Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dan 65 orang-oang yang diwawancarai memberikan tanggapan bahwa label rokok tidak ada pengaruh. Meskipun pada awalnya responden menyatakan takut
melihat label berupa tulisan dan gambar, seiring dengan berjalan waktu, orang akan menjadi tahan terhadap label berupa tulisan serta gambar yang ada, sehingga tidak
ada rasa takut terhadap label tersebut.
41
Responden yang mengurangi jumlah batang rokok yang dihisap setelah melihat adanya label peringatan kesehatan
bergambar sebesar 50,0 dan responden yang berhenti merokok sebesar 42,3.
Dari Paudel B at all pada tahun 2013, menyatakan bahwa, pada perokok di Selandia baru, dari jumlah 78 yang memperoleh informasi mengenai label
peringatan bahaya merokok terhadap kesehatan, didapatkan 5 dari responden tersebut mengaku mengalami peningkatan motivasi untuk dapat berhenti
merokok.
36
Pada mahasiswa UIN Jakarta didapatkan bahwa pengetahuan mengenai dampak merokok bagi kesehatan tidak mempengaruhi kebiasaan
merokok karena faktor kepuasan psikologis, keluarga, lingkungan, dan rasa ketergantungan Neneng 2010.
24
Pada penelitan ini, alasan responden untuk mengurangi jumlah batang rokok yang dihisap adalah takut terkena penyakit
seperti pada label 63,0, tidak ingin membahayakan orang lain dengan asap
rokok 34,2 dan ingin hidup sehat 49,3.
Dari Bahrun Nawawi pada tahun 2014, seseorang yang telah merokok akan merasakan ketergantungan, sehingga tetap mempertahankan merokoknya,
dikarenakan beberapa pernyataan yaitu; sudah terlanjur menjadi perokok, serta meyakini bahwa sekalipun mengalami penyakit sudah terlanjur menjadi sakit,
memiliki orangtua yang merokok dan tetap hidup sehat sampai usia tua,
19
pengaruh sosial, yaitu teman yang sama-sama merokok, faktor kepribadian untuk merasakan
kesenangan dan membebaskan diri dari kebosanan, faktor farmakologis berupa kandungan nikotin yang menghilangkan rasa stress dan menimbulkan rasa bahagia,
serta faktor iklan yang memunculkan persepsi bahwa rokok identik dengan laki- laki jantan.
16
Pada penelitian ini didapatkan bahwa, responden tidak berhenti merokok meskipun responden merasa takut terkena penyakit seperti pada label.
Alasan ini didapatkan karena responden merasa sudah terlanjur menjadi kebiasaan sebagai perokok 40,0 karena pergaulan gengsi 20,0, meningkatkan kinerja
40,0, menimbulkan inspirasi 60,0. Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan saja mengenai bahaya kesehatan yang diakibatakan oleh asap rokok
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebiasaan merokok seseorang, dikarenakan efek berhenti merokok yang memunculkan efek adiktif nikotin, dan
alasan lingkungan sosial dengan kebiasaan merokok yang sama.
24
Dari Soemartono pada tahun 1998, melaporkan bahwa, terdapat hubungan antara kebiasaan merokok pada orang tua, kakak tertua, dan teman, dari penelitan
yang berjudul angka prevalensi perokok pada SLTA di Jarakarta, ditemukan bahwa apabila ayahnya merokok, maka anaknya memiliki kecenderungan untuk merokok
2 kali lipat, sementara jika kakak tertua merokok maka kecenderungannya akan meningkat 3 kali, dan apabila ada teman disekitarnya yang merokok maka orang
tersebut memiliki kecenderungannya untuk merokok 3,2 kali lipat.
6
Pada penelitian ini, diketahui bahwa responden memiliki keluarga serta lingkungan yang banyak
sebagai perokok 21,8, tidak percaya dengan peringatan tersebut 11,8, rokok dapat meningkatkan kesehatan 8,8, meningkatkan kinerja 24,1 dan
menimbulkan inspirasi 31,2 Dari Mota G pada tahun 2004, didapatkan bahwa, pada pada tahun 2000 di
Canada, dikeluarkan label bergambar, mengenai peringatan bahaya merokok, dalam bentuk gambar yang besar, dan akhirnya, mendapatkan hasil yang sangat
baik yaitu; 91 dari perokok yang dilakukan survey, dengan membaca label peringatan bergambar yang tlah dibuat, mereka mengatakan bahwa, lebih efektif
menyampaikan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar, sehingga lebih dapat memotivasi perokok untuk mengurangi atau mengupayakan berhenti merokok.
42
pada berbagai Negara yaitu Urguay dan Sri Lanka pencantuman peringantan label kesehatan rokok mencapai luas label sebesar 80 dari kemasan rokok, Australia,
Canada dan beberapa negara lainnya 75 hingga Switzerliand yaitu 48 dari luas kemasan. Sementara di Indonesia pencantuman peringatan kesehatan pada
kemasan rokok harus meliputi sisi lebar bagian depan dan bagian belakang masing- masing 40.
42
Pada penelitian ini, responden yang memiliki intensitas melihat label rokok berupa sering, kadang-kadang dan jarang tidak memiliki pengaruh
besar untuk dapat berhenti merokok, hal ini di buktikan dengan total intensitas melihat label rokok yang berpengaruh dengan kebiasaan merokok sebesar 34,1
dan yang tidak berpengaruh 65,9. Hal tersebut membuktikan bahwa, label peringatan kesehatan dalam kemasan rokok, tidak berpengaruh untuk menurunkan
angka kejadian merokok pada mahasiswa UIN Jakarta. Pada penelitian dengan populasi yang sama oleh Neneng 2010, menyimpulkan bahwa, tidak ada
hubungan, antara persepsi responden mengenai pengetahuan bahaya merokok, dengan tipe perilaku merokok responden.
23
Hal ini dikarenakan rasa ketergantungan dan sudah menjadi suatu kebiasaan sebagai perokok Bahrun
Nawawi 2014.
16