BAB IV PEMBAHASAN
4.1 METAFORA DALAM PERIBAHASA BAHASA MELAYU DIALEK BATUBARA
Metafora dalam peribahasa Melayu dialek Batubara jika dianalisa melalui salah satu teorinya Neomark yaitu teori citra dalam bentuk peribahasa yang
penulis fokus kan pada ungkapan, pepatah, perumpamaan. maka uraiannya adalah sebagai berikut.
4.1.1 Metafora Bercitrakan Antromorfik
Metafora bercitrakan antromorfik adalah suatu peribahasa yang menggunakan apa yang terdapat pada diri manusia atau tubuh manusia sebagai
pencitraan keadaan yang terjadi pada tatanan sosial bermasyarakat, berikut penulis akan menguraikan contoh metafora yang mencitrakan antromorfik sebagai
pencitraan pada peribahasa bahasa Melayu dialek Batubara.
4.1.1.1 Metafora Bercitrakan Antromorfik Pada Ungkapan
Metafora Bercitrakan Antromorfik Pada Ungkapan
No Dialek
Batubara Bahasa Indonesia
Makna
Universitas Sumatera Utara
1 Ondah hati
Rendah hati Tidak angkuh
2 Koas kapalo
Keras kepala Tidak bisa
dinasehati 3
Katokuk lutut Bertekuk lutut
Duduk bersilah
4 Muko kusut
Muka wajah, paras kusut
Sedang susah ditimpa
masalah 5
Gigit jai Gigit jari
Tidak mendapat
hasil dari pekerjaan
6 Ae mato banyak
Air mata banyak Mudah
menangis penangis
7 Podeh ati
Pedih hati Perasaan yang
sedih
1. Ondah hati ‘Rendah hati’
Konsep metafora bercitrakan antromorfik yang memakai kata Ondah
Universitas Sumatera Utara
‘Rendah’ secara leksikal memiliki arti sebagai kata keterangan yang menerangkan posisi yaitu di bawah dan disandingkan dengan kata Hati ‘hati’ yang secara leksikal
memiliki arti kata sebagai penamaan suatu benda maka jika diartikan secara leksikal maka ungkapan Ondah Hati memiliki arti kata hati yang di bawah, jika
diartikan secara peribahasa ungkapan Ondah hati mengandung makna metafora yaitu merupakan suatu pencitraan dari sifat yang tidak sombong atau tidak
angkuh sebab uangkapan ondah hati mencitrakan sifat manusia dalam bertingkah laku yang cendrung memancarkan sifat yang sederhana dan sifat yang tidak mau
menyombongkan diri, contoh kalimatnya ondah hati botullah budah tu, elok botul sifatnya “rendah hati betullah anak itu, baik sekali sifatnya”.
2. Koas Kapalo ‘keras kepala’
Konsep metafora bercitrakan antromorfik yang memakai kata Koas ‘keras’ secara leksikal memiliki arti kata sebagai kata sifat yang disandingkan dengan kata
Kapalo ‘kepala’ yang secara leksikal memiliki arti kata penamaan benda yaitu kepala, maka jika diartikan ungkapan koas kapalo secara leksikal memiliki arti
kepala yang keras sedangkan jika diartikan menurut peribahasa maka ungkapan koas kapalo mengandung makna metafora yang mana mengandung arti tidak bisa
dinasehati atau seseorang yang memiliki karakter yang susah untuk dirubah ungkapan koas kopalo ini mencitrakan sifat manusia yang ingin menang sendiri
dan tidak mau mendengarkan kata orang lain walau pun itu kata orang tuanya, contoh kalimatnya pekao koas kepalo budak tu, balo dapatnya “perkara keras
Universitas Sumatera Utara
kepala anak itu, bala yang dia dapat”.
3. Katokuk lutut ‘menekuk lutut’
Konsep metafora bercitrakan antromorfik yang memakai kata katokuk ‘bertekuk’ secara leksikal memiliki arti kata kerja yaitu menekukkan sesuatu yang
disandingkan dengan kata lutut ‘lutut’ secara leksikal memiliki arti kata penamaan benda yaitu lutut, maka jika diartikan ungkapan katokuk lutut secara leksikal
memiliki arti menekuk lutut sedangkan jika diartikan menurut peribahasa ungkapan katokuk lutut mengandung makna metafora yang mana mengandung arti duduk
bersilah ungkapan katokuk lutut ini mencitrakan suatu pekerjaan cara duduk dengan sopan menurut adat istiadat Melayu, contoh kalimatnya katokuk lututlah kau duduk
nya “bertekuk lututlah kau duduk nya”
4. Muko kusut ‘muka kusut’
Konsep metafora bercitrakan antromorfik yang memakai kata muko ‘muka atau wajah’ secara leksikal memiliki arti kata penamaan benda yaitu wajah atau
paras seseorang yang disandingkan dengan kata kusut ‘kusut’ secara leksikal memiliki arti kata keterangan yang menerangkan kusut atau acak acakan, maka jika
diartikan ungkapan Muko kusut secara leksikal memiliki arti muka yang kusut atau acak acakan sedangkan jika diartikan menurut peribahasa ungkapan muko kusut
mengandung makna metafora yang mana mengandung arti sedang mendapat masalah atau ditimpa musibah ungkapan muko kusut mencitrakan perawakan wajah
Universitas Sumatera Utara
seseorang yang sedang kena masalah sebab orang-orang yang kena masalah atau tertimpa musibah cendrung menunjukkan muka yang berkerut seperti kerutan
jeruk purut, contoh kalimatnya bamuko kusut budak tu sahabis manaimo apot “bermuka kusut anak itu setelah menerima rapor”.
5. Gigit jai ‘gigit jari’
Konsep metafora bercitrakan antromorfik yang memakai kata gigit ‘menggigit’ secara leksikal memiliki arti kata kerja yaitu melalukan pekerja dengan
menggunakan mulut dan gigi yang disandingkan dengan kata jai ‘jari’ secara leksikal memiliki arti kata penamaan benda yaitu jari, maka jika diartikan
ungkapan gigit jai secara leksikal memiliki arti menggigit jari sedangkan jika diartikan menurut peribahasa ungkapan gigit jai mengandung makna metafora
yang mencitrakan keadaan yang tidak mendapat penghasilan dari pekerjaan ungkapan gigit jai mencitrakan sifat yang sering dilakukan seseorang ketika
mendapat kesialan dalam hal pekerjaan, orang bekerja bertujuan untuk mendapat hasil ketika seseorang bekerja dan setelah bekerja tidak mendapatkan hasil maka
itulah yang dimaksud dengan kesialan, sehingga setelah lelah bekerja dan ternyata belum mendapatkan hasil maka yang dilakukan hanya bisa gigit jari saja, contoh
kalimatnya manggigit jai uwak nun bagitu tuun dai kapal “ menggigit jari uwak itu setelah turun dari kapal”.
6. Ae mato banyak ‘air mata banyak’
Konsep metafora bercitrakan antromorfik yang memakai kata ae mata ‘air
Universitas Sumatera Utara
mata’ secara leksikal memiliki arti kata benda yaitu air yang berasal dari mata yang disandingkan dengan kata banyak ‘banyak’ secara leksikal memiliki arti kata
keterangan sifat yaitu keterangan yang menerangkan sesuatu yang banyak, maka jika diartikan ungkapan ae mato banyak secara leksikal memiliki arti air mata
yang banyak sedangkan jika diartikan menurut peribahasa ungkapan ae mato banyak mengandung makna metafora yang mana mencitrakan orang yang mudah
menagis ungkapan ae mato banyak mencitrakan sifat orang yang dianggap cengeng sehingga karena cengengnya di namai dan di ungkapkan dengan uangkapan airmata
banyak sebab orang yang cengeng selalu mengeluarkan air mata saat menangis, contoh kalimatnya be ae mato banyak omaknya habis anaknyo maninggal “berair
mata banyak ibunya setelah anaknya meninggal”.
7. Podeh ati ‘Pedih Hati’
Konsep metafora bercitrakan antromorfik yang memakai kata Podeh ati ‘Pedih Hati’ secara leksikal memiliki arti perasaan yang sedih. Dan jika diartikan
secara peribahasa memiliki arti perasaan yang sedih. Ungkapan podeh ati mencitrakan seseorang perasaannya sedih diakibatkan sesuatu yang menyentuh
perasaannya, bisa karenakan ditimpa suatu persoalan dalam hidupnya ataupun merasa iba melihat penderitaan orang lain, contoh kalimatnya podeh hati odan
manengok nasip badan ni “pedih hati saya melihat nasip badan ini”
.
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.2 Metafora Bercitrakan Antromorfik Pada Pepatah