Gable frame METODE ANALISA

Ternyata garis lendutan yang terjadi setelah titik C adalah horinzontal. ini sesuai dengan kenyataan, bahwa lendutan pada kondisi plastis akan terus bertambah tanpa memerlukan perubahan beban lagi. keadaan ini menunjukkan bahwa struktur telah mencapai mekanisme runtuhnya. 3.3.2. Metode statis Metode analisis ini berdasarkan teorema batas bawah, dimana ditribusi momen di setiap penampang tidak ada yang melampaui kapasitas momen plastisnya. Besar factor beban, ditentukan dari diagram momen yang sesuai. Karenanya metode ini umum dipakai untuk menganalisis balok sederhana maupun menerus, serta struktur kerangka portal yang hanya mempunyai satu atau dua derajat ketidaktentuan . meskipun, metode ini dapat pula diterapkan pada struktur yang lebih kompleks tetapi akan kurang praktis bila dibandingkan dengan metode lainnya. Teorema batas bawah lower bound theorem menetapkan atau menghitung distribusi momen dalam struktur berdasarkan kondisi keseimbangan dan leleh.beban factor beban � yang dihasilkannya akan lebih kecil atau sama dengan harga yang sebenarnya � � . � ≤ � �

3.4. Gable frame

Untuk menganalisis gable frame perlu diperhatikan hubungan antara besarnya momen reaktan pada kaki atap dengan pada puncak atap. Struktur kerangka portal yang memiliki satu redundan dapat diselesaikan dengan cara Universitas Sumatera Utara mengeliminasikan redundan tersebut dari salah satu tumpuannya. diagram momen resultan, letak sendi plastis, ataupun mekanisme runtuhnya dapat kita tentukan dengan mudah. Penyelesaian ini akan cukup berbeda bila struktur kerangka memiliki lebih dari dua redundan. gable frame pada gambar 3.10 memiliki tiga buah redundan, untuk menganalisis struktur ini, dilakukan pemotongan pada puncaknya; sehingga akan terbentuk dua buah kantilever yang satu sama lainnya terpisah. pada titik potong tersebut akan timbul gaya –gaya dalam yang berupa momen lentur M, gaya vertikal R V dan gaya horinzontal R gambar 3.11c. momen bebas akibat gaya luar dan momen reaktan akibat gaya redundan digambar pada suatu garis lurus, gambar 3.11c dan e. Dengan menggabungkan kedua diagram tersebut diperoleh diagram momen resultan, ordinat setiap titip diagram momen resultan selisih dari ordinat momen bebas dan momen reaktan gambar 311f. gambar 3.10. pembebanan gable frame H V V L2 h 1 h 2 V L2 B C A D E F G Universitas Sumatera Utara b c d e f gambar 3.11. momen resultan Untuk menentukan besarnya M, R, Rv, dan Mp yang sesuai dengan mekanisme yang terjadi, dapat diakukan dengan metode coba –coba trial and error method, dengan memilih suatu mekanisme, kemudian persamaan keseimbangan untuk setiap titik di mana terbentuk sendi plastisnya. V2 V H V 2 V V L 2 V L 2 V L 8 V L 8 V L 2 V L 2 A B C D E F G A B C D E F G M + R h 1 + h 2 – R V L 2 M+ R h –R V L 2 M + 1 2 R h 2 – Rv 2 L 2 M + 1 2 R h 2 – Rv 2 L 2 M+ R h –R V L 2 M + R h 1 + h 2 – R V L 2 Rv R H Rv R M M A B C D E F G Universitas Sumatera Utara  Mekanisme 1 Besar momen resultan dititik B, D, F, dan G berturut –turut sama dengan -Mp, Mp, -Mp, dan Mp. Tanda positif dan negatif tergantung pada perjanjian yang dipakai terhadap garis putus –putus tambahan. Tanda positif bila mengakibatkan serat yang berdekatan dengan garis putus – putus tertarik, sedangkan tanda negatif bila tertekan. Persamaan keseimbangan untuk titik –titik tersebut adalah: di � ∶ ��� 2 � − �� + �ℎ 2 − � � � 2 � � = −� � � ∶ 0 − � = � � 3.14 � ∶ ��� 2 � − �� + �ℎ 2 + � � � 2 � � = −� � � ∶ ��� 2 � − �� + �ℎ 1 + ℎ 2 + � � � 2 � � = � � Persamaan diatas mempunyai empat buah anu yang dapat diselesaikan dengan cara eliminasi, suatu proses matematik yang pada setiap langkahnya akan menghapus satu anu; sehingga akan tersisa satu anu yang perlu dievaluasi. Sedangkan harga anu yang lain dapat diperoleh melalui metode substitusi back substitutions. diperoleh : �� = −���[ℎ1 ⁄ ℎ1 + ℎ2 ] ⁄ 4 � = +���[1 ⁄ ℎ1 + ℎ2 ] ⁄ 2 3.15 � � = 0 � = −� � Universitas Sumatera Utara Sampai sejauh ini belum diketahui apakah penyelesaian tersebut sudah benar, untuk memeriksa kebenarannya perlu beberapa mekanisme yang mungkin terjadi perlu dicoba.  Mekanisme 2 Momen resultan yang bernilai –Mp , Mp, –Mp, dan Mp berturut –turut terletak di titik A, C, F, dan G yang menghasilkan persamaan: di � ∶ ��� 2 + ��ℎ 1 − [� + �ℎ 1 + ℎ 1 − � � �] = −� � �: ��� 2 − �� + 1 2 ��ℎ 2 − � � � 2 �� = � � � ∶ ��� 2 − �� + �ℎ 2 + � � � 2 � = −� � � ∶ ��� 2 − �� + �ℎ 1 + ℎ 2 + � � � 2 � = � � 3.16 Dengan cara yang sama, kita peroleh : � � = � −3��� 4 − 3�ℎ 1 2 � � ℎ 1 5ℎ 1 +2ℎ 2 � � = � 3��� 2 + 3 ��ℎ 1 � � 1 5ℎ 1 +2ℎ 2 � � � = � 3��� 2 + 3 ��ℎ 1 � � ℎ 1 ℎ 1 +2ℎ 2 � 1 � − ��ℎ 1 � � = � ��� 2 + ��ℎ 1 2 � − 2 �� 3��� 4 + 3��ℎ 1 2 � � ℎ 1 +ℎ 2 5ℎ 1 +2ℎ 2 �� 3.17 Jika diambil H = V, h 1 = L, dan H 2 = L2, persamaan dari kedua mekanisme akan menghasilkan : - mekanisme 1: � � = − ��� 3 � ��� � = �� 3 � Universitas Sumatera Utara - mekanisme 2: � � = − 3��� 8 � ��� � = 3�� 4 � Karena harga M P dari mekanisme 2 lebih lebih besar dan momen di setiap penampangnya tidak ada yang melampaui kapasitas momen plastisnya, struktur tersebut akan runtuh menurut mekanisme ini. Jika tidak terdapat gaya horinzontal, persamaan menjadi sederhana, yang dirumuskan sebagai berikut : � � = −��� 4 � ℎ 1 ℎ 1 +ℎ 2 � = ����� ����� �������� 2 � 1 1+� � 3.18 dimana k = h 2 h 1 demikian juga, besar momen plastis untuk portal yang menahan beban merata wper panjang satuan. � � = ��� 2 16 � 1 1+� � = ����� ����� �������� 2 � 1 1+� � 3.19 a mekanisme 1 b mekanisme 2 gambar 3.12. mekanisme keruntuhan rumus ini berdasarkan asumsi bahwa sendi plastisnya terbentuk di puncak portal titik C. Karena struktur dan beban yang simetris, akan menghasilkan diagram momen yang simetris pula gambar 3.11c. Akan tetapi, karena sifat bahan di Universitas Sumatera Utara sepanjang penampang sering tidak seragam, akibatnya adalah bahwa mekanisme yang simetris tersebut belum tentu terjadi, gambar 3.12 gambar 3.12. mekanisme runtuh pada struktur tak seragam

3.5. Metode kerja virtual