thalamus. Sinyal ini kemudian akan dihantar melalui jalur geniculocalcarine ke primary visual kortek pada area calcarine fisurea yang terletak pada bagian media
dari occipital lobe. Primari visual kortek juga membantu dalam membedakan tipe warna, dan selanjutnya menghasilkan persepsi terhadap warna. Selain, akhirnya
sinyal akan dihantar ke secondary visual area pada kortek. Informasi yang diperolehi, kemudiaannya akan secara secara progresif diterjemah dan di analisa.
Guyton Hall, 2006
2.2.2.2 Warna dan Emosi
Selain itu, warna juga dapat membangkitkan emosi dengan berbagai cara seperti, merangsang hormon melatonin dan seratonin. Melatonin merupakan
hormon yang dilepaskan oleh badan pineal dan hormon ini mampu menyebabkan murung. Hormon ini dihasilkan dengan banyak pada waktu malam dan dapat
berhubungan langsung dengan cahaya, reproduktif system dan antioksidan. Daggett, W.R., Cobble, J.E.,Gertel, S.J., 2008; sherwood 2010
Seratonin yang juga dihasilkan oleh badan pineal dan merupakan stimulan yang dihasilkan paling banyak pada waktu siang, Penelitian menjumpai sebagian
dari otak manusia tidak sensitif terhadap cahaya, akan tetapi memberikan respon berbeda-beda pada setiap panjang gelombang warna. Dipercaya setiap warna
berinteraksi secara asing dengan sistem endocrine, untuk meningkatkan atau mengurangkan produksi hormon-hormon ini. Daggett, W.R., Cobble, J.E.,Gertel,
S.J., 2008; Guyton Hall, 2006 Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam usaha melihat
hubungan warna dan emosi. Kaya Epps 2004 telah menggunakan sepuluh jenis saturasi warna dari sistem warna munsel. Pada penelitian ini, setiap peserta
diminta memberi respons emosional yang sesuai dengan warna dipaparkan pada skrin komputer. Hasil penelitian, ditemukan kira-kira dua puluh dua emosi yang
berhubungan dengan warna diberikan. Sebagai contoh, kebanyakan peserta merasa senang, gembira, dan tenang apabila warna hijau dipaparkan dan marah,
teruja, bertenaga dan sedih apabila dikaitkan dengan warna merah. Selain, merah
Universitas Sumatera Utara
juga mampu menimbulkan perasaan cinta dan asmara. Warna kelabu pula, mampu menimbulkan perasaan sedih, murung, keseorangan dan ketakutan.
Penelitian seperti diatas juga turut dilakukan oleh Strapparava Ozbal 2010 yaitu setiap peserta diminta memberi respon emosi terhadap paparan warna
yang diberikan. Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa setiap warna mampu menimbulkan emosi yang tersendiri, yang berbeda dengan warna yang
lainnya. Lee, Andrade Palmer 2009 dalam usaha melihat peran emosi terhadap
pemilihan warna seseorang, peserta dibagikan kepada tiga kelompok, yaitu pada kelompok pertama peserta akan dipaparkan dengan video hitam dan putih yang
bersifat natural. Seterusnya, peserta pada kelompok dua akan dipaparkan dengan video bersifat senang, dan perserta pada kelompok tiga akan dipaparkan dengan
video yang bersifat sedih. Hasil penelitian mendapati, peserta yang berada didalam kondisi senang akan lebih terdorong untuk memilih warna senang, yaitu
warna-warna yang lebih jenuh dan terang berbanding warna sedih yaitu warna- warna yang lebih gelap dan pucat. Keadaan yang sebaliknya juga berlaku apabila
peserta berada dalam kondisi sedih. Peserta akan lebih terdorong untuk memilih warna sedih berbanding warna senang.
2.2.3 Warna dan Memori