4.4. Hubungan Antara Intensitas Melihat Label Peringatan Bahaya Merokok Terhadap Kesehatan dengan Pengaruh Kebiasaan Merokok
Tabel 4.13. Hubungan antara Intensitas Melihat Label Peringatan Kesehatan Pada Rokok Terhadap Kebiasaan Merokok
Intensitas Kebiasaan Merokok
Total P Value
Berpengaruh Tidak
Berpengaruh N
N N
Sering 47
29,9 110
70,1 157
100 0,211
Kadang-kadang 27
40,3 40
59,7 67
100 Jarang
Total 14
88 41,2
34,1 20
170 58,8
65,9 34
258 100
100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang memiliki intensitas melihat label peringatan kesehatan pada kemasan rokok sering dan berpengaruh
dengan kebiasaan merokok memiliki persentase sebesar 29,9 dan yang tidak terpengaruh ke kebiasaan merokok memiliki persentase sebesar 70,1. Pada
responden yang menjawab kadang-kadang dan berpengaruh dengan kebiasaan merokok memiliki persentase sebesar 40,3, dan yang tidak terpengaruh ke kebiasaan
merokok memiliki persentase sebesar 59,7, dan yang menjawab jarang serta berpengaruh dengan kebiasaan merokok memiliki persentase sebesar 41,2 dan yang
tidak terpengaruh ke kebiasaan merokok memiliki persentase sebesar 58,8. Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui p value pada penelitian ini sebesar 0,211 yang
berarti bahwa pada taraf signifikansi 5. Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara intensitas melihat peringatan kesehatan bergambar pada rokok terhadap
kebiasaan merokok p value 0,05.
4.5. Pembahasan
Pada penelitian ini, didapatkan subjek penelitian berjumlah 258 mahasiswa yang merupakan perokok aktif, dengan usia rata-rata 20 tahun. Hal ini sesuai dengan
penelitiann sebelumnya, oleh Neneng pada tahun 2010, didapatkan bahwa responden perokok terbanyak berdasarkan usia, yaitu; rata-rata usia 20 dan 21 tahun.
23
Hal ini
juga dikuatkan dengan data dari RISKESDAS tahun 2011 bahwa, terjadi peningkatan
drastis angka perokok pada usia 15-19 tahun yaitu 58.9, 20-24 tahun 23.9.
39
Berdasarkan usia tersebut, berhubungan dengan keberadaan subjek sebagai mahasiswa. Adapun subjek mahasiswa berdasarkan semester rata-rata pada usia 20 tahun duduk di
semester 6, maka pada penelitian ini, didapatkan urutan paling tinggi, perokok yang ditemukan yaitu; pada semester 6 didapatkan 45.7, pada semester 4 berjumlah
31.0, pada semester 2 11.6, semester 8 10.9, semester 10 0.4, semester 12 0.4, begitupun pada penelitan sebelumna, didapatkan hasil yang sama yaitu tertinggi pada
smester 6 Neneng 2010.
39
Hal tersebut dikarenakan perokok usia muda berpendapat bahwa merokok adalah hal yang menarik, memudahkan pergaulan, mudah
berkonsentrasi dan membuat hidup lebih indah Nurkamal 2014.
34
Intensitas melihat peringatan bahaya merokok, berpengaruh terhadap kebiasaan merokok seseorang. Hal ini berhubungan dengan ingatan yang baik terhadap label
tersebut, Semakin cepat atau lama, seorang perokok melihat label peringatan bahaya merokok yang terdapat didalam kemasan rokok, maka, akan memicu ingatan yang baik
terhadap peringatan tersebut. Ingatan yang baik mengenai bahaya merokok akan menunda seorang perokok untuk menyalakan rokoknya. Sehingga menurunkan
intensitas merokok dan berhenti sebagai perokok aktif.
41
Dari penelitian ini, didapatkan bahwa rata-rata responden mengaku sering melihat peringatan kesehatan bergambar
pada rokok lebih dari 25 kali dalam sebulan 60,9. Dalam sebuah penelitian dari European Commission pada tahun 2012 bahwa, responden mengatakan melihat label
rokok hanya bila sedang bosan dan tidak ada pekerjaan apapun, atau pada saat membeli rokok saja. pada saat pembelian awal terdapat efek beberapa saat, setelah beberapalama
maka label tersebut menjadi biasa. Pada penelitian ini juga menyimpulkan bahwa saat
seorang perokok membeli dan mengkosumsi rokok, perokok yang merokok sebungkus sehari akan terpapar gambar yang terdapat pada bungkus rokok setidaknya 20 menit
perhari, dan 7000 kali pertahun. Dengan demikian terdapat 20 kesempatan perhari untuk menyampaikan pesan anti rokok.
41
Dalam penelitian Atarrahim pada tahun 2015, dikatakan bahwa, gambar peringatan bahaya merokok yang ada dalam iklan dan kemasan rokok, dimaknai
berbeda oleh khalayak konsumen yang merupakan perokok aktif.
40
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 9,3 responden mengaku senang, biasa
saja dengan persentase sebesar 60,5, takut 22,1 dan jijik 15,5 dengan adanya label peringatan kesehatan pada rokok. Beberapa perokok yang
diwawancarai mengenai peringatan bahaya merokok, mengakui bahwa label peringatan kesehatan pada rokok tidak berlaku terhadap perokok muda, dan pada
perokok yang hanya merokok sesekali waktu saja. dan mereka merasa bahwa peringatan kesehatan pada label rokok ini tidak berlaku untuk mereka, mereka
menganggap bahwa, label tersebut cenderung berlaku untuk perokok berat, dan orang yang telah merokok selama bertahu-tahun. Maka dari itu mereka
mengungkapkan bahwa label peringatan merokok biasa saja.
41
Dari penelitian Neneng pada tahun 2010, berdasarkan kesimpulan hasil penelitiannya menyatakan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi atau pengetahuan tentang dampak merokok terhadap kesehatan, dengan prilaku merokok pada
mahasiswa Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
24
Dari Mota G pada tahun 2004 dikatakan bahwa Label peringatan rokok dapat berpengaruh dalam mencegah remaja yang bukan perokok untuk menjadi perokok,
maka label ini diperlukan bukan saja untuk memicu perokok berhenti merokok tapi untuk mencegah peningkatan jumlah perokok diberbagai negara di dunia.
42
Karena pengaruh tersebut, peneliti memastikan responden merasa perlu atau tidak dengan
label rokok, dan didapatkan responden mengaku label peringatan kesehatan pada rokok tetap perlu diadakan, dengan presentase sebesar 74.8. Hal ini dikarenakan
label peringatan pada rokok dapat meningkatkan kecenderungan untuk berhenti
merokok dan mencegah bukan perokok menjadi perokok Baskoro kurniadi 2005.
25
Dari white victoria at all, pada tahun 2008, berdasarkan evaluasi berbagai penelitian mengenai label peringatan kesehatan, yang telah diadakan diberbagai
negara, maka di Europa dilakukan evaluasi berupa, pengaruh peringatan label dalam bentuk tulisan. Didapatkan bahwa, terdapat beberapa saran yang diajukan
responden, yaitu; sebaiknya diterbitkan label berupa gambar dan tulisan yang berbeda-beda. Hal ini untuk membuat label peringatan merokok terhadap
kesehatan itu lebih berdampak baik, selain itu, label peringatan harus lebih sering diganti dengan yang terbaru agar memberikan informasi beberapa dampak lain dari
merokok. Serta menangkap perhatian orang lain terhadap label baru yang terdapat dalam kemasan rokok, beberapa responden menyatakan bahwa, ketika label pada
rokok masih baru dikeluarkan, terdapat efek rasa takut terhadap merokok, tetapi kemudian menjadi biasa. Selain itu, meningkatkan ukuran pada label yang berupa
tulisan ataupun gambar, dan membuat peringatan berbeda satu sama lain. Pada penelitian ini didapatkan bahwa Label peringatan kesehatan pada rokok memiliki
pengaruh terhadap kebiasaan merokok dengan persentase sebesar 30,2.
41
Dari Baskoro Kurniadi pada tahun 2005, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok
dengan intensitas berhenti merokok, dan meningkatkan kecenderungan untuk benar-benar berhenti merokok.
25
Pada penelitian ini didapatkan bahwa responden mengaku, label peringatan kesehatan pada rokok memiliki pengaruh terhadap
kebiasaan merokok. Dengan persentase sebesar 30,2, dan yang menyatakan tidak berpengahruh sebanyak 65.9.
Label peringatan kesehatan pada kemasan rokok memiliki pengaruh yang baik, dalam menyadarkan perokok akan risiko penyakit seperti pada label, yang
dapat terjadi pada diri peroko dan orang disekitarnya. Dari penelitian ini diketahui bahwa responden mengaku label peringatan kesehatan bergambar pada rokok
memiliki pengaruh terhadap kebiasaan merokok dengan persentase sebesar 30,2,
dan 65 orang-oang yang diwawancarai memberikan tanggapan bahwa label rokok tidak ada pengaruh. Meskipun pada awalnya responden menyatakan takut
melihat label berupa tulisan dan gambar, seiring dengan berjalan waktu, orang akan menjadi tahan terhadap label berupa tulisan serta gambar yang ada, sehingga tidak
ada rasa takut terhadap label tersebut.
41
Responden yang mengurangi jumlah batang rokok yang dihisap setelah melihat adanya label peringatan kesehatan
bergambar sebesar 50,0 dan responden yang berhenti merokok sebesar 42,3.
Dari Paudel B at all pada tahun 2013, menyatakan bahwa, pada perokok di Selandia baru, dari jumlah 78 yang memperoleh informasi mengenai label
peringatan bahaya merokok terhadap kesehatan, didapatkan 5 dari responden tersebut mengaku mengalami peningkatan motivasi untuk dapat berhenti
merokok.
36
Pada mahasiswa UIN Jakarta didapatkan bahwa pengetahuan mengenai dampak merokok bagi kesehatan tidak mempengaruhi kebiasaan
merokok karena faktor kepuasan psikologis, keluarga, lingkungan, dan rasa ketergantungan Neneng 2010.
24
Pada penelitan ini, alasan responden untuk mengurangi jumlah batang rokok yang dihisap adalah takut terkena penyakit
seperti pada label 63,0, tidak ingin membahayakan orang lain dengan asap
rokok 34,2 dan ingin hidup sehat 49,3.
Dari Bahrun Nawawi pada tahun 2014, seseorang yang telah merokok akan merasakan ketergantungan, sehingga tetap mempertahankan merokoknya,
dikarenakan beberapa pernyataan yaitu; sudah terlanjur menjadi perokok, serta meyakini bahwa sekalipun mengalami penyakit sudah terlanjur menjadi sakit,
memiliki orangtua yang merokok dan tetap hidup sehat sampai usia tua,
19
pengaruh sosial, yaitu teman yang sama-sama merokok, faktor kepribadian untuk merasakan
kesenangan dan membebaskan diri dari kebosanan, faktor farmakologis berupa kandungan nikotin yang menghilangkan rasa stress dan menimbulkan rasa bahagia,
serta faktor iklan yang memunculkan persepsi bahwa rokok identik dengan laki- laki jantan.
16
Pada penelitian ini didapatkan bahwa, responden tidak berhenti merokok meskipun responden merasa takut terkena penyakit seperti pada label.