BAB IV PERANAN BAPEPAM-LK DALAM MENGATASI PRAKTEK INSIDER
TRADING TERHADAP PERUSAHAAN PUBLIK DALAM PASAR MODAL
A. Kewenangan Bapepam-LK sebagai lembaga pemeriksa.
Pasar modal sebagaimana menjembatani hubungan antara pemilik dana investor dan pengguna dana. Peranan pasar modal adalah mengumpulkan dan
mengerahkan tabungan masyarakat untuk keperluan investasi. Dengan meningkatnya investasi, kapasitas produksi akan meningkat, yang berarti menambah barang dan jasa
yang diperlukan masyarakat serta memperluas lapangan kerja. Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat
menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan return sedangkan pihak issuer dalam hal ini perusahaan dapat memanfaatkan dana tersebut
untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana operasi perusahaan.
139
Berdasarkan UUPM, Bapepam-LK mempunyai fungsi pengawasan. Dengan adanya konsentrasi tugas pengawasan, maka diharapkan Bapepam-LK dapat
melakukan pengawasan terhadap praktek-praktek yang dapat merugikan salah satu pihak, salah satunya adalah praktek insider trading. Dengan fungsi pengawasan yang
dimiliki oleh Bapepam-LK dapat meminimalisir praktek-praktek yang kurang baik dan dapat menjaga citra dan integritas pasar. Tujuan fungsi pengawasan Bapepam-LK
139
Tjipto Damardji dan Hendry M. Fakhruddin, Pasar Modal Indonesia Pendekatan Tanya Jawab, Jakarta: Salemba Empat, 2001, hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
untuk menciptakan mekanisme perdagangan yang bersih dan dapat menghindari terjadinya praktek insider trading.
Adanya fungsi pengawasan yang dilakukan Bapepam-LK, maka penegakan hukum di bidang pasar modal dapat menjamin adanya suatu kepastian hukum.
Kepastian hukum adalah salah satu dari tujuan hukum, di samping yang lainnya, yakni kemanfaatan dan keadilan bagi setiap anggota masyarakat yang plural dalam
interaksinya tanpa membedakan asal-usul dari mana ia berada.
140
Kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum tidak akan terlepaskan dari fungsi hukum itu sendiri.
Fungsi hukum yang terpenting adalah tercapainya keteraturan dalam kehidupan manusia dalam masyarakat.
141
Jadi kepastian hukum sangatlah penting dalam hal penegakan hukum terhadap segala praktek kejahatan di bidang pasar modal seperti
insider trading. Walaupun pasar modal memberikan keuntungan yang besar, tetapi perlu
diingat bahwa pertumbuhan pasar modal perlu didukung oleh sistem dan mekanisme yang berpijak pada aturan main yang jelas. Rule of Game harus direfleksikan ke
dalam bentuk ketentuan hukum yang mengatur gerak dan langkah pelaku dalam menjalankan aktivitas pasar modal. Setiap pelaku pasar, atau mereka yang
menundukkan diri kepada ketentuan hukum yang berlaku di pasar modal,
140
Mochtar Kusumaatmadja dan Arief B. Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum: Suatu Pengenalan Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum, Buku I, Bandung: Alumni, 2000, hal.
49. Bandingkan dengan Mertokusumo Soedikno, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Yokyakarta: Liberty, 1988, hal. 57.
141
Budiman Ginting, Kepastian Hukum dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Investasi di Indonesia, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Hukum Investasi Pada
Fakultas Hukum USU, 2008, hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
diperkenankan menciptakan atau melakukan berbagai metode dan strategi investasi, bebas berkreasi serta menjalankan berbagai jenis usaha, seperti tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal. Kebebasan dalam menjalankan aktivitas di pasar modal
tentunya perlu bahkan harus dibatasi oleh rambu-rambu hukum dan tata cara yang ditentukan oleh perangkat perundang-undangan serta ketentuan pelaksanaan lainnya.
Pelaksanaan aktivitas di bidang pasar modal dilakukan dengan tata cara yang ditentukan oleh perangkat perundang-undangan serta ketentuan pelaksanaan lainnya.
Hal ini dimaksudkan agar memberikan jaminan kepastian hukum bagi para pihak dalam melakukan kegiatannya dalam pasar modal, serta melindungi masyarakat
pemodal dari praktik insider trading yang merugikan yang ditimbulkan oleh pelaku insider trading.
142
Insider trading adalah salah satu tindak pidana ekonomi yang dilakukan di dalam kegiatan pasar modal. Zainal Asikin
143
merumuskan macam-macam jenis kejahatan ekonomi yaitu:
1. Kejahatan di bidang perbankan;
2. Kejahatan di bidang perdagangan;
3. Kejahatan di bidang investasi;
4. Kejahatan di bidang perusahaan;
142
Sahrul, “Penegakan Hukum Terhadap Insider Trading”, Aktualita, No. 2. Vol. 1 Agustus- November 2005, hal. 45.
143
Zainal Asikin, Pokok-Pokok Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada, 1995, hal. 73-74.
Universitas Sumatera Utara
Jika orang dalam perusahaan melakukan pembelian saham perusahaan, terutama dalam jumlah besar, maka biasanya hanya ada satu alasan, yaitu mereka
mengharapkan atau memperkirakan atau mengetahui bahwa harga saham perusahaan itu akan naik dan bahwa mereka akan dapat menjualnya dalam waktu dekat untuk
memperoleh keuntungan. Orang dalam yang membeli saham perusahaan dan kemudian menjualnya
ketika harganya naik, merupakan suatu peristiwa yang biasa. Yang membuatnya menjadi tidak biasa adalah apabila dalam melakukan pembelian dan penjualan
tersebut, orang dalam itu mendasarkan perbuatannya kepada adanya informasi material tentang perusahaan yang belum diinformasikan kepada publik, misalnya
tentang rencana perusahaan untuk melakukan merger, atau rencana akan melakukan akuisisi perusahaan lain yang akan membuat nilai perusahaan itu menjadi naik.
Apabila hal ini terjadi maka bukan hanya perbuatan tersebut menjadi perbuatan yang tidak biasa, bahkan perbuatan itu akan mengakibatkan orang dalam tersebut dapat
dikenakan tuduhan melakukan kejahatan pasar modal yang dinamakan insider trading atau perdagangan orang dalam dalam melakukan suatu hal yang telah lama menjadi
topik pembahasan di kalangan pasar modal di seluruh dunia.
144
Orang dalam perusahaan tidak dilarang melakukan perdagangan saham perusahaan yang dipegangnya, akan tetapi jika orang dalam perusahaan tersebut,
berencana melakukan transaksi efek perusahaan tersebut dengan perhitungan yang didasarkan yang didasarkan pada informasi material yang ada diperusahaan, maka
144
Bismar Nasution, Op. Cit., Hal. 4.
Universitas Sumatera Utara
sebelum peerdagangan itu dilaksanakan perusahaan harus sudah mempublikasikan informasi material tersebut secara terbuka. Jika perusahaan belum atau tidak
melakukan pengungkapan informasi, maka ada kemungkinan orang dalam tersebut akan dikenakan tuduhan melakukan perdagangan orang dalam atau insider trading.
Hal ini berkaitan dengan adanya ketentuan disclosure or abstain from trading, dimana orang dalam perusahaan harus memilih apakah ia akan melakukan disclosure
atau tidak melakukan perdagangan dengan berdasarkan informasi material non-publik yang didapat atau dimilikinya.
Insider trading ini hanya dikenakan terhadap orang yang melakukan perdagangan efek atau sekuritas, jadi meskipun pihak penjual atau pembeli tidak
mempunyai informasi yang sama tentang suatu barang atau jasa lain yang menjadi objek jual beli, mereka tidak dikenakan tuduhan melakukan insider trading. Untuk itu
sebelum seseorang atau sesuatu pihak dapat dikenakan tuduhan melakukan insider trading maka harus ditentukan terlebih dahulu, bahwa objek transaksi yang dilakukan
adalah efek atau sekuritas. Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan fungsi sebagai badan pengawas
terhadap kegiatan pasar modal, Bapepam-LK perlu diberikan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap semua pihak yang diduga telah, sedang atau
mencoba melakukan atau menyuruh, turut serta, membujuk atau membantu melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang Pasar Modal dan Peraturan
Pelaksananya. Dengan adanya kewenangan dalam hal melakukan pengawasan ini, maka dengan demikian Bapepam-LK dapat mengumpulkan data, informasi, dan atau
Universitas Sumatera Utara
keterangan lainnya yang diperlukan sebagai suatu bukti atas adanya suatu tindakan pelanggaran yang dilakukan terhadap UUPM dan atau Peraturan Pelaksananya.
145
Pemeriksaan adalah kegiatan mencari, mengumpulkan serta mengolah data dan atau keterangan lain yang dilakukan oleh pemeriksa untuk membuktikan ada atau
tidak adanya pelanggaran atas peraturan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
146
Pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal:
147
1. Adanya laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari para pihak tentang adanya
pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal; 2.
Tidak dipenuhinya kewajiban yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memperoleh perizinan, persetujuan, atau pendaftaran dari pihak Bapepam-LK
atau pihak lain yang dipersyaratkan untuk menyampaikan laporan pada Bapepam-LK; atau
3. Terdapat petunjuk terjadinya pelanggaran atas perundang-undangan di bidang
pasar modal. Maka dalam rangka pelaksanaan tugasnya selaku lembaga pemeriksaan
tersebut, Bapepam-LK mempunyai kewenangan dan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
148
145
Penjelasan Pasal 100 1 UUPM.
146
PP No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.
147
Ibid.
148
PP No. 46 Tahun 1995 Pasal 2 Ayat 2 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.
Universitas Sumatera Utara
1. Meminta keterangan dan atau konfirmasi dari pihak yang diduga melakukan
atau terlibat dalam pelanggaran terhadap undang-undang ini dan atau Peraturan Pelaksananya atau pihak lain apabila dianggap perlu;
2. Mewajibkan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran
terhadap undang-undang ini atau peraturan pelaksananya untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu;
149
3. Memeriksa dan atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan dan atau
dokumen lain, baik milik pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaraan terhadap undang-undang ini dan atau peraturan pelaksananya
maupun milik pihak lain apabila dianggap perlu; dan atau 4.
Menetapkan syarat dan atau mengizinkan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap undang-undang ini dan atau peraturan
pelaksananya untuk melakukan tindakan tertentu yang diperlukan dalam rangka penyelesaian kerugian yang timbul.
Dalam melakukan pemeriksaan, haruslah dipenuhi norma-norma yang disebut dengan norma pemeriksaan, yang terdiri dari:
150
1. Norma Pemeriksaan yang Menyangkut Pemeriksa
149
Penjelasan Pasal 100 Ayat 2. Melakukan suatu tindakan tertentu misalnya Bapepam-LK dapat memerintahkan Emiten atau Perusahaan Publik untuk menghentikan pemuatan iklan dalam
media massa yang memuat informasi yang menyesatkan atau untuk mengurangi kerugian yang timbul atau mencegah kerugian lebih lanjut seperti mewajibkan Emiten atau Perusahaan Publik untuk
memperbaiki iklan yang dimuat dalam media massa.
150
Munir Fuady, Op. Cit., hal. 122.
Universitas Sumatera Utara
a. Pada waktu melakukan pemeriksaan, tanda pengenal harus dimiliki oleh
pemeriksa serta dilengkapi dengan surat perintah pemeriksaan dari ketua Bapepam-LK.
b. Harus diberitahukan secara tertulis oleh pemeriksa kepada pihak yang
diperiksa tentang akan dilakukannya pemeriksaan. c.
Oleh pemeriksa harus dipertunjukan kepada pihak yang diperiksa berupa tanda pengenal pemeriksaan dan surat perintah pemeriksaan.
d. Pemeriksa wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada
pihak yang diperiksa. e.
Laporan hasil pemeriksaan wajib dibuat oleh pemeriksa. f.
Pemeriksa dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau yang diberitahukan kepadanya oleh
pihak yang diperiksa dalam rangka pemeriksaan. 2.
Norma Pemeriksaan yang Menyangkut Pelaksanaan Pemeriksaan. a.
Pelaksanaan pemeriksaan hanya dapat dilakukan oleh lebih dari satu orang pemeriksa.
b. Tempat pelaksanaan pemeriksaan adalah di kantor pemeriksa, di kantor
atau di pabrik atau di tempat usaha atau di tempat tinggal atau di tempat lain yang diduga ada kaitannya dengan pelanggaran yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
c. Pada prinsipnya pemeriksaan hanya dapat dilaksanakan pada jam dan hari
kerja, tetapi dapat dilanjutkan di luar jam dan hari kerja apabila dipandang perlu.
d. Hasil dari suatu pemeriksaan wajib dituangkan dalam suatu laporan
pemeriksaan. e.
Terhadap hasil pemeriksaan yang disetujui oleh pihak yang diperiksa, dibuat suatu surat pernyataan tentang persetujuannya itu dan
ditandatangani oleh yang bersangkutan. 3.
Norma Pemeriksaan yang Menyangkut Pihak yang Diperiksa a.
Pihak yang diperiksa mempunyai hak untuk minta kepada Pemeriksa untuk memperlihatkan kepadanya surat perintah pemeriksa dan tanda
pengenal. b.
Pihak yang diperiksa mempunyai hak untuk meminta penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan dari pihak pemeriksa.
c. Pihak yang diperiksa menandatangani surat pernyataan persetujuan
tentang hasil pemeriksaan. Selanjutnya pelaksanaan pemeriksaan terhadap pihak yang diperiksa harus didasarkan
pada:
151
151
Ibid., hal. 124.
Universitas Sumatera Utara
1. Pedoman Untuk Pemeriksaan
a. Pihak yang melaksanakan pemeriksaan adalah pemeriksa yang telah
mendapatkan pendidikan teknis yang cukup dan dapat menggunakan keahliannya secara cermat dan seksama serta memiliki ketrampilan
sebagai pemeriksa. b.
Pemeriksa harus bekerja dengan jujur, wajar, bertanggungjawab, penuh pengabdian serta wajib menghindarkan diri dari tindakan yang merugikan
kebebasan bertindak yang layak dan baik. c.
Laporan pemeriksaan mesti dapat memberikan gambaran yang sebenarnya dan mesti dibuat secara teliti dan akurat.
2. Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Pelaksanaan pemeriksaan haruslah:
1. Dengan persiapan sebaik-baiknya;
2. Dengan memperhatikan tujuan pemeriksaan;
3. Dengan pengawasan dan bimbingan yang seksama terhadap
pemeriksa; b.
Penentuan ruang lingkup pemeriksaan ditentukan berdasarkan kepada tingkatan petunjuk yang diperoleh yang harus dikembangkan dengan bukti
Universitas Sumatera Utara
yang kuat dan berkaitan satu sama lain, dilakukan melalui pencocokan, pengamatan, tanya jawab, dan data-data;
c. Kesimpulan yang ditarik haruslah didasari atas bukti yang berkaitan
dengan lingkup pemeriksaan dan berlandaskan pada ketentuan perundang- undangan di bidang pasar modal.
3. Pedoman Laporan Pemeriksaan
a. Dalam hal pemeriksa menyusun laporan pemeriksaan, wajib diperhatikan
hal-hal sebagai berikut: 1.
Sifat dari pelanggaran; 2.
Bukti atau petunjuk adanya pelanggaran; 3.
Pengaruh atau akibat dari pelanggaran; 4.
Perundang-undangan di bidang pasar modal yang dilanggar; 5.
Hal-hal lain yang diperlukan. b.
Penyusunan laporan pemeriksaan haruslah secara jelas, terperinci, ringkas, serta memuat ruang lingkup yang sesuai dengan tujuan pemeriksaan.
c. Uraian dan kesimpulan haruslah didukung oleh alasan dan bukti yang
cukup tentang ada tidaknya pelanggaran.
Universitas Sumatera Utara
Dalam PP No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaaan di Bidang Pasar Modal tersebut Pasal 12 ayat 3 juga ditentukan tentang kewenangan para
pemeriksa dalam hal melakukan tugas pemeriksaan, yaitu sebagai berikut: 1.
Dapat meminta keterangan, konfirmasi, dan atau bukti yang diperlukan, baik dari pihak yang diperiksa ataupun dari pihak-pihak lainnya;
2. Dapat memerintahkan pihak yang diperiksa untuk melakukan atau tidak
melakukan kegiatan tertentu; 3.
Dapat memeriksa catatan, pembukuan, dan atau dokumen pendukung lainnya; 4.
Sepanjang diperlukan, dapat meminjam atau membuat salinan atas catatan pembukuan, dan atau dokumen lainnya.
5. Dapat memasuki tempat atau ruangan tertentu yang diduga merupakan tempat
penyimpanan catatan, pembukuan dan atau dokumen lainnya; 6.
Dapat memerintahkan pihak yang diperiksa untuk mengamankan catatan, pembukuan, dan atau dokumen lainnya yang berada dalam tempat atau
ruangan sebagaimana tersebut diatas. Selanjutnya apabila ada bukti-bukti tentang telah terjadinya suatu tindak
pidana, maka pemeriksaan dapat terus dilanjutkan, tetapi dengan kewajiban bagi pihak pemeriksa untuk membuat laporan kepada Ketua Bapepam-LK mengenai telah
ditemukannya bukti permulaan tersebut. Sehingga kemudian Ketua Bapepam-LK dapat menetapkan dimulainya proses penyidikan.
Universitas Sumatera Utara
B. Kewenangan Bapepam-LK sebagai Lembaga Penyidik