1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan media komunikasi baik secara formal maupun informal. Dalam era globalisasi saat ini, menguasai bahasa asing sangat penting.
Dengan menguasai bahasa asing, seseorang dapat dengan mudah bersosialisasi di berbagai belahan dunia, untuk itu, pembelajaran bahasa asing salah satunya
bahasa Prancis sudah semakin diperhitungkan dalam dunia pendidikan. Tidak hanya tingkat Perguruan Tinggi, namun juga tingkat Sekolah Menengah Atas
SMASMKMA. Pada pembelajaran bahasa asing, misalnya bahasa Prancis ada empat
keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut
sangat penting dan saling berkaitan dalam pembelajaran bahasa Prancis. Keterampilan berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa
yang harus dikuasai oleh para pembelajar bahasa Prancis karena berbicara juga merupakan suatu media atau sarana untuk mengungkapkan isi pikiran lewat lisan.
Semi dalam Cahyani 2008:01 berpendapat bahwa berbicara atau bercakap memainkan peranan penting karena bahasa pada hakikatnya adalah bahasa lisan.
Berbicara merupakan kegiatan berinteraksi dan menyampaikan pesan dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat pentingnya peranan berbicara, maka dalam
pengajaran bahasa
asing, termasuk
bahasa Prancis,
pengajaran
berbicara perlu disajikan sedemikian rupa agar dapat menarik dan dapat merangsang siswa untuk aktif berbicara.
Selama ini, pembelajaran bahasa Prancis di Sekolah Menengah Atas SMASMKMA masih didominasi metode ceramah dan pemberian tugas. Pada
pembelajaran seperti ini, pengetahuan hanya mengalir dari satu arah, yaitu dari guru kepada siswa, oleh karena itu tidak heran jika banyak siswa cenderung tidak
aktif dalam pelajaran tersebut. SMA N 2 Demak merupakan lembaga pendidikan yang menjadikan bahasa
Prancis menjadi salah satu mata pelajaran yang diajarkan. Berdasarkan pengalaman dan observasi, siswa tidak aktif dalam pelajaran bahasa Prancis salah
satunya pada saat pembelajaran berbicara dan siswa lebih banyak diam dan cenderung malu saat diminta untuk menjawab pertanyaan menggunakan bahasa
Prancis. Dalam pembelajaran, guru juga lebih banyak menggunakan metode ceramah, yaitu hanya dengan menjelaskan isi buku pegangan sesuai tema yang
diajarkan kemudian diberi tugas. Siswa mendengarkan apa yang guru ucapkan kemudian siswa meniru mengucapkannya. Siswa hanya diberi tugas untuk
membuat kalimat atau teks kemudian menghafalkan di depan kelas pada evaluasi pembelajaran berbicara. Menurut pengamatan, siswa lebih banyak diam dan tidak
menjawab ketika diminta mengungkapkan kata atau kalimat dalam bahasa Prancis secara spontan. Misalnya saat ditanya menggunakan bahasa Prancis secara
spontan, siswa lebih banyak diam karena malu untuk mengungkapkan kalimat dalam bahasa Prancis. Siswa merasa takut apabila salah dalam mengungkapkan
kalimat. Pembelajaran ini tidak berfokus pada keaktifan siswa dan bertolak
belakang dengan tujuan kurikulum yang masih digunakan di SMA N 2 Demak, yaitu kurikulum 2013 yang mengutamakan pembelajaran berfokus pada siswa
dengan menggunakan langkah 5M yaitu : Mengamati, Menanya, Mengekplorasi, Mengasosiasi, dan Mengkomunikasikan.
Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa siswa lebih banyak diam saat pembelajaran dan kurangnya variasi pembelajaran yang digunakan
untuk menunjang keaktifan siswa. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa Prancis, salah satunya dalam pembelajaran berbicara, diperlukan variasi
pembelajaran yang meliputi teknik-teknik pembelajaran agar dalam proses belajar mengajar tidak monoton dan lebih menyenangkan sehingga dapat menunjang
keaktifan siswa. Salah satu teknik adalah teknik permainan. Permainan merupakan hal yang menyenangkan dan cenderung lebih diminati oleh anak-anak. Teknik
permainan juga melibatkan seluruh siswa dalam kelas untuk ikut bermain sehingga menunjang siswa untuk lebih aktif dalam menerima pembelajaran.
Permainan menjadikan alasan untuk berbicara pada setiap kegiatan Lewis 2012:110. Eviyanti 2012:110-111 dalam penelitiannya yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Prancis dengan Menggunakan Jeux” mengungkapkan bahwa jeux permainan dapat menciptakan suasana santai dan
menyenangkan sehingga sedikit demi sedikit rasa malu dan takut salah mengucapkan yang ada pada diri mereka dapat dihilangkan secara perlahan-lahan.
Pembelajaran bahasa Prancis tidak hanya diajarkan satu arah saja yaitu dengan metode ceramah, tapi diperlukan teknik permainan yang dapat menunjang
keaktifan siswa, yaitu dengan berdialog atau tanya jawab. Teknik permainan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah acak kata bergambar yaitu kata-kata bergambar yang diacak oleh siswa kemudian dikembangkan menjadi suatu
kalimat yang sesuai dengan tema yang ditentukan kemudian disampaikan di depan kelas. Teknik permainan dengan kartu kata bergambar dipilih secara acak oleh
dua siswa yang masing-masing sebanyak 1 buah kemudian dua siswa tersebut melakukan tanya jawab atau dialog mengenai kartu yang telah dipilih. Misalnya
siswa A mendapatkan kartu dengan gambar seorang Ibu dan di bawahnya ditambah dengan kata yang menunjukkan keterangan la mère, siswa A
mengajukan pertanyaan kepada siswa B yang memungkinkan terdapat dalam gambar seperti a. Qui est-ce ? b.
Comment s’appelle t-elle? c. Quelle est sa profession ? d. Quelle âge a t-elle ?. Kemudian siswa B menjawab pertanyaan
siswa A seperti a. C’est ma mère b. Elle s’appelle Saidah c. Elle est chanteuse
d. Elle a 38 ans. Begitupun sebaliknya, siswa B mengajukan pertanyaan yang memungkinkan terdapat dalam gambar yang telah dipilih kemudian siswa A
menjawab pertanyaan tersebut. Gambar yang digunakan adalah gambar yang menunjukkan anggota keluarga dan memungkinkan siswa dapat menjawab
pertanyaan berkaitan dengan anggota keluarga masing-masing. Pada penelitian ini, teknik permainan dilakukan untuk pembelajaran berbicara.
Tema kelas XI semester I adalah kehidupan keluarga la vie familiale dengan materi memperkenalkan anggota keluarga Présenter le membres de famille.
Teknik permainan kartu kata yang dilengkapi dengan gambar ini bertujuan untuk memancing ide agar siswa dapat membuat kalimat sederhana secara lisan.
Menurut Wibawa dan Mukti 1992:27, gambar merupakan media pembelajaran
visual diam yang digunakan untuk memperjelas pembelajaran. Kartu kata bergambar adalah kartu yang berisi kata-kata dan terdapat gambar Jaruki,
2008:15. Indriana 2011:69 mengemukakan kelebihan kartu kata bergambar yaitu mudah diingat karena kartu bergambar sangat menarik perhatian. Dari
penjelasan tersebut dapat diasumsikan bahwa media kata bergambar secara tidak langsung memberikan rangsangan kepada siswa dalam menyusun kata-kata
kedalam kalimat karena media kata bergambar mudah diingat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pramestari 2011 deng
an judul “ Keefektifan Kartu dan kata Bergambar pada Pembelajaran Menulis Kalimat Sederhana Siswa
Kelas X Tunas Patria Ungaran” terbukti bahwa media kartu dan kata bergambar efektif untuk pembelajaran menulis kalimat sederhana. Dengan demikian,
permainan acak kata bergambar dapat dijadikan solusi untuk pembelajaran berbicara karena permainan dengan media visual, yaitu kata bergambar dapat
merangsang siswa untuk menyusun kalimat sederhana baik secara tulis maupun lisan sekaligus dapat menunjang keaktifan siswa untuk bertanya jawab mengenai
gambar yang telah disediakan. Dengan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kepada siswa kelas XI SMA N 2 Demak
dengan judul : “Efektifitas Teknik Permainan Acak Kata Bergambar dalam Pembelajaran
Keterampilan Berbicara pada Siswa kelas XI SMA N 2 Demak”
1.2 Rumusan Masalah