commit to user 9
Injury DILI dan obat-obatan seperti parasetamol merupakan penyebab penting dari gagal ginjal akut Ramachandran and Kakar,
2009. Drug-induced liver injury disebabkan oleh dua mekanisme
utama, yaitu
hepatotoksisitas intrinsik
dan idiosinkratik.
Hepatotoksisitas intrinsik menyebabkan kerusakan hepatoselular pada mekanisme yang tergantung pada dosis baik secara langsung oleh obat
tersebut maupun melalui metabolitnya. Parasetamol termasuk dalam mekanisme hepatotoksisitas intrinsik ini. Hepatotoksisitas intrinsik
bermanifestasi dengan nekrosis hepatoselular dengan sedikit inflamasi, sementara pada hepatotoksisitas idiosinkratik lebih sering terjadi
inflamasi Ramachandran and Kakar, 2009. Nekrosis zona central zona 3 merupakan karakteristik
asetaminofen dan halotan, serta toksin seperti karbon tetraklorid Ramachandran and Kakar, 2009.
3. Parasetamol
a. Farmakodinamik Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga
juga berdasarkan efek sentral sepert salisilat Wilmana dan Gunawan, 2007.
commit to user 10
Efek antiinflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol
merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat, demikian juga
gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa Wilmana dan Gunawan, 2007.
b. Farmakokinetik Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran
cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh
cairan tubuh. Dalam plasma, 25 parasetamol terikat protein plasma. Parasetamol dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian
parasetamol 80 dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu parasetamol juga dapat
mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Obat ini
diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol 3 dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi Wilmana dan Gunawan,
2007. c. Indikasi
Khasiatnya analgetik dan antipiretik, tetapi tidak antiradang. Efek analgetisnya diperkuat oleh kodein dan kafein Tjay dan Raharja,
2002. Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti sakit
commit to user 11
kepala, mialgia, nyeri persalinan, dan keadaan lain di mana aspirin efektif sebagai analgesik. Parasetamol tidak efektif untuk mengatasi
inflamasi seperti artritis reumatoid, meskipun dapat dipakai sebagai obat tambahan analgesik dalam terapi antiinflamasi. Parasetamol lebih
disukai daripada aspirin pada pasien dengan hemofilia atau dengan riwayat ulkus peptikum dan juga pada mereka yang mengalami
bronkospasme yang dipicu akibat aspirin Katzung, 2002. d. Efek Samping
Efek samping yang sering terjadi antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah Tjay dan Raharja, 2002. Efek
merugikan paling serius akibat overdosis asetaminofen akut berupa nekrosis hati yang fatal. Nekrosis tubulus ginjal dan koma
hipoglikemik mungkin juga terjadi Hardman et al., 2008. Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15
gram 200-250 mgkg BB parasetamol Wilmana dan Gunawan, 2007. Selain itu overdosis dapat menimbulkan antara lain mual,
muntah, dan anoreksia.
4. Fisiologi Kerusakan Sel