Uji Post Hoc Analisis Bivariat 1. Uji Probit

61 p=0,001 dimana p0,05 yang memiliki arti terdapat perbedaan jumlah rata-rata kematian larva Aedes aegypti antar konsentrasi. Selanjutnya, dilakukan uji post hoc mann whitney.

4.2.2.4. Uji Post Hoc

Tabel 4.6. Hasil Uji Post Hoc. No. Konsentrasi Konsentrasi Significance p 1. Air Perasan Rimpang Kunyit 0,5 1 0,020 1,5 0,021 2 0,020 2. Air Perasan Rimpang Kunyit 1 1,5 0,038 2 0,019 3. Air Perasan Rimpang Kunyit 1,5 2 0,020 4. Aquadest 100 ml 0,5 0,014 1 0,013 1,5 0,014 2 0,013 Temephos 1 0,008 5. Temephos 1 10 mg100 ml 0,5 0,014 1 0,013 1,5 0,014 2 0,013 Keterangan : menunjukkan bahwa rata-rata jumlah kematian larva Aedes aegypti berbeda secara signifikan. Uji post hoc meupakan uji beda lanjutan yang dilakukan untuk mengetahui kelompok mana yang paling bermakna dalam menyebabkan kematian larva. Uji post hoc dari uji kruskal wallis yaitu mann whitney. Hasil dari uji post hoc menunjukkan nilai p0,05 yang berarti terdapat perbedaan antar konsentrasi dalam menyebabkan kematian larva. Perbedaan terjadi antara berbagai konsentrasi air perasan rimpang kunyit dengan kelompok kontrol aquadest yang menunjukkan hasil lebih efektif pada berbagai konsentrasi air perasan rimpang kunyit. Perbedaan juga terjadi pada kelompok kontrol aquadest dan temephos 1 dengan hasil lebih efektif pada temephos 1, antara berbagai konsentrasi air perasan 62 rimpang kunyit dengan kelompok kontrol temephos 1 juga ditemukan adanya perbedaan yang menunjukkan hasil lebih efektif pada temephos 1. Perbedaan juga terjadi antar konsentrasi air perasan rimpang kunyit yang menunjukkan hasil bahwa pada konsentrasi air perasan rimpang kunyit sebesar 2 lebih efektif dibandingkan dengan air perasan rimpang kunyit pada konsentrasi 0,5, 1, dan 1,5. 63

BAB V PEMBAHASAN

5.1. PEMBAHASAN 5.1.1. Perbedaan Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti antar Kelompok Pengujian larvasida air perasan rimpang kunyit diperoleh hasil jumlah kematian larva terendah terdapat pada konsentrasi 0,5 yaitu sebesar 16. Larvasida air perasan rimpang kunyit dengan konsentrasi 1 diperoleh hasil jumlah kematian larva sebesar 38 dan pada konsentrasi 1,5 jumlah kematian larva sebesar 63. Jumlah kematian larva tertinggi terdapat pada konsentrasi 2 yaitu sebesar 80. Pengujian larvasida pada kelompok kontrol yaitu kontrol positif berupa temephos 1 dan kontrol negatif berupa aquadest menunjukkan hasil jumlah kematian larva pada temephos 1 10 mg100 ml sebesar 100 dan pada aquadest sebesar 0 atau tidak ditemukan adanya kematian larva. Hasil penelitian larvasida air perasan rimpang kunyit tersebut kemudian dilakukan uji beda menggunakan uji alternatif yaitu kruskal wallis, dikarenakan data tidak terdistribusi normal. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan jumlah kematian larva Aedes aegypti yang disebabkan karena adanya air perasan rimpang kunyit. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji kruskal wallis yang telah dilakukan dimana p=0,001 p0,05. Uji selanjutnya yaitu dilakukan uji post hoc menggunakan uji mann whitney. Berdasarkan hasil uji post hoc, terdapat perbedaan yang bermakna jumlah kematian larva antar berbagai konsentrasi air perasan rimpang kunyit p0,05.