Teori yang Digunakan TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Teori yang Digunakan

Untuk mengumpulkan data yang akurat dan memiliki landasan yang kuat maka dipandang perlu menggunakan teori yang nantinya akan digunakan dalam meneliti di lapangan. Yang menjadi masalah sekarang ialah bagaimana kita menganalisis sebuah ujaran yang berupa fase atau kalimat yang mempunyai makna metafora. Beecman dan Callow menjelaskan bahwa metafora itu terdiri atas : a. Topik benda atau hal yang dibicarakan. b. Citra bagai metaforis dari majas tersebut yang digunakan untuk mendeskripsikan topik dalam rangka perbandingan. c. Titik kemiripan bagian yang memperlihatkan persamaan antar topik dan citra. Neomark dalam Parera 2004:133 mengusulkan beberapa konsep di bawah ini untuk menganalisis metafora. 1. Objek Objek adalah butir makna yang dilukiskan dengan metafora. Callaw dan Beakman menyebutnya dengan topik. Topik adalah apa yang dibicarakan dalam fase dan kalimat. Objek tampak dalam struktur luar dan dapat pula tidak tampak. Ini berarti dalam analisis makna metafora diperlukan struktur dalam. Universitas Sumatera Utara 2. Citra Dalam bahasa Inggris citra dipandang sebagi image dan oleh Ricards dipadankan dengan vehicle. Citra adalah kejadian, proses, hal yang hendak dipakai sebagi bandingan. Citra merupakan keterangan kepada objek atau topik. Dikatakan pula bahwa citra dapat menjadi topik kedua. 3. Sense titik kemiripan Antar objek dan citra terdapat aspek-aspek khusus yang mempunyai kemiripan. Titik kemiripan itulah yang menjadi komentar topik objek. Dari tiga pilihan teori analisis yang dikemukakan oleh Neomark maka penulis memakai teori citra, sebab penulis mengaggap menganalisis metafora dengan teori citra adalah cara yang paling mudah dipahami untuk pemecahan masalah yang mana telah tertulis pada bab II yaitu tujuan penelitian yang mana bertujuan untuk menganalisa makna apa yang terkandung pada peribahasa Melayu Batubara untuk mengetahui makna apa yang terkandung dalam peribahasa Melayu Batubara maka teori citra merupakan teori yang cocok untuk menganalisis masalah ini. Parera 2004:199 menyatakan berdasarkan pilihan citra metafora dapat di bedakan atas empat kelompok yaitu : 1. Metafora bercitrakan antromorfik. Metafora bercitrakan antromorfik merupakan suatu gejala semesta. Para pemakai bahasa ingin membandingkan kemiripan pengalaman dengan apa yang terdapat pada dirinya atau tubuh mereka sendiri. Metafora antromorfik Universitas Sumatera Utara dalam banyak bahasa dapat dicontohkan dengan mulut botol, jantung kota, bahu jalan dan lain-lain. 2. Metafora bercitrakan hewan. Metafora bercitrakan hewan, biasanya digunakan pemakai bahasa untuk menggambarkan suatu kondisi atau kenyataan di alam sesuai pengalaman pemakai bahasa. Metafora dengan unsur binatang cenderung dikenakan pada tanaman, misalnya lidah buaya, kuping gajah. Metafora dengan unsur hewan juga di kenakan pada manusia dengan citra humor, ironi, penyoratif, atau citra konotasi yang luar biasa, misalnya fabel politik oleh Profesor Priono dengan judul Fabel MMM Misi Mencari Manfaat dalam fabel MMM terdapat nama-nama seperti Mr. Badak bin badak, profesor ada dalhak binuntu sahibul zahwi bukan profesor unta, doktor harimau bin keledai, dan terdapat pula Majelis Pemerintah Rimba MPR dan lain lain. Dalam metafora bercitra hewan diungkapkan oleh Parera 2004:120 bahwa manusia disamakan dengan sejumlah binatang misalnya dengan anjing, babi, kerbau, singa, buaya, burung, dan lain-lain sehingga dalam bahasa Indonesia kita mengenal peribahasa seperti kerbau dicocok hidungnya, ungkapan buaya darat dan ungkapan makian anjing lu dan seterus nya. Universitas Sumatera Utara 3. Metafora bercitrakan abstarak ke konkrit. Metafora bercitrakan abstrak ke konkrit adalah mengalihkan ungkapan- ungkapan yang abstrak ke ungkapan yang lebih konkrit. Sering kali pengalihan ungkapan itu masih bersifat tarnsparan tetapi dalam beberapa kasus penelusuran leksikal perlu dipertimbangkan untuk memenuhi metafora tertentu. Contohnya secepat kilat, suatau kecepatan yang luar biasa, moncong senjata, ujung senjata dan lain lain. 4. Metafora bercitrakan sinestesia. Metafora bercitrakan sinestesia merupakan salah satu tipe metafora berdasarkan penglihatan indra, pengalihan dari satu indra ke indra lain, dalam ungkapan sehari-hari orang sering mendengar ungkapan enak didengar untuk musik walau pun kata enak selalu dikatakan dengan indra rasa, sedap dipandang mata merupakan pengalihan dari indra rasa keindra lihat. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN