34
BAB III METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Menurut Suryabrata 2003 metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan
untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Data yang akan dikumpulkan
semata-mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. Gay dalam Sevilla,
1993 menambahkan peneltian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan
pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Penelitian deskriptif menentukan dan melaporkan keadaan sekarang.
Arikunto 1998 menjelaskan pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak
perlu merumuskan
hipotesis. Penelitian
deskriptif bertujuan
untuk menggambarkan keadaan atau suatu fenomena. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat bagaimana gambaran persepsi masyarakat Kota Medan terhadap pendidikan inklusi. Penelitian ini akan memperoleh data berupa skor mean, dan
standar error. Data tersebut akan diolah untuk mendapatkan dua kategori subjek, yaitu kategori positif dan negatif.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat terhadap pendidikan inklusi.
Universitas Sumatera Utara
B. Definisi Operasional Variabel
Persepsi masyarakat terhadap pendidikan inklusi adalah pandangan atau interpretasi masyarakat terhadap pendidikan inklusi yaitu sistem pendidikan yang
mengizinkan seluruh siswa baik berkebutuhan khusus, status sosial ekonomi, ras, agama atau etnis yang berbeda untuk dapat bersekolah di sekolah regular bersama
dengan anak lainnya, agar seluruh siswa mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak lainnya. Persepsi masyarakat Kota Medan terhadap pendidikan
inklusi terlihat dari penilain terhadap lima elemen pendidikan inklusi yaitu menciptakan dan menjaga komunitas kelas
yang hangat, menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan; sekolah harus siap mengelola kelas
yang heterogen dengan menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang kooperatif; pendidikan inklusi menyiapkan dan mendorong guru untuk mengajar secara
interaktif; mendorong guru dan kelasnya secara terus menerus dan penghapusan hambatan yang berkaitan dengan isolasi profesi; serta melibatkan orangtua secara
bermakna dalam proses perencanaan. Gambaran persepsi masyarakat Kota Medan terhadap pendidikan inklusi ini
dapat diukur dengan menggunakan Skala Persepsi terhadap Pendidikan Inklusi yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori Sapon-Shevin dalam Direktorat PLB,
2007 meliputi lima elemen pendidikan inklusi dari skala ini juga dirancang dengan mempertimbangkan kedua aspek dari persepsi dalam pembuatan aitem.
Penelitian ini akan membagi subjek dalam dua kategori, yaitu positif dan negatif. Subjek yang termasuk dalam kategori positif berarti memiliki perspesi yang
Universitas Sumatera Utara
positif terhadap pendidikan inklusi. Sebaliknya, subjek yang termasuk dalam kategori negatif berarti memiliki persepsi negatif terhadap pendidikan inklusi.
Pengkategorisasian ini dihasilkan dari skor yang diperoleh setiap subjek. Jika semakin tinggi skor skala persepsi pendidikan inklusi maka semakin positif
persepsinya terhadap pendidikan inklusi. Sebaliknya, jika semakin rendah skor skala maka semakin negatif persepsinya terhadap pendidikan inklusi.
C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel