Tabel 2.1 Perbandingan Memori Jangka Pendek Memori Jangka panjang
2.1.4 Fisiologi Memori Jangka Pendek MJP
Berdasarkan studi memori yang telah dilakukan oleh Kandel dan teman- temannya dengan menggunakan siput laut Snail Aplysia, MJP dapat dibagi
dalam 2 jenis yaitu habituasi dan sensitisasi. 1. Habituasi
Habituasi terjadi apabila terdapatnya penurunan respon refleks tingkah laku terhadap stimulus, bila stimulus tersebut diulang-
ulang. Pada kondisi normal, apabila sensori terminal di stimulus secara terus, tanpa stimulasi dari fasilitator terminal, aksi potensi yang
terbentuk disini akan menyebabkan saluran kalsium terbuka, yang kemudian mengakibatkan kalsium masuk ke dalam sel. Guyton
Hall, 2006. Masuknya kalsium ke dalam sel, akan mengaktivasi proses exocytosin neurotransmitter.
Pada mulanya, stimulasi yang dihasilkan akan meningkat, namun jika berterusan terpapar, respon yang diberikan terhadap
stimulus akan menurun dan proses ini dikenali sebagai proses habituasi. Proses habitual ini, menyebabkan saluran kalsium tidak
langsung terbuka, disaat aksi potensi tiba di pre-synaptik terminal. Pengurangan masuknya kalsium pada pre-synaptik terminal,
menyebabkan penurunan jumlah neurotransmiter yang dibebaskan. Ini kemudian menyebabkan, penurunan potential post-synaptik
berbanding normal. Penurunan ini juga, menyebabkan penurunan tindakan respon kontrol oleh post-synaptik efferant neuron. Selain,
informasi ke Memori Jangka Panjang
Mekanisma penyimpanan
memori Melibatkan perubahan
sementara fungsi synaptik yang merubah jumlah
neurotransmiter yang dibebaskan.
Melibatkan perubahan permanen fungsi dan struktur sehingga terjadinya
peningkatan pelepasan neurotransmiter.
Universitas Sumatera Utara
proses ini juga dapat menbenarkan manusia memberikan perhatian kepada stimulus lain yang lebih penting. Sherwood, 2010
Gambar 2.3 sistem memori yang telah ditemui dari siput Aplysia
2. Sensitisasi
Sensitisasi merupakan kebalikan dari proses habituasi. Sensitisasi terjadi apabila, terdapatnya peningkatan respon refleks terhadap ransangan
yang menimbulkan bahaya, sehingga tubuh dapat menghindari ransangan tersebut.
Seperti Habitual, apabila terdapatnya aksi potensi yang dihasilkan pada pre-synaptik terminal, menyebabkan saluran kalsium terbuka.
Masuknya kalsium Ca²+ ion ini, akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter. Sensitisasi juga, akan mengaktivasikan kemasukan Ca²+
ion pada fasilitator terminal. Ini kemudian, menyebabkan pelepasan seratonin dilepaskan oleh fasilitator terminal, yang kemudian juga
menyebabkan peningkatan cAMP secondary mesenger di antara pre- synaptik.
Peningkatan cAMP menyebabkan saluran kalium di pre-synaptik tertutup. Ini akan menyebabkan terjadinya, peningkatan kerja di aksi
potensi di pre-synaptik terminal, dan akhirnya akan mengakibatkan saluran kalsium terus terbuka. Terjadinya peningkatan kalsium yang
masuk ke dalam sel, akan mengakibatkan peningkatan output
Fasilitator Terminal
Sensori stimulus Sensori
terminal Motor
Neuron inhibitor
Universitas Sumatera Utara
neurotransmitter dan selanjutnya meningkatkan post-synaptik efferent neuron. Hal ini akan meningkatkan, terjadinya respon walaupun dari
stimulus yang kecil. Sherwood, 2010
Universitas Sumatera Utara
Habituasi pada Aplysia Sensitisasi pada Aplysia
Skema 2.4 Habituasi Sensitisasi pada Aplysia Sumber: Sherwood, 2010
Pengulangan stimulus yang sama
Saluran Ca2+ pada pre- synaptik neuron
dicegah dari terbuka
Kemasukan Ca2+
Output neurotransmitter pada
pre-synaptik
Post-synaptik potential pada efferent
neuron
Respon perilaku Stimulus yang kuat
berbahaya
Seratonin dilepaskan dari fasilitasi interneuron
Cylic AMP pada pre- synaptik neuron
Saluran K+ pada pre- synaptic neuron diblokir
Peningkatan aksi potensi pada pre-synaptik neuron
Saluran Ca2+ pada pre- synaptik neuron tetap
terbuka
Kemasukan Ca2+
Output neurotransmitter pada pre-synaptik neuron
Post-synaptik potensi pada efferent neuron
respon perilaku pada stimulus yang kecil
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Memori Jangka Panjang MJP Modifikasi struktur dan fungsi pada pre-synaptik menyebabkan sistem ini
menjadi lebih sensitif untuk melepaskan lebih banyak rangsangan potensi post- synaptik excitatory postsynaptic potential. Perubahan sktruktur ini melibatkan,
peningkatan tapak vesikel untuk pelepasan neurotransmitter, peningkatan jumlah vesikel transmiter yang dibebaskan, peningkatan jumlah pre-synaptik terminal,
dan perubahan struktur dendrite yang menyebabkan pelepasan signal yang lebih kuat. Semua perubahan ini mendukung dalam pembentukan jejak memori jangka
panjang. Guyton Hall, 2006 Proses penukaran informasi dari memori jangka
pendek ke memori jangka panjang terjadi pada hipocampus. Sherwood, 2010 Proses ini dimulai apabila pre-synaptik terminal melepaskan glutamate
sebagai respon terhadap aksi potensi yang terbentuk. Glutamate ini, kemudian berikatan pada dua jenis reseptor pada post-synaptik yaitu AMPA reseptor dan
NMDA receptor. AMPA reseptor adalah saluran reseptor yang dimidiasi oleh zat kimia, yaitu glutamate. AMPA akan terbuka apabila berikatan dengan glutame,
pembukaan reseptor ini membenarkan masuknya natrium Na
+
ion kedalam sel. Seterusnya, menyebabkan pembetukan rangsangan potensi post-synaptik
excitatory postsynaptic potential;EPSP Sherwood, 2010 Sementara, NMDA reseptor adalah saluran reseptor yang membenarkan
masuknya kalsium Ca2
+
ion apabila terbuka. Pada keadaan istirahat, magnesium Mg2
+
ion bertindak sebagai blokir kepada reseptor ini. Dua peristiwa yang berlaku secara bersamaan, diperlukan dalam usaha membuka NMDA reseptor
yaitu pembebasan glutamate dari pre-synaptik terminal dan depolarisasi post- synaptik oleh AMPA reseptor. NMDA yang berikatan dengan glutamate, akan
menyebabkan reseptor ini terbuka, namun, proses ini saja tidak cukup untuk membenarkan masuknya Ca2
+
ion. Pembukaan reseptor ini juga, memerlukan depolarisasi dari post-synaptik neuron lain yaitu EPSP yang dibentuk dari AMPA
reseptor. EPSP akan menyebabkan pengeluaran Mg
+
ion dari reseptor NMPA. Proses pengeluaran Mg+ ion boleh berlaku dengan dua cara, yaitu melalui
masuknya input terus menerus dari eksitasi pre-synaptik, yang akan menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
pembentukan sementara EPSP atau dari proses depolarisasi dari post-synaptik seperti yang telah diterangkan sebelumnya. Sherwood, 2010
Apabila reseptor NMDA terbuka, hasil dari pembukaan bersama reseptor dan diikuti dengan pengeluaran Mg+ ion, menyebabkan Ca2
+
ion masuk ke dalam post-synaptik sel. Masuknya ini, mengaktivasi Ca2
+
secondary masenger pada neuron ini. Pembentukan Ca2
+
secondary masenger, meningkatkan sensitisasi reseptor AMPA terhadap glutamate, dalam usaha menghasilkan lebih banyak
EPSP. Peningkatan sensitisasi post-synaptik terhadap glutamate, membantu dalam mempertahankan memori jangka panjang seseorang. Selain itu, aktivasi dari Ca2+
secondary masenger ini juga, menyebabkan pembentukan parakrine retrograde yaitu nitrik oxide NO yang kemudianya, masuk ke pre-synaptik neuron. Proses
ini, menyebabkan peningkatan pelepasan glutamate dari pre-synaptik neuron dan seterusnya menguatkan proses signal pada synape ini. Selain, juga berperan dalam
mempertahankan memori jangka panjang. Sherwood, 2010 Modifikasi yang berlaku pada saat pembentukan memori jangka panjang
bertahan lama. Hal ini, menyebabkan informasi diberikan dengan lebih efisien apabila di aktivasi pada masa bersamaan. Sebagai contoh, apabila kita merasa dan
menghirup bau makanan yang sedang kita makan, mulut secara automatik akan menghasilkan air liur yang berlebihan. Bau aroma dan rasa tersebut akan
menstimulasi air liur. Melalui pengalaman, neuron pada jalur ini mampu menghasilkan air liur hanya dengan menghirup bau yang sedap tersebut.
Sherwood, 2010
Universitas Sumatera Utara
Skema 2.5 kebarangkalian pathway untuk memori jangka panjang Sumber: Sherwood, 2010
Universitas Sumatera Utara
2.2 Warna 2.2.1 Definisi Warna
Menurut kamus Dorland edisi ke dua puluh lima, warna adalah sifat permukaan atau substansi akibat absorbs berkas cahaya tertentu dan pemantulan
berkas cahaya lainnya, yang berada dalam kisaran panjang gelombang 370 - 760 µm yang mampu untuk meransang reseptor retina.
Pada tahun 1666, Isaac Newton telah menemukan apabila cahaya putih melewati suatu prisma, cahaya tersebut akan dipecahkan menjadi berbagai warna.
Setiap warna ini, mempunyai gelombang yang tersendiri, yang kemudian tidak dapat dikecilkan lagi.Warna biasanya digambarkan dengan menggunakan jangka
roda dengan segmen warna yang disusun dalam bulatan, sesuai kedudukannya sekiranya dihasilkan oleh prisma yaitu merah, oren, kuning, hijau, biru dan ungu.
Daggett, W.R., Cobble, J.E.,Gertel, S.J., 2008
2.2.2 Fisiologi Warna
Berdasarkan teori gelombang elektromagnatik dibawah merah gelombang radio, gelombang infra merah dan diatas ungu ultraviolet, X-Ray, sinaran
gamma mempunyai dampak fisiologis pada manusia, maka disimpulkan, gelombang elektromagnetik spektum yang bisa dilihat oleh manusia juga mampu
memberi dampak pada manusia. Daggett, W.R., Cobble, J.E.,Gertel, S.J., 2008 Penglihatan manusia bergantung kepada stimulasi dari foto reseptor oleh
cahaya. Pada manusia, terdapat empat jenis foto pigmen, terdiri dari satu sel batang dan tiga sel kerucut, yaitu masing-masing terdiri dari sel kerucut biru,
merah dan hijau. Setiap foto pigmen mempunyai opsin tersendiri atau protein transmembran yang sensitif terhadap cahaya. Setiap foto pigmen ini mempunyai
kemampuan dalam mengabsorb cahaya dengan panjang gelombong tertentu, semaksimal mungkin. Selain itu, foto pigment ini juga, mempunyai kemampuan
mengabsorb cahaya dengan panjang gelombang yang pendek atau lebih panjang
Universitas Sumatera Utara