaitu proses ketika anak mempelajari nilai- nilai dan perilaku yang diterima dari masyarakat (Dodge, dkk, 2002).