. Pemeriksaan Persidangan dan Pembuktian Kewenangan Mengadili Acara Pemeriksaan di Pengadilan

pidana apa yang paling tepat karena terdakwa memiliki kemiripan unsur atau kedekatan unsur dengan tindak pidana lain, tetapi bukanlah suatu perbarengan tindak pidana. Ciri utama dakwaan ni diberikan kata “atau” sebagai bentuk pilihan. 3. Surat dakwaan subsidair Dalam surat dakwaan ini, penuntut umum ragu akan kualifikasi dari tindak pidana yang didakwakan apakah tindak pidana tersebut termasuk kualifikasi berat atau ringan. 4. Surat dakwaan kumulatif Surat dakwaan ini dibuat apabila ada beberapa tindak pidana yang tidak ada hubungan antara tindak pidana yang satu dengan yang lainnya berdiri sendiri. 5. Surat dakwaan kombinasi atau campuran Surat dakwaan kombinasi dibuat untuk memenuhi kebutuhan dalam praktik penuntutan agar terdakwa tidak bebas dari dakwaan yakni karena kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh penuntut umum. Di dalam dakwaan kombinasi, penuntut umum dapat menyusun surat dakwaan dengan berbagai macam bentuk surat dakwaan dalam satu surat dakwaan seperti: dakwaan alternatif-dakwaan subsidair- dakwaan tunggal-dakwaan alternatif, dan lain sebagainya. 3. Pelimpahan berkas perkara ke pengadilan negeri

IV.5 . Pemeriksaan Persidangan dan Pembuktian

a. Kewenangan Mengadili

Kompetensi adalah kewenangan untuk mengadili suatu perkara. Terdapat 2dua macam kewenangan mengadili, yakni: 1. Kompetensi absolut Berdasarkan Pasal 25 Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman menyebutkan kompetensi absolut masing-masing lingkungan peradilan, yaitu: - Peradilan umum berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara pidana dan perdata sesuai dengan ketentuan perundang-undangan - Peradilan agama berwenang memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku - Peradilan militer berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana militer sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan - Peradilan tata usaha negara berwenang memeriksa, mengadili, memutus, dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 2. Kompetensi relatif Menentukan kompetensi relatif dapat dilihat dalam pengaturan Pasal 84 KUHAP, bahwa pengadilan negeri berwenagn mengadili perkara apabila: - Tindak pidana dilakukan di dalam daerah hukum pengadilan negeri tersebut - Pengadilan negeri di mana terdakwa bertempat tinggal, berdiam terakhir, di tempat dimana ia diketemukan atau ditahan, dan tempat kediaman sebagian besar saksi yang dipanggil ke persidangan

b. Acara Pemeriksaan di Pengadilan

1. Praperadilan Tujuan praperadilan jelas tergambar di dalam definisi berdasarkan Pasal 1 butir 10 KUHAP, dimana praperadilan hanya memeriksa dan memutus perkara terkait dengan: 1. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan penahanan 2. Sah atau tidaknya penyidikan atau penghentian penuntutan 3. Ganti kerugian dan rehalibitasi atas perkara yang tidak diajukan ke pengadilan 2. Acara pemeriksaan biasa Pada umumnya perkara yang diperiksa dan diadili dan diputus dengan acara pemeriksaan biasa adalah perkara pidana yang diancam dengan sanksi pidana penjara 5 tahun atau lebih atau perkara pidana yang membutuhkan pembuktian yang cermat dan teliti. Garis besar urutan tata cara pengajuan serta rangkaian pemeriksaan acara biasa adalah sebagai berikut: 1. Penuntut umum melimpahkan perkara bersama dengan surat dakwaan ke pengadilan negeri yang berwenang; 2. Ketua pengadilan negeri memeriksa kewenangan mengadili, lalu menunjuk majelis hakim yang memeriksa perkara dalam hal ketua pengadilan negeri berpendapat bahwa perkara tersebut berada dalam kewenangannya 3. Majelis hakim menetapkan hari sidang dan memerintahkan penuntut umum untuk memanggil terdakwa secara sah panggilan secara sah sesuai dengan Pasal 145 KUHAP; 4. Hakim ketua sidang memimpin pemeriksaan di sidang pengadilan dan pada permulaan sidang, hakim ketua menanyakan identitas terdakwa 5. Hakim ketua sidang memerintahkan kepada penuntut umum untuk membacakan surat dakwaan 6. Terhadap surat dakwaan tersebut, terdakwa atau penasihat hukumnya memiliki hak untuk mengajukan keberatan atas dakwaan. Adapun keberatan tersebut berdasarkan 3 tiga alasan, yaitu: - Keberatan tentang kewenangan mengadili - Keberatan tentang surat dakwaan tidak dapat diterima - Keberatan tentang surat dakwaan harus dibatalkan 7. Hakim memberikan putusan sela atas keberatan yang diajukan 8. Proses pemeriksaan saksi 9. Proses pemeriksaan keterangan ahli 10. Pemeriksaan terdakwa 11. Penuntut umum menyusun surat tuntutan pidana setelah keterangan terdakwa dinyatakan selesai 12. Penasihat hukum diberi kesempatan mengajukan pembelaan 13. Penuntut umum diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban atas pembelaan tersebut 14. Hakim memberikan putusan akhir, kemudian putusan tersebut ditandatangani oleh majelis hakim dan panitera sesaat setelah dibacakan 15. Upaya hukum bila ada 3. Acara pemeriksaan cepat Perkara yang disidangkan dengan acara pemeriksaan cepat adalah perkara tindak pidana ringan dan perkara pelanggaran lalu lintas. Menentukan perkara termasuk tindak pidana ringan adalah berat dan ringan ancaman sanksi pidana yang dijatuhkan. Termasuk di dalam tindak pidana ringan adalah tindak pidana yang ancaman pidananya paling lama 3 bulan penjara atau kurungan, atau denda sebanyak-banyaknya Rp 7.500,- serta penghinaan ringan sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 315 KUHPidana. Pengaturan ini tercantum dalam Pasal 205 ayat 1 KUHAP. 4. Acara pemeriksaan singkat Di dalam KUHAP, pengaturan mengenai acara pemeriksasn singkat sangat kabur pengaturannya. Beberapa literatur menyebutkan bahwa patokan menentukan perkara diperiksa adalah pidana yang akan dijatuhkan berkisar paling tinggi 3 tahun. 5. Perkara koneksitas Menurut Andi Hamzah, peradilan koneksitas adalah sistem peradilan pidana peradilan terhadap tersangka pembuat delik penyertaan antara orang sipil dan orang militer, dapat juga dikatakan peradilan antara mereka yang tunduk kepada yurisdiksi peradilan umum dan peradilan militer. Pendapat Menteri Pertahanan dan Keamanan didasarkan atas kerugian tindak pidana yang diitimbulkan, apabila kerugian yang ditimbulkan telah merugikan kepentingan militer, maka pemeriksaan dilakukan di peradilan militer, selama ketugian tidak menimbulkan kerugian bagi kepentingan militer, maka perkara diperiksa di peradilan umum.

c. Teori Pembuktian