Analisis Pengaruh Kinerja Bank dan Efisiensi Operasional terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH KINERJA BANK DAN EFISIENSI

OPERASIONAL TERHADAP PERTUMBUHAN LABA

PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

SERLY PS HAREFA 070502103

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “ Analisis Pengaruh Kinerja Bank dan Efisiensi Operasional terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan data seri tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kinerja bank (CAR, ROA, LDR, LAR) dan efisiensi operasional (BO/PO) terhadap pertumbuhan laba pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Data yang ada diproses dengan menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.00 for windows. Hasil estimasi menunjukkan adanya pengaruh antara rasio kinerja bank ( CAR, ROA, LDR, LAR) dan efisiensi operasional (BO/PO) dengan pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai 2009.

Hasil penelitian secara simultan, variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets Ratio (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan Beban Operasional / Pendapatan Operasional (BO/PO) berpengaruh segnifikan terhadap pertumbuhan laba bank. Hasil penelitian secara parsial, variabel Loan to Asset Ratio (LAR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba sedangkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba.

Kata Kunci: Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), Biaya Operasional / Pendapatan Operasional (BO/PO), dan Pertumbuhan Laba


(3)

ABSTRACT

This search is titled ” Analysis Over the Influence of Bank’s Performance and Operational Efficiency on The Profit Growth of Banking Company Listed in Bursa Efek Indoensia” include from 2006 until 2009. The goal of this search is to have insight about the bank’s performance (CAR, ROA, LDR, LAR) and operational efficiency on profit growth in banking company listed in Bursa Efek Indonesia.

The search method uses descriptive analysis method and statistic analysis method. Data is procceded by software SPSS 16.00 for windows. The result estimation is that there influence between bank’s performance ratio ( CAR, ROA, LDR, LAR ) and operational efficiency on profit growth in banking company in Bursa Efek Indonesia from 2006 until 2009.

The results show that simultaneously all independent variables, Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets Ratio (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), and Operational Efficiency (BO/PO) influence on profit growth in banking company. The result show that parcially Loan to Asset Ratio (LAR) influence on profit growth, but Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), and operational efficiency (BO/PO) hasn’t influence on profit growth.

Keywords : Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), operation efficiency (BO/PO), and Profit Growth.


(4)

KATA PENGANTAR

Pujian dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, penyertaan, dan hikmat pengetahun yang dianugrahkan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul: “ANALISIS PENGARUH KINERJA BANK DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA’’. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini, dan ucapan terimakasih itu penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, M.E selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Penguji I yang telah membantu memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, M.Si selaku Ketua Program Studi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr.Yeni Absah, M.Si selaku dosen wali yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan.


(5)

6. Bapak Drs. Syahyunan M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalm menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Nisrul Irawaty, MBA selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 8. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik di Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan bekal pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini dengan baik.

9. Seluruh Staf dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam hal penyelesaian administrasi selama masa pendidikan dan penyelesaian skripsi ini.

10.Orangtua terkasih F. Harefa dan R. Harefa, abang Soniman Harefa, adek Cornelius Harefa, Priska Harefa, dan Zabdiel Harefa, serta nenek tercinta yang selalu memberi dukungan sepenuhnya dalam doa dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Keluarga bapak talu dan mama talu, serta bapak sakhi dan tante yang telah banyak mendukung dan membantu serta mengiringi dalam doa sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.UKM KMK USU khususnya UP-Fakultas Ekonomi yang telah memberi dukungan untuk tetap setia melayani Tuhan ditengah kesibukan mengerjakan skripsi.

13.Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) Joyful, Bang Gomgom Manurung, Pratiwina, Ira Wicaca, dan Novita, terimaksih buat semangat dan doanya sehingga penulis dapat mengerjakan skripsi ini.


(6)

14.Adek-adek kelompok kecil, Kharis, Jenni, dan Yolanda, terimakasih buat doanya serta kesetiaannya dalam Tuhan, dan terus berkarya buat Dia.

15.Teman-teman satu bimbingan, terimakasih buat waktunya untuk belajar bersama dan tetap semangat untuk meraih yang terbaik.

16.Teman-teman stambuk 2007, yang telah memberi semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Khususnya teman-teman konsentrasi manajemen keuangan, Mega, Venny Berenk, Rina, Yanti, Tommy Jansen, Roby Ketaren, terimakasih atas bantuan dan masukannya, semoga tetap semangat dan sukses buat masa depannya.

17.Untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu, terlebih buat dukungan doanya, terimakasih dan semoga Tuhan dapat memberi kesuksesan baik dalam pekerjaan dan juga dalam studi.

Penulis juga menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penyajian. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demikesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, April 2011 Hormat Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT ………... ii

KATA PENGANTAR ………... iii

DAFTAR ISI ... .. vi

DAFTAR TABEL ... .. viii

DAFTAR GAMBAR ... .. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Uraian Teoritis ………... 8

2.2Penelitian Terdahulu ... 23

2.3Kerangka Konseptual ……….. 24

2.4Hipotesis ……….. 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ……….... 29

3.2Tempat dan Waktu Penelitian ………. 29

3.3Batasan Operasional ………... 29

3.4Definisi Operasional ………... 30

3.5Target Populasi ………... 32

3.6Metode Pengumpulan Data .……….... 33

3.7Jenis dan Sumber Data ……… 33

3.8Metode Analisis Data ……….. 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Perusahaan ………... 39

4.2Hasil Penelitian ……….... 61

4.3Pembahasan ………... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 87

5.2 Saran …….……… 88

DAFTAR PUSTAKA ……….. 89 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Perkembangan Rata-Rata dari CAR, ROA, LDR, LAR, BOPO dan Pertumbuhan Laba

Tahun 2006-2009 (dalam %) ………...… 4

Tabel 2.1 Skala Predikat Capital Adequaci Ratio……… 14

Tabel 2.2 Skala Predikat Return on Assets ……….. 15

Tabel 2.3 Skala Predikat Loan to Deposit Ratio ………. 17

Tabel 2.4 Skala Predikat Beban Operasional / Pendapatan Operasional ……….. 19

Tabel 3.1 Proses Pemilihan Target Populasi ... 32

Tabel 3.2 Target Populasi Perusahaan Perbankan Yang Diteliti ………. 33

Tabel 4.1 Capital Adequacy Ratio pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2009 ………. 61

Tabel 4.2 Return on Assets pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun2006-2009 ……… 63

Tabel 4.3 Loan to Deposit Ratio pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2009 ………. 65

Tabel 4.4 Loan to Asset Ratio pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2009 ………. 67

Tabel 4.5 Beban Operasional / Pendapatan Operasional pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2009 ……... 69

Tabel 4.6 Pertumbuhan Laba pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2009 ……….. 72


(9)

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 4.7 Hasil Uji Kolmogorv- Sminorv ……….. 76

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ………. 77

Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ……… 79

Tabel 4.10 Hasil Uji – F ……… 80


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... .. 27

Gambar 4.1 Histogram ……… 75

Gambar 4.2 Normal P-Plot ………. 75


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “ Analisis Pengaruh Kinerja Bank dan Efisiensi Operasional terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan data seri tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kinerja bank (CAR, ROA, LDR, LAR) dan efisiensi operasional (BO/PO) terhadap pertumbuhan laba pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Data yang ada diproses dengan menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.00 for windows. Hasil estimasi menunjukkan adanya pengaruh antara rasio kinerja bank ( CAR, ROA, LDR, LAR) dan efisiensi operasional (BO/PO) dengan pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai 2009.

Hasil penelitian secara simultan, variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets Ratio (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan Beban Operasional / Pendapatan Operasional (BO/PO) berpengaruh segnifikan terhadap pertumbuhan laba bank. Hasil penelitian secara parsial, variabel Loan to Asset Ratio (LAR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba sedangkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba.

Kata Kunci: Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), Biaya Operasional / Pendapatan Operasional (BO/PO), dan Pertumbuhan Laba


(12)

ABSTRACT

This search is titled ” Analysis Over the Influence of Bank’s Performance and Operational Efficiency on The Profit Growth of Banking Company Listed in Bursa Efek Indoensia” include from 2006 until 2009. The goal of this search is to have insight about the bank’s performance (CAR, ROA, LDR, LAR) and operational efficiency on profit growth in banking company listed in Bursa Efek Indonesia.

The search method uses descriptive analysis method and statistic analysis method. Data is procceded by software SPSS 16.00 for windows. The result estimation is that there influence between bank’s performance ratio ( CAR, ROA, LDR, LAR ) and operational efficiency on profit growth in banking company in Bursa Efek Indonesia from 2006 until 2009.

The results show that simultaneously all independent variables, Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets Ratio (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), and Operational Efficiency (BO/PO) influence on profit growth in banking company. The result show that parcially Loan to Asset Ratio (LAR) influence on profit growth, but Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), and operational efficiency (BO/PO) hasn’t influence on profit growth.

Keywords : Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), operation efficiency (BO/PO), and Profit Growth.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perbankan adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dalam pasal 1 angka 2, bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta memperlancar sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Menurut Hermansyah (2005:18), salah satu pilar penting untuk mendukung kesinambungan pelaksanaan pembangunan nasional Indonesia yang disesuaikan dengan kebijakan moneter dengan tujuan yang dititikberatkan pada upaya mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah adalah sistem perbankan dan keuangan yang sehat dan efisien.

Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis. Dalam pasal 4 Undang-Undang Perbankan tahun 1992, tujuan perbankan adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional untuk meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sesuai dengan pasal tersebut, perbankan sangat berperan aktif dalam memajukan perekonomian suatu negara. Bank yang berfungsi menyalurkan dana


(14)

dalam bentuk kredit kepada masyarakat telah membantu penyediaan modal usaha sehingga dapat mengerakkan sektor riil. Pergerakan sektor riil yang semakin baik akan berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan nasional.

Di Indonesia, awalnya pada tahun1980-an dan 1990-an terjadi perubahan di dunia perbankan. Setiap bank telah memiliki kebebasan untuk mencari nasabah sendiri. Hal ini didukung oleh ketetapan pemerintah dengan mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 88) dan UU RI No.7 tahun 1992 yang membuat perbankan berkembang pesat. Kebijakan ini ditandai dengan lahirnya bank-bank swasta yang baru, dan menawarkan berbagai jenis produk perbankan seperti deposito, giro, tabungan, dll kepada masyarakat luas. Untuk memenuhi kebutuhan peminjam dana, bank menawarkan produk dalam bentuk kredit sebagai sumber pendapatan dari kegiatan operasionalnya.

Melihat peranan bank yang sangat strategis dalam perekonomian negara, maka perlu pengawasan khusus untuk tetap mempertahankan tingkat kesehatan dan kestabilan bank. Penilaian dan pengawasan ini diatur dalam pasal 29 ayat 2 Undang-undang Perbankan tahun 1992 dengan beberapa ketentuan bahwa pengawasan dilakukan oleh bank sentral (Bank Indonesia) dan bank wajib memperhatikan aspek permodalan, kualitas asset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.

Seiring perkembangan bank yang pesat, tentu saja memunculkan persaingan yang ketat pula diantara bank, seperti penetapan tingkat suku bunga bank. Hal ini telah menciptakan kondisi pasar yang dinamis sehingga menuntut bank untuk bekerja lebih efektif dan efisien guna mempertahankan perannya


(15)

dalam sistem perbankan nasional. Usaha-usaha yang dilakukan bank ini otomatis merangsang pertumbuhan laba perbankan.

Berdasarkan informasi dari sumber kondisi keuangan sempat surut akibat efek krisis global. Tetapi penghasilan yang dicapai dapat cepat terobati. Angka penurunannyapun relatif tidak besar berkisar antara 8%-9%. Bandingkan dengan keuntungan yang berhasil diterima seperti pada 2006 mencapai Rp 28,33 triliun, atau tumbuh sekitar 16% dari tahun 2005 yang bernilai Rp 24,89 triliun. Bahkan pada tahun berikutnya 2007, laba bersih perbankan nasional terus meningkat menjadi 23,6%, dengan nilai keuntungan yang berhasil dibukukan sebesar Rp 35,015 triliun. Angka ini pun setelah dikurangi oleh pajak.

Berdasarkan informasi dari situs tahun 2009 adalah Rp 41,39 triliun atau melompat 20% dari tahun 2008. Peningkatan laba ini bersumber dari pendapatan bunga kredit perbankan yang memiliki marjin besar antara bunga kredit dan bunga deposito (dana). Jika pada Januari 2009, terdapat rentang hanya 3,66% tetapi pada November 2009 terus melebar hingga mencapai 5,78%.

Kita tidak dapat memungkiri jika pertumbuhan laba ini sungguh baik, bahkan peran kinerja perbankan Indonesia menjadi salah satu pilar untuk menopang perekonomian domestik. Menurut Dendawijaya (2005), ada tiga analisis rasio keuangan yang dapat mengukur kinerja bank yaitu rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio likuiditas. Ketiga rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan dan meningkatkan laba perusahaan. Rasio solvabilitas dapat diukur dengan menghitung capital adequacy


(16)

ratio, rasio rentabilitas dihitung dengan return on assets, dan rasio likuiditas dihitung dengan menggunakan loan to deposit ratio dan loan to asset ratio. Selain itu, untuk mengukur tingkat efisiensi operasional bank yang juga mempengaruhi perolehan laba pada perbankan, dihitung dari perbandingan beban operasional terhadap pendapatan operasional.

Rata-rata perkembangan dari faktor-faktor yang mempengaruhi laba perbankan yaitu Capital Adequacy Ratio, Return on Assets, Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset Ratio, beban operasional terhadap pendapatan operasional, pertumbuhan laba selama tahun 2006 sampai 2009, dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 1.1

Perkembangan Rata-Rata dari CAR, ROA, LDR, LAR, BO/PO dan Pertumbuhan Laba

Tahun 2006-2009 (dalam %)

No Keterangan 2006 2007 2008 2009

1. Capital Adequacy Ratio (CAR) 19,50 18,13 16,65 17,12

2. Return on Assets (ROA) 1,23 1,28 1,28 1,30

3. Loan to Deposit Ratio (LDR) 55,51 59,47 67,03 62,88

4. Loan to Asset Ratio (LAR) 45,47 49,35 56,90 55,26

5. BO/PO 84,80 81,51 83,93 84,17

6. Pertumbuhan laba 132,36 33,06 8,30 25,08

Sumber : www.idx.co.id (diolah)

Dari Tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan capital adequacy ratio dari tahun 2006-2008 mengalami penurunan dan tahun 2009 mengalami pertumbuhan tetapi tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 0,47%. Sementara itu pada return on assets rata-rata pertumbuhan nilai ROA terjadi di setiap tahun. Selain itu, dari posisi kredit (loans) yang diberikan kepada pihak ketiga yang dilihat dari rata-rata pertumbuhan loan to deposit ratio dari tahun 2006-2008 mengalami peningkatan, namun tahun 2009 menurun sebesar 4,15%


(17)

dari tahun sebelumnya. Sedangkan dari posisi kredit dengan menggunakan jaminan sejumlah aset dapat dilihat bahwa pertumbuhan LAR dari tahun 2006-2009 mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan. Sementara itu pada rasio perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan operasional (BO/PO), rata-rata pertumbuhan setiap tahun tetap berada dalam posisi sehat meskipun mengalami fluktuasi namun tidak terlalu signifikan. Pertumbuhan laba yang terjadi dari tahun 2006-2009 dengan membandingkan CAR, ROA, LDR, LAR, dan BO/PO, terjadi perubahan yang signifikan di setiap tahunnya. Bahkan tahun 2008, rata-rata pertumbuhannya sangat rendah.

Berdasarkan informasi dari ke tahun secara perlahan naik seperti pada 2004 total kredit masih Rp 559,47 triliun, kemudian pada 2005 dan 2006 juga bertambah dari Rp 695,64 triliun menjadi Rp 792, 29 triliun. Tetapi pertumbuhan yang cukup menggembirakan terjadi pada tahun-tahun berikutnya yakni 2007 dan 2008, di mana posisi kredit yang dicairkan telah mencapai Rp l.002,1 triliun kemudian Rp l.307,69 triliun. Meskipun pada tahun 2009 bank tampaknya sedikit menyalurkan kredit hingga total kredit yang di kucurkan naik tipis menjadi Rp l.366,08 triliun.Perkembangan pinjaman oleh perbankan selama beberapa tahun terakhir mencapai nilai nominal yang meningkat. Jika tahun 2007 kenaikan nominal Rp 210 trilyun, tahun 2008 kenaikan sekitar Rp 300 trilyun, namun sampai dengan September 2009 pinjaman baru tumbuh Rp 64 trilyun. Dalam beberapa tahun terakhir, secara keseluruhan, total asset Perbankan tumbuh sekitar 15% sampai 17% per tahun, pertumbuhan yang sama juga dicapai oleh dana pihak ketiga.


(18)

Berdasarkan data diatas dimana laba terus mengalami perubahan dan juga untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhinya serta menyadari peran perbankan dalam perekonomian negara, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Kinerja Bank dan Efisiensi Operasional Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat ditarik permasalahan-permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Assets Ratio (LAR), dan efisiensi operasional (BO/PO) terhadap pertumbuhan laba pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Assets Ratio (LAR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BO/PO) terhadap pertumbuhan laba pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4Manfaat Penelitian

a. Bagi perusahaan emiten (bank), sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu menggunakan prinsip kehati-hatian


(19)

sehingga kinerjanya akan dinilai sehat oleh Bank Indonesia pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

b. Bagi peneliti, untuk mengetahui cara menilai kinerja perbankan yang sehat dan meningkatkan wawasan tentang kondisi perbankan di Indonesia.

c. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan kajian atau referensi untuk melakukan penelitian di masa mendatang.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Uraian Teoritis

2.1.1 Analisis Rasio Keuangan Bank

Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam neraca maupun laporan laba-rugi (Abdullah, 2003:124). Menurut Riyadi (2004:137), rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam persentase atau kali. Masing-masing rasio harus memiliki tujuan sehingga tidak akan ditemukan batasan yang jelas dan tegas berapa rasio yang terdapat pada setiap aspek yang dianalisis. Menurut Kasmir (2008:122), rasio keuangan merupakan perbandingan angka-angka dalam laporan keuangan dengan melakukan perbandingan antar komponennya sehingga menjadi angka dalam satu periode atau beberapa periode.

Perbankan merupakan bisnis jasa yang tergolong dalam industri "kepercayaan" dan mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas. Analisis rasio keuangan banyak digunakan oleh calon investor. Sebenarnya analisis ini didasarkan pada hubungan antar pos dalam laporan keuangan perusahaan yang akan mencerminkan keadaan keuangan serta hasil dari operasional perusahaan. Analisa srasio keuangan maka dapat digunakan untuk membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan akan datang dalam perusahaan yang sama. Jika


(21)

rasio keuangan diurutkan dalam beberapa periode tahun analisis dapat mempelajari komposisi perubahan dan menentukan apakah terdapat perbaikan atau penurunan dalam kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio-rasio keuangan perbankan yang berhubungan dengan kinerja perusahaan perbankan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas.

Rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuiditas bank (Dendawijaya, 2005:120). Disamping itu, rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dan yang diperoleh dari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber lain di luar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Rasio ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien.

Rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo (Dendawijaya, 2005:114). Dimensi konsep rasio likuiditas mencerminkan ukuran-ukuran kinerja manajemen ditinjau dari sejauh mana menajemen mampu mengelola modal kerja yang didanai dari utang lancar dan saldo kas perusahaa. Tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan kemampuan melaunasi utang jangka pendek semakin tinggi pula.

Rasio rentabilitas menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba (Harmono, 2009:109). Rasio ini juga dapat digunakan untuk


(22)

mengukur tingkst kesehatan bank. Dalam perhitungannya, biasanya dicari hubungan timbal balik antarpos, yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005:118).

Masalah efisiensi berkaitan dengan masalah pengendalian biaya. Efisiensi operasional berarti biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aktiva tersebut. Sebuah bank dituntut untuk memperhatikan masalah efisiensi karena meningkatnya persaingan bisnis dan standar hidup konsumen. Selain itu efisiensi operasional dapat dicapai mengurangi biaya dan meningkatkan output perusahaan (Koch, 2003:210). Bank yang tidak mampu memperbaiki tingkat efisiensi usahanya maka akan kehilangan daya saing baik dalam hal mengerahkan dana masyarakat maupun dalam hal penyaluran dana tersebut dalam bentuk modal usaha. Efisiensi operasional dapat ditinjau dari biaya operasional dengan pendapatan operasional bank.

2.1.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Modal bank bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan mempengaruhi keputussan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba, di satu pihak dan kemungkinan timbulnya resiko di pihak lain. Besar kecinya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan.


(23)

Berdasarkan pendekatan pada neraca bank, modal dapat dibedakan menjadi (Abdullah, 2003:56) :

a) Modal inti

Modal inti bank terdiri dari :

1. Modal disetor, adalah modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib

2. Laba ditahan, adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.

3. Laba tahun lalu, adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.

4. Laba tahun berjalan, adalah laba yang diperoelh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak.

5. Agio saham, adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

6. Cadangan umum, adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan setelah dikurangi pajak.

7. Cadangan tujuan, adalah bagian laba setelah dikurangi pajak untuk tujuan tertentu.

8. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan, adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan penyertaan bank pada anak perusashaan tersebut.


(24)

b) Modal pelengkap

Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. Beberapa modal pelengkap antar lain (Dendawijaya, 2005:40) :

1. Cadangan revaluasi aktiva tetap, adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.

2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan.

3. Modal kuasi, adalah modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal.

4. Pinjaman subordinasi, adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman mendapat persetujuan dari BI.

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah indikator penilaian dari aspek permodalan pada perusahaan perbankan. Adapun fungsi penilaian modal pada bank antara lain (Harmono, 2009:115) :

a) Ukuran kemampuan bank untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan.

b) Alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang saham.

c) Untuk memungkinkan manajemen bank bekerja dengan efisien sesuai dengan yang dikehendaki pemilik modal.


(25)

Salah satu fungsi modal (CAR) adalah untuk memenuhi standar modal minimum. Ketentuan tentang modal minimum bank umum yang berlaku di Indonesia mengikuti standar Bank for International Settlements (BIS). Persentase kebutuhan modal minimum yang diwajibkan BIS ini disebut Capital Adequacy Ratio (Dendawijaya, 2005:40).

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Hal ini didasarkan pada ketentuan BIS. Nilai kredit dihitung untuk CAR=o% atau negatif, nilai kredit = 0, untuk setiap kenaikan 0,1% nilai kredit ditambah 1 dengan nilai maksimum 100. Bobot CAMEL untuk rasio kecukupan modal (CAR) adalah 25% (Harmono, 2009:116).

Perhitungan kebutuhan modal minimum bank

Perhitungan didasarkan pada rasio atau perbandingan antara modal yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca (aktiva yang tercantum dalam neraca) dan ATMR administrasi (aktiva yang bersifat administrasi).

Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank sebagai berikut:

1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut.

2. ATMR aktiva administrasi dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot resiko dari masing-masing pos rekening tersebut.


(26)

3. Total ATMR= ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif.

4. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Harmono, 2009:116) :

CAR= x 100%

Skala predikat kesehatan bank, rasio CAR untuk permodalan bank sebagai berikut (Harmono, 2009:116) :

Tabel 2.1

Skala predikat Capital Adequacy Ratio

No Predikat Rasio CAR

1. 2.

Sehat Cukup sehat

8,00% - 9,00% 7,90% - < 8,00%

Setiap penurunan 0,1% ditentukan dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% Sumber : Harmono (2009)

2.1.3 Return on Assets (ROA)

Pada umumnya, untuk memantapkan posisinya di dunia perbankan, bank harus memperhatikan tingkat profitabilitasnya yang salah satunya dapat dikur dengan Return on Assets Ratio (Koch, 2003:112). Return on Assets adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antar laba (sebelum pajak) dengan total aset bank (Riyadi, 2003:137). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut


(27)

dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2005:118). Besarnya ROA dapat dihitung dengan rumus (Harmono, 2009:119) :

x 100%

Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank, terdapat perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoretis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL, laba dihitung setelah pajak. Selain itu, jika memperhitungkan pajak, maka nilai ROA akan mengalami perubahan sesuai besarnya pajak yang berlaku.

Nilai kredit dapat dihitung sebagai berikut (Harmono, 2009:120) : 1. Untuk rasio sebesar 0% atau lebih, nilai kredit = 0.

2. Untuk setiap kenaikan 0,015%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Bobot CAMEL untuk ROA adalah 5%.

Tabel 2.2

Skala predikat Return on Assets

No Predikat Rasio Nilai kredit

1. 2. 3. 4. Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat

1,22% - 1,5% 0,99% - < 1,22% 0,77 - < 0,99% 0% - < 0,77%

81 – 100 66 - < 81 51 - < 66

0 - < 51 Sumber : Harmono (2009)

2.1.4 Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank (Dendawijaya, 2005:116). LDR dapat dihitung dengan rumus (Riyadi, 2004:146) :


(28)

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, termasuk dalam pengertian dana yang diterima oleh bank adalah sebagai berikut:

1. KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) jika ada. 2. Giro, deposito, dan tabungan masyarakat.

3. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak termasuk pinjaman subordinasi.

4. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan.

5. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari bulan.

6. Modal pinjaman 7. Modal inti

LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan.

Dalam penilaian kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan ketentuan nilai kredit LDR sebagai berikut (Harmono, 2009:121) :

1. Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih, nilai kredit = 0

2. Untuk setiap penurunan 1% mulai dari 115% diberi nilai kredit ditambah 4, nilai maksimum 100. Bobot CAMEL untuk LDR adalah 5%.


(29)

Tabel 2.3

Skala predikat Loan to Deposit Ratio

No Predikat Rasio Nilai kredit

1. 2. 3. 4. Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat ≤ 94,75%

94,76% - 98,5% 98,51% - 102,25% > 100

81– 100 66- < 81 51- < 66 0- < 51 Sumber : Harmono (2009)

2.1.5 Loan to Asset Ratio (LAR)

LAR digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah aset yang dimiliki (Abdullah, 2003:126). Rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar kredit yang diberikan bank dibandingkan dengan besarnya total aset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. LAR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Dendawijaya, 2005:117) :

LAR= x 100%

2.1.6 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Biaya operasional adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha banak yang dirinsi sebagai berikut (Dendawijaya, 2005:111) :

1. Biaya bunga, adalah semua biaya atas dana-dana yang berasal dari Bank Indonesia, bank-bank lain , dan pihak ketiga bukan bank.

2. Biaya valuta asing lainnya, adalah ssemua biaya yang dikeluarkan bank untuk berbagai transaksi devisa.


(30)

3. Biaya tenaga kerja, adalah seluruh biaya yang dikeluarkan bank untuk membiayai pegawainya.

4. Penyusutan, adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk penyusutan benda-benda tetap dan inventaris.

5. Biaya lainnya, seperti premi asuransi / jaminan kredit, sewa gedung kantor/ rumah dinas dan alat-alat lain, biaya pemeliharaan.

Pendapatan operasional terdiri atas semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar diterima. Pendapatan bunga terdiri dari (Dendawijaya, 2005:111) :

1. Hasil bunga, adalah pendapatan bunga, baik dari pinjaman yang diberikan maupun dari penanaman yang dilakukan bank seperti giro, simpanan berjangka, obligasi, dan surat pengakuan utang lainnya.

2. Provisi dan komisi, adalah pendapatan yang diterima oleh bank dari berbagai kegiatan yang dilakukan bank, seperti provisi kredit, komisi pembelian, dan lain-lain.

3. Pendapatan valuta asing lainnya, adalah keuntungan yang diperoleh bank dari berbagai transaksi devisa.

4. Pendapatan lainnya, adalah hasil langsung dari kegiatan operasional lainnya yang tidak termasuk dalam rekening pendapatan diatas, misalnya dividen yang diterima dari saham yang dimiliki.

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Mengingat kegiatan utama bank adalah menghimpun dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, maka biaya dan pendapatan yang mendominasi pada bank adalah biaya bunga dan hasil


(31)

bunga. Hal yang terpenting untuk mencapai kefisiensian operasional adalah meningkatkatn produktivitas perusahaan, menekan biaya, sehingga menghasilka output yang maksimal dan akan mempengaruhi laba (Koch, 2003:112). Rasio ini ddapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harmono, 2009:120) :

BOPO= x 100%

Kriteria nilai kredit BOPO dapat dihitung sebagai berikut (Harmono, 2009:120):

1. Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0.

2. Untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Bobot CAMEL untuk rasio BOPO adalah 5%.

Tabel 2.4

Skala predikat Beban Opeasional terhadap Pendapatan Operasional

No Predikat Rasio Nilai kredit

1. 2. 3. 4. Sehat Cukup sehat Kurang sehat Tidak sehat

93,52% - 92% 94,72% - < 93,53% 95,92% - <94,73% 100% - < 95,92%

81- 100 66 - < 81 51 - < 66 0 - < 51 Sumber : Harmono (2009)

2.1.7 Pertumbuhan Laba

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memiliki pengertian mengenai income. Income diterjemahkan sebagai penghasilan. Dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, income (penghasilan) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.


(32)

Laba adalah perbedaan antara pendapatan (revenue) yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Sedangkan pada penelitian ini, laba yang dimaksud adalah laba sebelum pajak. Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal jika ada) dikurangkan pada penghasilan. Jika beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian bersih sehingga laba merupakan perbedaan antara pendapatan dalam suatu periode dan biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan laba.

Laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya secara akrual. Pengertian seperti ini akan mempermudah di dalam pengukuran dan pelaporan laba secara objektif. Pendefinisian laba seperti ini juga akan lebih bermakna sebagai pengukur kembalian atas investasi daripada sekedar perubahan kas.

Laba adalah informasi penting dalam suatu laporan keuangan. Angka ini penting untuk perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima negara, untuk menghitung dividen yang akan dibagikan kepada pemilik dan yang akan ditahan dalam perusahaan, untuk menjadi pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan, untuk menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, untuk menjadi dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi, untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan, segmen perusahaan, divisi.

Menurut Harianto dan Sudomo dalam Aini (2006), pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:


(33)

1. Besarnya perusahaan

Perusahaan jika semakin besar maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.

2. Umur perusahaan

Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.

3. Tingkat leverage

Perusahaan yang memiliki tingkat hutang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.

4. Tingkat penjualan

Tingkat penjualan di masa yang akan datang yang meningkat membuat pertumbuhan laba semakin tinggi.

5. Perubahan laba masa lalu

Perubahan laba di masa lalu jika semakin besar, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa yang akan datang.

Ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

1. Analisis fundamental adalah analisis kinerja perusahaan berdasarkan data yang berasal dari perusahaan, baik berupa laporan keuangan, laporan tahunan maupun informasi lain mengenai seluk-beluk perusahaan (Raharjo, 2006:127). Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuhan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan.


(34)

2. Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.

Analisis yang digunakan untuk menentukan pertumbuhan laba dalam penelitian ini adalah analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Salah satu bagian dari analisis fundamental adalah analisis rasio yaitu analisis dengan menggunakan hubungan matematis antarvariabel keuangan yang satu dengan yang lain.

Pertumbuhan laba yang dimaksud dalam penelitian ini dihitung dari selisih jumlah laba tahun yang bersangkutan dengan jumlah laba tahun sebelumnya dibagi dengan jumlah laba tahun sebelummnya. Pertumbuhan laba dapat dirumuskan sebagai berikut :

Δ Yn=

Keterangan :

Δ Yn = Pertumbuhan laba tahun ke-n Yn-1 = laba tahun sebelumnya n = tahun ke-n

Laba pada perbankan terdiri dari laba operasional, laba sebelum pajak dan manfaat, serta laba bersih. Pertumbuhan laba ditentukan oleh kinerja perusahaan yang diukur dari rasio modal (CAR), rasio rentabilitas (ROA), rasio likuiditas


(35)

(LDR dan LAR), serta dapat dinilai dari efisiensi operasional (Dendawijaya, 2005:116).

2.2Penelitian Terdahulu

Aini (2006), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh CAR, LDR, ROA, dan Besaran Perusahaan terhadap Perubahan Laba Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEJ”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari rasio keuangan ( CAR, LDR, BOPO) terhadap tingkat profitabilitas selama enam tahun (1999-2004) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Hasil dari penelitian ini menyatakan, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba tetapi persentasenya sangat kecil, karena dipengaruhi lebih besar oleh variabel lain diluar penelitian. Secara parsial, variabel bebas berpengaruh secara positif terhadap tingkat profitabilitas perbankan yang terdaftar di BEI.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Hapsari (2005) dengan judul “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank terhadap Pertumbuhan Laba masa Mendatang pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di BEJ”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aspek modal yaitu CAR, aspek likuiditas yaitu LDR, ROA secara parsial dan simultan terhadap tingkat pertumbuhan laba perbankan. Hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh secara simultan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dan secara parsial juga menunjukkan adanya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Penelitian juga dilakukan oleh Sintya (2010) dengan judul “Pengaruh Aspek Capital, Asset, Earning Dan Liquidity Terhadap Pertumbuhan Laba Bank


(36)

Umum Di Indonesia”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh CAR, NPL, NIM, BO/PO, GWM, dan LDR terhadap pertumbuhan laba pada bank. Hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh secara simultan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dan secara parsial setiap variabel bebas tidak berpengaruh dengan variabel terikat.

2.3Kerangka Konseptual

Konsep adalah abstraksi atau generalisasi suatu realita atau fenomena yang membutuhkan beberapa kata untuk menjelaskannya (Sumarni,2005). Kegunaan kerangka konseptual adalah untuk mendesain hipotesis dan pengukuran untuk menguji hipotesis atau bahkan mungkin akan menciptakan konsep baru untuk menyatakan pemikiran peneliti.

Menurut Dendawijaya (2005), ada tiga rasio terpenting dalam menganalisis kinerja bank, yaitu analisis rasio solvabilitas, analisis rasio rentabilitas (profitabilitas), dan analisis rasio likuiditas. Pada penelitian ini, masing-masing analisis menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Loan to Asset Ratio (LAR). Selain itu, penelitian ini juga mempertimbangkan tingkat efisiensi operasional bank yang diukur dengan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BO/PO).

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank, seperti dana-dana dari masyarakat, pinjaman, tabungan,


(37)

deposito, dan giro (Dendawijaya, 2005: 121). CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko.

Tinggi rendahnya nilai CAR suatu bank, akan mempengaruhi kinerja dan kemampuan bank untuk melaksankan kegiatan operasionalnya. Permodalan yang kuat akan meningkatkan kepercayaan para nasabah terhadap kinerja bank. Dan hal ini akan berdampak pada pertumbuhan laba perusahaan. Semakin tinggi nilai CAR suatu bank, maka kemampuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan akan semakin baik, sehingga laba perusahaan pun akan ikut meningkat. Tetapi jika sebaliknya semakin rendah nilai CAR suatu bank, maka kemampuan kinerjanya akan sulit dipertahankan, dan laba perusahaan pun akan menurun. Hal lain yang menyebabkan CAR berpengaruh terhadap pertumbuhan laba adalah bank mampu menutupi nilai risiko yang dimiliki sehingga tidak akan mengalami kerugian.

ROA adalah rasio rentabilitas (profitabilitas) yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya 2005:118). Dengan demikian, tinggi rendahnya nilai ROA akan mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan perbankan. Semakin besar nilai ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan (laba) yang dicapai bank tersebut dan semakin posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

LDR adalah rasio likuiditas yang menyatakan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan (Riyadi 2003:146). Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah, dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera


(38)

memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio ini, mengindikasikan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan.

Di lain pihak, kondisi LDR yang tinggi dapat diartikan bahwa jika pemberian kredit kepada masyarakat semakin tinggi, maka akan mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan perbankan. Karena salah satu sumber keuntungan (laba) bank adalah berasal dari pinjaman kredit. Dengan demikian tinggi rendahnya LDR juga dapat mempengaruhi perolehan laba, LDR yang tinggi berarti jumlah kredit yang disalurkan semakin tinggi, sehingga akan menyebabkan laba meningkat. Tetapi jika sebaliknya, pinjaman kredit menurun diikuti rendahnya kemampuan untuk melunasi kewajibannya, maka pertumbuhan laba perusahaan pun akan turun (Hasibuan 2004:100).

LAR (Loan to Asset Ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank (Dendawijaya 2005:117). Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. Jika bank terus berada dalam kondisi seperti ini, maka pemanfaatan aset yang dimiliki akan kurang maksimal. Hal ini juga akan berpengaruh pada pertumbuhan laba perbankan, karena aset yang seharusnya dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan yang lain, hanya dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban bank.


(39)

Efisiensi operasional merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan produksivitas dan pelayangan bank. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi biaya dan mengutamakan kinerja bank (Koch, 2003:210). Efisiensi operasional diindikasikan oleh besarnya beban operasional perusahaan terhadap pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkannya kembali, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Dendawijaya 2005:120). BO/PO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BO/PO berarti semakin baik kinerja bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada dalam perusahaan (Riyadi 2003:140). Pertumbuhan laba bank juga dipengaruhi oleh besarnya pendapatan operasional bank dan biaya atau beban operasionalnya. Semakin tinggi pendapatan operasioanl dibanding dengan biayanya, maka pertumbuhan laba bank semakin meningkat.

Sumber : Aini (2006), Dendawijaya (2005). Sumarni (2005). Gambar 2.1

Kerangka Konseptual ROA (X

2)

LDR (X 3)

BOPO (X 5)

LAR (X 4)

Pertumbuhan laba (Y) CAR (X


(40)

2.4Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deduktif. Penelitian deduktif adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis melalui validasi teori sebagai pedoman untuk memilih, mengumpulkan dan menganalisis data. Hasil pengujian data digunakan untuk menarik kesimpulan penelitian, mendukung atau menolak hipotesis yang dikembangkan dari telaah teoritis.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan menggunakan situs

3.2.2Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Maret 2011.

3.3Batasan Operasional

Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Variabel yang diteliti antara lain Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BO/PO).


(42)

3.4Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan cara mendefinisikan atau menghitung variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun defenisi variabel dalam penelitian ini antar lain :

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau mengundang resiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2005:121). Rasio ini juga turut memperhitungkan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada neraca bank dikalikan dengan bobot resikonya. Rumus CAR sebagai berikut (Harmono, 2009:116):

CAR= x 100%

b. Return on Asset (ROA)

ROA adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset bank (Riyadi, 2004:137). Rasio ini menunjukkan keefisiensian pengelolaan aset dan mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rumus ROA sebagai berikut (Harmono, 2009:119) :

x 100% c. Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (DPK). Rasio ini akan menunjukkan tingkat kemampuan


(43)

bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Rumus LDR sebagai berikut (Riyadi, 2004:146) :

LDR= x 100%

d. Loan to Asset Ratio (LAR)

LAR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Rumus LAR sebagai berikut (Dendawijaya, 2005:117) :

LAR= x 100%

e. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasioanl (BOPO)

Beban operasional adalah semua biaya yang berhubungan dengan kegiatan usaha bank. Sedangkan, pendapatan operasional adalah semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah diterima, (Dendawijaya, 2005: 111). Rumus BOPO adalah sebagai berikut (Harmono, 2009:120) :

BOPO= x 100%

f. Pertumbuhan laba

Laba adalah perbedaan antara pendapatan (revenue) yang direalisasikan yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Pertumbuhan laba berarti terjadi kenaikan atau penurunan dari aktiva dan kewajiban yang diolah dan berpengaruh terhadap modal perusahaan. Rumus pertumbuhan laba sebagai berikut :


(44)

Δ Yn=

Keterangan :

Δ Yn = Pertumbuhan laba tahun ke-n Yn-1 = laba tahun sebelumnya n = tahun ke-n

3.5Target Populasi

Target populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006 sampai 2009 dengan kriteria :

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan selama periode penelitian 2005-2009.

3. Perusahaan perbankan yang menghasilkan laba selama periode 2005-2009. Tabel 3.1

Proses Pemilihan Target Populasi

No Karakteristik target populasi Jumlah a. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

30 b. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan

keuangan selama periode penelitian 2005-2009

(11)

C. Perusahaan perbankan yang tidak menghasilkan laba selama periode 2005-2009.

(4)

Jumlah target populasi 15

Sumber : ww.idx.co.id ( September 2010, data diolah)

Berdasarkan kriteria di atas maka target populasi yang diteliti adalah 15 perusahaan.


(45)

Tabel 3.2

Target Populasi Perusahaan Perbankan yang Diteliti

No Kode Emiten Tanggal

Berdiri

Tanggal Listing

1 BBKP Bank Bukopin Tbk 10 Jul 1970 10 Jul 2006

2 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 25 Apr 1967 01 Jun 2006

3 BBCA Bank Central Asia Tbk 10 Okt 1955 31 Mei 2000

4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 11 Jan 1901 06 Des 1989 5 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 08 Mar 1990 08 Jan 2008

6 BMRI Bank Mandiri Tbk 02 Okt 1998 14 Jul 2003

7 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk 10 Jan 1990 29 Agu 1997 8 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 11 Jan 1901 25 Nov 1996 12 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk 28 Okt 1992 30 Jun 1999 13 PNBN Pan Indonesia Bank Tbk 17 Agu 1971 29 Des 1982

14 MEGA Bank Mega Tbk Tahun 1969 13 Nov 2007

15 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 7 Sep 1973 1 Jul 1998

Sumber

3.6Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Data dikumpulkan dari berbagai data yang relevan dengan penelitian melalui buku-buku, jurnal, surat kabar, dan data-data internet.

3.7Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk menyusun penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui internet.


(46)

3.8Metode Analisis Data

3.8.1 Metode Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu metode dimana data-data dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif.

3.8.2 Metode Analisis Statistik

Metode yang digunakan adalah analisis linear berganda untuk mengetahui pengaruh variabel-variebel independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan Beban Operasional terhadap pendapatan Operasional (BOPO) terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan laba dengan rumus :

Y= a + + + + + + e

Keterangan :

Y = Pertumbuhan laba a = Konstanta

= koefisien regresi variabel = Capital Adequacy Ratio (CAR) = Return on Assets (ROA) = Loan to Deposit Ratio (LDR) = Loan to Assets Ratio (LAR)

= Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) = Term of error


(47)

Uji Asumsi Klasik

Sebelum data tersebut dianalisis, model regresi berganda di atas harus memenuhi syarat asumsi klasik yang meliputi :

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak (Umar, 2008:181). Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisa Kolmogorv-smirnov. Berdasarkan analisis ini, data berdistribusi normal jika hasil pengujian lebih besar dari nilai signifikan 5% (Situmorang dkk, 2010:95).

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Jika terjadi korelasi, terdapat masalah multikolinearitas yang harus diatasi (Umar, 2008:177). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat dari besarnya Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance dengan ketentuan sebagai berikut (Situmorang dkk, 2010:136) :

Bila VIF > 5, maka terdapat multikolinearitas Bila VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas Tolerance > 0,1, maka tidak terjadi multikolinearitas Tolerance < 0,1, maka terjadi multikolinearitas


(48)

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain (Umar, 2008:179). Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas melainkan homokedastisitas. Tetapi jika terdapat varians yang berbeda maka terjadi heteroskedastisitas. Model yang baik adalah model yang tidak terkena heteroskedastisitas. Alat uji yang digunakan adalah pendekatan grafik scatterplot. Jika titik-titik yang terlihat menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas dan model layak dipergunakan (Situmorang dkk, 2010:103).

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian (Umar, 2008:182). Model yang baik adalah model yang tidak terjadi autokorelasi. Alat penguji yang digunakan adalah The Breusch-Godfrey (BG) Test. Jika hasil pengujian menunjukkan bahsa nilai auto yang ditampilkan memiliki signifikan di atas 5%, maka model tidak terkena autokorelasi (Situmorang dkk, 2010:121).


(49)

3.8.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan pendekatan sebagai berikut: a) Uji signifikansi Simultan (uji-F)

Pengujian ini bertujuan untuk menguji signifikasi pengaruh variabel CAR, ROA, LDR, LAR, dan BOPO terhadap pertumbuhan laba secara simultan, yaitu dengan membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel pada tingkat kepercayaan 5%. Apabila Fhitung > Ftabel maka semua variabel bebas berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat. Sedangkan uji F dengan probabilitas value dapat dilihat dari besar probabilitas value dibandingkan 0,05. H1 akan diterima jika probabilitas < 0,05.

Bentuk pengujiannya sebagai berikut:

H0 : b1, b2, b3, b4, b5 =0, artinya Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BO/PO) secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H1 : b1, b2, b3, b4, b5 ≠ 0, artinya Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposite Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BO/PO) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b) Uji signifikansi Parsial (uji-t)

Uji ini untuk menguji kemaknaan koefisien regresi parsial masing-masing variabel bebas. Maksudnya pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah


(50)

semua variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung masing-masing koefisien regresi dengan nilai ttabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan. Bentuk pengujiannya sebagai berikut:

H0 : bi = 0, artinya Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BO/PO) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H1: bi ≠ 0, artinya Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BO/PO) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pada uji-t ini digunakan tingkat signifikan alpha 5%. Jika nilai sig.t >0,05, maka Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika nilai sig.t <0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran Perusahaan

4.1.1 Bank Bukopin Tbk

a. Sejarah Bank Bukopin

Bank Bukopin yang berdiri sejak tanggal 10 Juli 1970 memfokuskan diri pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi bank yang masuk ke kelompok bank menengah di Indonesia dari sisi aset. Seiring dengan terbukanya kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani kebutuhan masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan usahanya ke segmen komersial dan konsumer.Ketiga segmen ini merupakan pilar bisnis Bank Bukopin, dengan pelayanan secara konvensional maupun syariah, yang didukung oleh sistem pengelolaan dana yang optimal, kehandalan teknologi informasi, kompetensi sumber daya manusia dan praktek tata kelola perusahaan yang baik. Landasan ini memungkinkan Bank Bukopin melangkah maju dan menempatkannya sebagai suatu bank yang kredibel. Operasional Bank Bukopin kini didukung oleh lebih dari 280 kantor yang tersebar di 22 provinsi di seluruh Indonesia yang terhubung secara real time on-line. Bank Bukopin juga telah membangun jaringan micro-banking yang diberi nama “Swamitra”, yang kini berjumlah 543 outlet, sebagai wujud program kemitraan dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro.

Keseluruhan kegiatan dan program yang dilaksanakan pada akhirnya berujung pada sasaran terciptanya citra Bank Bukopin sebagai lembaga perbankan yang terpercaya dengan struktur keuangan yang kokoh, sehat dan efisien.


(52)

Keberhasilan membangun kepercayaan tersebut akan mampu membuat Bank Bukopin tetap tumbuh member hasil terbaik secara berkelanjutan.

b. Visi dan Misi Bank Bukopin

Visi : Menjadi bank yang terpercaya dalam pelayanan jasa keuangan.

Misi : Memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah, turut berperan dalam pengembangan usaha menengah, kecil, mikro dan koperasi, serta meningkatkan nilai tambah investasi pemegang saham dan kesejahteraan karyawan.

4.1.2 Bank Bumi Arta Tbk

a. Sejarah Bank Bumi Arta Tbk

Bank Bumi Arta yang semula bernama Bank Bumi Arta Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 3 Maret 1967 dengan Kantor Pusat Operasional di Jalan Tiang Bendera III No. 24, Jakarta Barat. Pada tanggal 18 September 1976, Bank Bumi Arta mendapat izin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk menggabungkan usahanya dengan Bank Duta Nusantara. Penggabungan usaha tersebut bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan, manajemen Bank, dan memperluas jaringan operasional Bank. Delapan kantor cabang Bank Duta Nusantara di Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Yogyakarta dan Magelang menjadi kantor cabang Bank Bumi Arta. Kantor cabang Yogyakarta dan Magelang kemudian dipindahkan ke Medan dan Bandar Lampung hingga saat ini.

Selanjutnya Seiring dengan Kebijaksanaan Pemerintah melalui Paket Oktober (PAKTO) 1988 di mana perbankan diberikan peluang yang lebih besar


(53)

untuk mengembangkan usahanya, dan berkat persiapan yang cukup lama dan terarah dari pengelola bank, maka pada tanggal 20 Agustus 1991 dengan persetujuan dari Bank Indonesia, Bank Bumi Arta ditingkatkan statusnya menjadi Bank Devisa. Bank Bumi Arta mulai melayani sendiri transaksi devisa di Kantor Pusat Operasional Jalan Roa Malaka Selatan sejak tanggal 2 Desember 1991 dan hingga saat ini jaringan bank koresponden internasional Bank Bumi Arta mencakup sekitar 130 bank di berbagai benua di seluruh dunia.

Pada tanggal 10 Juni 1992, Kantor Pusat Operasional Bank Bumi Arta dipindahkan dari Jalan Roa Malaka Selatan No. 12 - 14, Jakarta Barat ke Jalan Wahid Hasyim No. 234, Jakarta Pusat. Untuk memudahkan pengenalan masyarakat terhadap bank ini, maka pada tanggal 14 September 1992 dengan izin dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia nama Bank Bumi Arta Indonesia diganti menjadi Bank Bumi Arta.

Untuk memperkuat struktur permodalan, operasional Bank, dan pengelolaan bank yang lebih profesional dan transparan, berprinsip pada Good Corporate Gorvanence dan Risk Management, maka pada tanggal 1 Juni 2006 Bank Bumi Arta melaksanakan Penawaran Umum Perdana (IPO/Initial Public Offering) dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta sebanyak 210.000.000 saham atau sebesar 9,10% dari saham yang ditempatkan, sehingga sejak saat itu Bank Bumi Arta menjadi Perseroan Terbuka.

b. Visi dan Misi Bank Bumi Arta Tbk

Visi : Menjadi Bank terpercaya yang berlandaskan prinsip kehati-hatian dalam memberikan pelayanan paripurna kepada nasabah. Terpercaya, yaitu nasabah secara pribadi maupun sebagai perusahaan merasa aman dan puas dalam


(54)

mempercayakan pelayanan jasa keuangannya kepada perseroan. Prinsip kehati-hatian, yaitu perseroan dalam melaksanakan kegiatan operasinya selalu berlandaskan pada prinsip kehati-hatian agar Perseroan selalu dalam keadaan sehat. Pelayanan paripurna perseroan selalu mengutamakan kepuasan nasabah dengan berusaha untuk meningkatkan, mengembangkan, dan menambah produk dan fasilitas layanan agar dapat memberikan pelayanan lengkap dan menyeluruh kepada para nasabah.

Misi :

a) Memperoleh laba melalui usaha perbankan dan jasa keuangan lainnya dengan mengelola secara optimal berbagai sumber daya yang dimiliki serta dukungan teknologi informasi yang memadai dalam batas-batas risiko yang dapat diterima.

b) Melaksanakan operasi bank secara professional dan transparan dengan berprinsip pada Good Corporate Governance dan Risk Management. c) Memfungsikan organisasi secara profesional melalui pelatihan sumber

daya manusia untuk dapat turut serta dalam kejadian bisnis yang bertaraf nasional maupun international secara efektif.

4.1.3 Bank Central Asia Tbk

a. Sejarah Bank Central Asia (BCA)

BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adala 1997. Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem


(55)

perbankan di Indonesia. Namun, secara khusus, kondisi ini mempengaruhi aliran dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi panik lalu beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya, bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia.

Berkat kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang arif, BCA berhasil pulih kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember 1998, dana pihak ke tiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset BCA mencapai Rp 67.93 triliun, padahal di bulan Desember 1997 hanya Rp 53.36 triliun. Kepercayaan masyarakat pada BCA telah sepenuhnya pulih, dan BCA diserahkan oleh BPPN k

Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham kedua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA.

Dalam tahun 2002, BPPN melepas 51% dari sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat yang strategis. Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius, memenangkan tender tersebut. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi finansial.


(56)

b. Keunggulan Bank Central Asia

a) Tim manajemen yang sangat profesional yang selalu mengikuti kebijakan dan regulasi perbankan nasional dan internasional

b) Sumber daya manusia (SDM) yang terlatih baik dan berorientasi pada pelayanan bagi nasabah

c) Rangkaian produk dan jasa yang inovatif dan memenuhi kebutuhan yang aktual

d) Pemanfaatan teknologi paling mutakhir secara tepat.

e) Upaya yang terus-menerus dalam mempertahankan tingkat pengamanan perbankan yang paling tinggi.

f) Jaringan yang luas dari kantor cabang dan kantor cabang pembantu di seluruh Indonesia.

g) Pilihan saluran penghantaran (delivery channel) yang luas untuk mencapai tingkat kenyamanan pelanggan yang maksimum.

h) Per 31 Maret 2010 telah memiliki sekitar 6.710 ATM tunai maupun non-tunai serta ATM Setoran Tunai yang disediakan di berbagai lokasi strategis di seluruh Indonesia.

4.1.4 Bank Danamon Indonesia Tbk

a. Sejarah Bank Danamon Indonesia

Danamon didirikan pada tahun 1956 sebagai Bank Kopra Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut kemudian diubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia. Di tahun 1988, Danamon menjadi bank devisa dan setahun kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta.


(57)

Sebagai akibat dari krisis keuangan Asia di tahun 1998, pengelolaan Danamon dialihkan di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai BTO (Bank Taken Over). Di tahun 1999, Pemerintah Indonesia melalui BPPN, melakukan rekapitalisasi sebesar Rp32,2 triliun dalam bentuk obligasi pemerintah. Sebagai bagian dari program restrukturisasi, di tahun yang sama PT Bank PDFCI, sebuah BTO yang lain, dilebur menjadi bagian dari Danamon. Kemudian di tahun 2000, delapan BTO lainnya (Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank International dan PT Bank Risjad Salim Internasional) dilebur ke dalam Danamon. Sebagai bagian dari paket merger tersebut, Danamon menerima program rekapitalisasinya yang kedua dari Pemerintah melalui injeksi modal sebesar Rp28,9 triliun. Sebagai surviving entity, Danamon bangkit menjadi salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.

Selanjutnya, Danamon terus melakukan upaya restrukturisasi yang mencakup aspek manajemen, karyawan, organisasi, sistem, dan identitas perusahaan. Upaya tersebut berhasil meletakkan landasan dan insfrastruktur yang baru guna mendukung pertumbuhan berdasarkan prinsip transparansi, tanggung jawab, integritas dan profesionalisme.

Saat ini, Danamon merupakan salah satu institusi finansial yang terbesar di Indonesia. Didukung oleh lebih dari 50 tahun pengalaman, Danamon terus berupaya menjadi bank yang “Bisa mewujudkan setiap keinginan nasabah” sesuai dengan brand promise-nya. Per Desember 2009 Danamon merupakan bank keenam terbesar di Indonesia dalam hal jumlah aset, keempat terbesar dalam


(58)

jumlah kapitalisasi pasar serta memiliki jaringan cabang kedua terbesar, yaitu hampir 1.900 kantor cabang dan pusat pelayanan.

b. Visi dan Misi Bank Danamon Indonesia

Visi : Danamon peduli dan membantu jutaan orang mencapai kesejahteraan

Misi : Danamon bertekad untuk menjadi “Lembaga Keuangan Terkemuka” di Indonesia yang keberadaannya diperhitungkan. Suatu organisasi yang terpusat pada nasabah, yang melayani semua segmen dengan menawarkan nilai yang unik untuk masing-masing segmen, berdasarkan keunggulan penjualan dan pelayanan, dan di dukung oleh teknologi kelas dunia. Aspirasi Danamon adalah menjadi perusahaan pilihan untuk berkarya dan yang dihormati oleh nasabah, karyawan, pemegang saham, regulator dan komunitas dimana pun berada.

4.1.5 Bank Ekonomi Raharja Tbk

Bank ini didirikan pada tanggal 8 Maret 1990, Bank Ekonomi dinyatakan oleh Bank Indonesia sebagai bank yang sehat selama 24 bulan berturut-turut sejak pembukaan dan tetap bertahan hingga saat ini. Karena hasil evaluasi yang baik, maka pada tahun 1992, Bank Ekonomi berhasil mengakreditasi status menjadi Bank Devisa sehingga bentuk pelayanan kepada masyarakat semakin dapat diperluas dan dikembangkan.

Pada usia yang ke-19, Bank Ekonomi telah memiliki jaringan kantor cabang dan cabang pembantu sebanyak 92 kantor yang tersebar di 27 kota, seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang, Solo, Kudus,


(59)

Yogyakarta, Surabaya, Sidoarjo, Malang, Medan, Rantau Prapat, Batam, Palembang, Pekanbaru, Pangkal Pinang, Bandar Lampung, Makassar, Manado, Banjarmasin, Balikpapan, Pontianak, Samarinda, dan Denpasar.

Saat ini Bank Ekonomi telah berhasil meningkatkan pelayanan dengan Online System ke seluruh cabang/capem dan penyediaan fasilitas ATM yang tersebar di seluruh lokasi strategis. Bank Ekonomi juga bekerja sama dengan jaringan ATM ALTO dan jaringan ATM PRIMA serta Debit PRIMA. Bank Ekonomi juga menyediakan fasilitas phone banking dan internet banking. Yang semuanya itu ditujukan untuk kepuasan nasabah Bank Ekonomi.

Bank Ekonomi terus mendukung nasabahnya dengan penambahan jaringan cabang yang sekarang ini terdapat di 27 kota termasuk pembukaan cabang-cabang yang terakhir di Manado, Pangkal Pinang, dan Kudus menjadikan total jumlah cabang menjadi 92 kantor cabang.

Jajaran Manajemen Bank Ekonomi terus berusaha untuk meningkatkan sinergi perusahaan dan tetap melakukan inovasi-inovasi dan terobosan dalam mempertahankan posisi Bank Ekonomi sebagai bank swasta nasional yang solid, dan aman. Pada tanggal 22 Mei 2009, HSBC Asia Pacific Holdings (UK) Limited telah berhasil menyelesaikan akuisisi 88.89% dari kepemilikan Bank Ekonomi. Pada hari ini, Bank Ekonomi sudah resmi menjadi anggota dari Grup HSBC, yang memiliki lebih dari 9500 kantor di 86 negara dan teritori dengan aset US$2.527 miliar (tertanggal 31 Desember 2008), yang sekarang ini merupakan salah satu institusi perbankan dan layanan keuangan internasional terbesar di dunia.


(60)

4.1.6 Bank Mandiri Tbk a. Sejarah Bank Mandiri

Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.

Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh setelah merger. Pada saat itu, perusahaan menutup 194 kantor cabang yang saling berdekatan dan mengurangi jumlah karyawan, dari jumlah gabungan 26.600 menjadi 17.620. Brand Bank Mandiri diimplementasikan secara sekaligus ke semua jaringan dan pada seluruh kegiatan periklanan dan promosi lainnya.

Salah satu keberhasilan bank mandiri adalah keberhasilan dalam menyelesaikan implementasi sistem teknologi baru. Sebelumnya kami mewarisi 9 core banking system yang berbeda dari keempat bank. Setelah melakukan investasi awal untuk segera mengkonsolidasikan kedalam sistem yang terbaik, perusahaan melaksanakan sebuah program tiga tahun, dengan nilai US$200 juta, untuk mengganti core banking system menjadi satu sistem yang mempunyai kemampuan untuk mendukung kegiatan consumer banking yang sangat agresif. Saat ini, infrastruktur IT Bank Mandiri memberikan layanan straight-through processing dan interface tunggal pada seluruh nasabah.

b. Visi dan Misi

Visi : Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif.


(61)

Misi :

a) Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar b) Mengembangkan sumber daya manusia professional c) Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder d) Melaksanakan manajemen terbuka

e) Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan

4.1.7 Bank Mayapada Internasional Tbk

a. Visi dan Misi

Visi : Menjadi salah satu bank swasta terkemuka di Indonesia dalam nilai aset, profitabilitas, dan tingkat kesehatan.

Misi : Mempertahankan operasional bank yang sehat dan memberikan nilai tambah maksimum kepada nasabah, karyawan, pemegang saham, pemerintah dan semua stakeholder lainnya.

b. Produk dan Layanan

Produk bank mayapada internasional terdiri dari:

a) Simpanan berupa my saving, my giro, my depo, my dollar, my certificate,my savig super benefit.

b) Pinjaman berupa my auto, my home, my loan my dana cepat,my dana mapan.

c) Investasi dan bancassurance berupa my investa dan my family saving. Layanan bank mayapada internasional tediri dari my safebox, my card, my exim, my payroll, my tax.


(62)

4.1.8 Bank Negara Indonesia Tbk a. Sejarah Bank Negara Indonesia

BNI berdiri pada tahun 1946 dan merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.

Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.

Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional.

Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal


(1)

(2)

(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 48

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.44398055

Most Extreme Differences Absolute .087

Positive .066

Negative -.087

Kolmogorov-Smirnov Z .602

Asymp. Sig. (2-tailed) .862

a. Test distribution is Normal.

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 29.599 5 5.920 2.537 .043a

Residual 97.999 42 2.333

Total 127.597 47

a. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnCAR, LnLAR, LnROA, LnLDR b. Dependent Variable: LnPertumbuhan


(4)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 35.984 18.346 1.961 .056

LnCAR -1.053 .832 -.184 -1.267 .212

LnROA -.862 .712 -.310 -1.209 .233

LnLDR 2.858 1.733 .497 1.649 .107

LnLAR -6.504 2.245 -.873 -2.897 .006

LnBOPO -3.558 4.083 -.221 -.872 .388

a. Dependent Variable: LnPertumbuhan Laba Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 35.984 18.346 1.961 .056

LnCAR -1.053 .832 -.184 -1.267 .212 .865 1.156

LnROA -.862 .712 -.310 -1.209 .233 .279 3.584

LnLDR 2.858 1.733 .497 1.649 .107 .202 4.961

LnLAR -6.504 2.245 -.873 -2.897 .006 .201 4.966

LnBOPO -3.558 4.083 -.221 -.872 .388 .285 3.504

a. Dependent Variable: LnPertumbuhan Laba


(5)

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimen

sion Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant) LnCAR LnROA LnLDR LnLAR LnBOPO

1 1 5.077 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00

2 .910 2.362 .00 .00 .28 .00 .00 .00

3 .010 22.075 .00 .57 .04 .02 .01 .00

4 .002 48.319 .02 .42 .00 .12 .02 .02

5 .000 111.719 .00 .01 .01 .85 .96 .01

6 7.515E-5 259.915 .98 .00 .68 .02 .02 .97

a. Dependent Variable: LnPertumbuhan laba

Coefficient Correlationsa

Model LnBOPO LnCAR LnLAR LnROA LnLDR

1 Correlations LnBOPO 1.000 -.107 .032 .819 -.092

LnCAR -.107 1.000 .123 -.154 .025

LnLAR .032 .123 1.000 .059 -.864

LnROA .819 -.154 .059 1.000 -.012

LnLDR -.092 .025 -.864 -.012 1.000

Covariances LnBOPO 16.668 -.364 .296 2.383 -.650

LnCAR -.364 .692 .229 -.091 .036

LnLAR .296 .229 5.041 .095 -3.364

LnROA 2.383 -.091 .095 .508 -.014

LnLDR -.650 .036 -3.364 -.014 3.005


(6)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 1.4641 4.9816 3.2993 .79357 48

Std. Predicted Value -2.313 2.120 .000 1.000 48

Standard Error of Predicted

Value .292 .928 .519 .151 48

Adjusted Predicted Value 1.1867 5.1041 3.2856 .82237 48

Residual -4.16067 3.25034 .00000 1.44398 48

Std. Residual -2.724 2.128 .000 .945 48

Stud. Residual -2.852 2.189 .004 1.003 48

Deleted Residual -4.56202 3.43923 .01373 1.62919 48

Stud. Deleted Residual -3.138 2.298 -.002 1.036 48

Mahal. Distance .733 16.368 4.896 3.562 48

Cook's Distance .000 .131 .021 .031 48

Centered Leverage Value .016 .348 .104 .076 48

a. Dependent Variable: LnPertumbuhan Laba


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 49 84

Pengaruh Analisis Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

21 219 70

Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 45 84

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL, MANAJEMEN ASET, EFISIENSI OPERASIONAL, UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN ASET TERHADAP KINERJA BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 10 30

PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP PERTUMBUHAN LABAPADA PERUSAHAAN SEKTOR PERBANKAN YANG TERDAFTAR Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

1 1 15

PENDAHULUAN Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

1 1 7

Analisis Pengaruh Rasio Camels terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

Skripsi PENGARUH EFISIENSI MANAJEMEN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 67

Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11