b. Pengorganisasian Pengelolaan stimulus atau informasi melibatkan proses kognisi, dimana
individu memahami dan memaknai stimulus yang ada. Individu yang memiliki tingkat kognisi yang baik cenderung akan memiliki persepsi yang baik
terhadap objek yang dipersepsikan. c. Interpretasi
Dalam interpretasi individu biasanya melihat konteks dari objek atau stimulus. Selain itu, interpretasi juga terjadi apa yang disebut dengan proses mengalami
lingkungan, yaitu mengecek persepsi. Apakah orang lain juga melihat sama seperti yang dilihat individu melalui konsensus validitas dan perbandingan.
B. Pendidikan Inklusi
1. Definisi pendidikan inklusi
Istilah terbaru dipergunakan untuk mendeskripsikan penyatuan bagi anak- anak berkelainan ke dalam program-program sekolah adalah inklusi, bagi
sebagian pendidik hal ini dilihat sebagai deskripsi yang positif dalam usaha-usaha menyatukan anak-anak yang memiliki hambatan dengan cara-cara yang realitas
dan komprehensif dalam kehidupan pendidikan yang menyeluruh Smith, 2006. Ainscow Booth 2002 menambahkan bahwa anak-anak yang dianggap sebagai
anak berkebutuhan sebaiknya ditempatkan di sekolah umum yang sama dengan anak normal umumnya yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sosial
bagi anak berkebutuhan khusus maupun anak normal.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Banks 2010 penekanan pada pendidikan inklusi terketak pada perubahan pendekatan belajar mengajar agar murid dengan perbedaan gender,
kultur, sosial, etnis dan bahasa bisa mendapatkan kesetaraan pendidikan dalam institusi yang ada. Banks 2010 dan Bennett 2003 menambahkan bahwa
sekolah inklusi dirancang untuk menjadi sekolah yang heterogen, dan harapannya bisa menjawab semua kebutuhan individu dalam hal pendidikan dalam konteks
sosial yang sama, tidak ada persyaratan khusus untuk bisa menjadi siswanya, dimana sekolah inklusi memang ditujukan agar anak berkebutuhan khusus bisa
masuk sekolah biasa. Meyer, Jill dkk 2005 menjelaskan bahwa pendidikan inklusi merupakan
sekolah yang mendasarkan pada asas pendidikan multikultural. Definisi tersebut dilengkapi oleh Choate 2000 bahwa sekolah inklusi merupakan sekolah yang
mengijinkan peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus untuk dapat belajar di kelas pendidikan umum. Sapon-Shevin dalam Direktori PLB, 2004
menambahkan bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah
terdekat di kelas regular bersama-sama teman seusianya. Sementara itu Staub dan Peck dalam Direktori PLB, 2004 mengemukakan
bahwa pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas regular. Hal ini menunjukkan bahwa
sekolah regular dapat menerima semua anak tanpa membedakan latar belakang kondisi. Freiberg Direktori PLB, 2004 menambahkan bahwa melalui pendidikan
inklusi, anak berkelainan atau yang disebut sebagai anak berkebutuhan khusus dan
Universitas Sumatera Utara
yang sering dikenal anak cacat dididik bersama-sama anak lainnya non ABK untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Selain itu Meyer, Jill dkk 2005 menjelaskan mengenai tujuan dari pendidikan inklusi adalah untuk mengajarkan pada siswa agar bisa
mengapresiasikan dan menghargai orang lain, bisa menyadari bahwa mereka merupakan bagian dari masyarakat luas, bisa menghargai perbedaan cara pandang,
dan bisa menerima tugas perutusan dalam masyarakat dan lingkungan sosialnya. Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa
pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang mengizinkan siswa berkebutuhan khusus untuk dapat bersekolah di sekolah regular bersama dengan anak normal
lainnya agar siswa berkebutuhan mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak lainya.
2. Konsep dalam pendidikan inklusi