Gambar 2.1 patofisiologi asap rokok
10
Sumber: Int. J. Environ.Res.Public Health. Peter Mazzone et al. 2010. Patophysiological impact of cigarette smoke exposure on the cerebrovascular system with a focUs on the blood-brain barrier:
Expanding the answerness of smoking toxicity in an under apreciated Area.
Dalam keadaan normal keberadaan ROS akan segera diperbaiki secara intraseluer oleh superoksida dismutase SOD, katalase, glutation, peroksidase
dan secara ekstraseluler oleh vitamin antioksidan. Tingginya kandungan ROS dan beberapa ROS yang lainnya, seperti radikal hidroksil, hidrogen peroksida,
dan peroxynitrite mengakibatkan terpaparnya endotel terhadap ROS, sehingga memicu abnormalitas vaskuar. Reactive Oxygen Species ROS mengakibatkan
kerusakan yang distimulasi oleh berbagai makromolekul yang termasuk lipoperoxidation asam lemak tak jenuh ganda pada membran lipid, protein
oksidasi, kerusakan untai DNA, oksidasi RNA, depolarisasi dan apoptosis
mitokondria, serta mutasi dari p53 yang menguatkan terjadinya apoptosis, selain itu asap rokok itu sendiri memiliki toksisitas yang tinggi.
1
2.1.4. Efek kecanduan rokok
Nikotin yang terkandung dalam sebatang rokok, merupakan bagian yang memiliki kekuatan adiktif, dan berefek langsung pada otak, dengan cara
merangsang pelepasan dopamin yang memberi rasa nyaman dan rasa ketergantungan, Sehingga apabila perokok tidak merokok sekali saja, akan
terjadi putus nikotin yang akan memunculkan gejala-gejala tidak nyaman, sehingga seorang perokok, akan selalu mengulangi lagi kebiasaan merokoknya.
Gejala-gejala putus nikotin tersebut adalah : 1. Meningkatnya efek stres
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata perokok memiliki tingkat stres yang tinggi dibandikan bukan perokok.
2. Perubahan sel-sel otak Secara alami, hormon dopamin akan dirilis saat melakukan perilaku-
perilaku tertentu, seperti makan, minum, berhubungan seksual dan lain-lain, Pelepasan dopamin akan memberikan efek tenang dan bahagia. Pada perokok,
reseptor dopamin yang dimemiliki lebih sedikit. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian, suatu hipotesis terkemuka menyatakan bahwa, paparan
nikotin pada awalnya meningkatkan transmisi dopamin yang menyebabkan perasaan tenang dan bahagia, dan kemudian mengakibatkan penurunan reseptor
dopamin tersebut, sehingga memicu perokok untuk meningkatkan intensitas merokok demi mencapai pengingkatan transmisi dopamin seperti pada awal
merokok. Hal ini juga diperkuat dari penelitian yang dilakukan pada hewan, yang menunjukan hasil bahwa, proses merokok mengakibatkan perubahan
kimia otak dan penurunan reseptor dopamin.
11
3. Efek merokok bagi sistem pernapasan
Saluran pernapasan dimulai dari saluran pernapasan atas, hidung, beserta sinu-sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid
dan sinus sfenoid kanan dan kiri, faring, laring atau pita suara, saluran pernapasan bawah, trakea, bronkus, bronkiolus hingga alveolus untuk
melakukan kerjanya sebagai pertukaran oksigen dari atmosfer dengan karbon dioksida dari darah.
12,13,14
Mekanisme fisiologis tersebut dapat terpengaruhi oleh asap rokok yang dihisap oleh perokok, sebagai perokok aktif maupun
perokok pasif, sehingga mengakibatkan ganggan –gangguan pada saluran
pernapasan yang sering terjadi sebagai berikut: a. Bronkospasme
Keadaan menyempitnya saluran-saluran bronkus sehingga menyebabkan sesak saat bernapas.
b. Meningkatkan produksi dahak Ketika terdapat zat-zat asing yang masuk kedalam paru, maka
rambut-rambut halus berupa siliar klirens yang terdapat disepanjang saluran pernapasan, akan bekerja dengan cara mengeluarkan lendir dan
menjebak zat asing bagi paru. Pada keadaan fisiologis, zat asing tersebut akan menstimulasi refleks batuk, untuk mengeluarkan zat asing yang
sudah dibalut lendir tersebut. Pada perokok, asap tembakau melumpuhkan silia ini, sehigga lendir berkumpul di paru, Selain itu juga
dipicu oleh pertumbuhan sel goblet oleh karena efek tembakau. Karena beberapa hal tersebut, semakin meningkatkan sekret lendir, sehingga
terjadilah penumpukan dahak yang kronik pada saluran pernapasan bawah.
11
c. Terjadi batuk yang persisten