Persamaan di Muka Hukum Equality Before The Law Segala Aktivitas Membutuhkan Perintah Tertulis Praduga Tak Bersalah Presumption of Innocence Ganti Kerugian dan Rehabilitasi

Prinsip-prinsip dasar di dalam Penjelasan Umum KUHAP yang dikategorikan sebagai prinsip dasar hukum acara pidana adalah sebagai berikut: a. Perlakuan yang sama atas diri setiap orang dimuka hukum dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan; b. Penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan hanya dilakukan berdasarkan perintah tertulis oleh pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang dan hanya dalam hal dan dengan cara yang diatur dengan undang-undang; c. Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap; d. Kepada seseorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang dan atau karena kekeliruan megenai orangnya atau hukum yang diterapkan wajib diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak tingkat penyidikan dan para pejabat penegak hukum yang dengan sengaja atau kelalaiannya menyebabkan asas hukum tersebut di langgar, dituntut, dipidana, dan atau dikenakan hukuman administrasi; e. Peradilan yang dilakukan dengan cepat, sederhana biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak harus tetap diterapkan secara konsisten dalam seluruh tingkat pengadilan; f. Setiap orang yang tersangka perkara wajib diberi kesempatan, memperoleh bantuan hukuum yang semata-mata diberikan untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya; g. Kepada seseorang tersangka, sejak saat dilakukan penangkapan dan atau penahanan selain wajib lapor diberitahukan dakwaan dan dasar hukum apa yng didakwakan kepadanya, juga wajib di beritahu dakwaan dan dasar hukum yang didakwakan, juga wajib diberitahu haknya termasuk untuk menghubungi dan minta bantuan penasihat hukum; h. Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya terdakwa; i. Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum; j. Pengawasan dilakukan oleh putusan pengadilan dalam perkara pidana pengawasan dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan.

II.1 Persamaan di Muka Hukum Equality Before The Law

Pasal yang menunjukkan secara konkret keberadaan prinsip ini adalah di dalam Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang berbunyi: “Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang”

II.2 Segala Aktivitas Membutuhkan Perintah Tertulis

Aplikasi konkret dari prinsip tersebut dapat dilihat dalam Pasal 18, Pasal 21 ayat 2, Pasal 33 ayat 1 dan 2, dan Pasal 38 ayat 1 KUHAP. Kewajiban lain yang menyertai penegak hukum dalam melakukan upaya paksa tersebut adalah menyusun berita acara terhadap surat perintah yang telah diberikan dan dilaksanakan sebagaimana tercantum dalam Pasal 75 KUHAP. Prinsip ini ditujukan untuk menghindari kesewenangan penegak hukum dalam menjalankan kewenangannya untuk mengadakan upaya paksa kepada seseorang maupun tersangkaterdakwa baik itu penangkapan, penahanan, penggeledahan maupun penyitaan.

II.3 Praduga Tak Bersalah Presumption of Innocence

Makna dari prinsip ini adalah bahwa setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap. Di dalam KUHAP, pasal yang menunjukkan prinsip ini adalah Pasal 158 KUHAP, yang berbunyi : “Hakim dilarang menunjukkan sikap atau mengeluarkan pernyataan di sidang tentang keyakinan mengenai salah atau tidaknya terdakwa”.

II.4 Ganti Kerugian dan Rehabilitasi

Ganti kerugian dan rehabilitasi diatur di dalam Pasal 95-97 KUHAP jo Pasal 7-15 PP Nomor 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP. Ganti kerugian dapat diajukan dengan syarat dan ketentuan antara lain: a. Diajukan oleh tersangka, terdakwa, atau terpidana karena penangkapan, penahanan, penuntutan, pemeriksaan persidangan atau karena tindakan lain, tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan; b. Gamti kerugian ditentukan serendah-rendahnya Rp 5.000,- lima ribu rupiah dan setinggi-tingginya Rp 1.000.000,- satu juta rupiah serta apabila karena tindakan tersebut mengakibatkan cacat sehingga tidak mampu melakukan pekerjaan atau meninggal dunia ganti kerugian ditentukan setinggi-tingginya Rp 3.000.000,- tiga juta rupiah c. Tuntutan ganti kerugikan diajukan ke pengadilan negeri yang berwenang memeriksa perkara

II.5 Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan