Tingkat Kesehatan Bank Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia Periode 2010-2013

22 Tabel 2.2 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil Bunga Bagi Hasil 1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung; 2. Besarnya bunga adalah suatu persentase tertentu terhadap besarnya uang yang dipinjamkan; 3. Besarnya bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa mempertimbangkan apakah proyekusaha yang dijalankan oleh nasabahmudharib untung atau rugi; 4. Eksistensi bunga diragukan kalau tidak dikecam oleh semua agama termasuk Islam. 1. Penentuan besarnya nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedomaan pada kemungkinan untung-rugi; 2. Besarnya bagi hasil adalah berdasarkan nisbah terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh. Besarnya bagi hasil tergantung pada keuntungan proyekusaha yang dijalankan; 3. Bila usaha merugi maka kerugian akan ditanggung oleh pemilik dana, kecuali karena kelalaian, salah urus, atau pelanggaran oleh mudharib; 4. Tidak ada yang meragukan keabsah-an bagi hasil. Sumber : Muhammad Syafi’I Antonio 2001, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek Gema Insani Press bekerja sama dengan Yayasan Tazkia Cendekia.

2.3 Tingkat Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia sebagai Pembina dan pengawasan bank. Sesuai dengan tanggung jawab, masing-masing pihak tersebut perlu mengingatkan diri dan secara bersama-sama berupaya mewujudkan bank yang sehat. Oleh karena itu, perlu adanya ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank, yaitu : 1. Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku; Universitas Sumatera Utara 23 2. Tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank, baik secara individual maupun perbankan secara keseluruhan. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan Bank Indonesia, pelaksanaan penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan dengan cara mengkuantifikasikan dua aspek, yaitu : 1. Aspek yang berpengaruh tehadap kondisi dan perkembangan suatu bank dengan pendekatan kualitatif; 2. Pelaksanaan ketentuan tertentu yang sanksinya dikaitkan dengan penilaian tingkat kesehatan bank. Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan kuantiatif dimaksud dilakukan dengan penilaian terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas, yang disingkat dengan sebutan “CAMEL” capital, assets quality, management quality, earnings and liquidity. Berdasarkan peraturan bank Indonesia No. 9 tahun 2007 pasal 3, penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor, yaitu : permodalan capital, kualitas asset asset quality, manajemen management, rentabilitas earning, likuiditas liquidity, dan sensitivitas terhadap risiko pasar sensitivity to market risk. Universitas Sumatera Utara 24 Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 131PBI2011 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank maka bank wajib memelihara danatau meningkatkan tingkat kesehatan bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usaha. Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 131PBI2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5184, Peraturan Bank Indonesia Nomor 58PBI2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4292, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 1125PBI2009 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5029 dan PBI No. 86PBI2006 tentang Penerapan Manajemen Risiko secara Konsolidasi bagi Bank yang Melakukan Pengendalian terhadap Perusahaan Anak Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4602, antara lain diatur bahwa Bank diwajibkan untuk melakukan penilaian sendiri self-assessment Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan Risiko Risk-based Bank RatingRBBR baik secara individual maupun secara konsolidasi, dengan cakupan penilaian meliputi faktor-faktor sebagai berikut: Profil Risiko risk profile, Good Corporate Governance GCG, Rentabilitas earnings; dan Permodalan capital untuk menghasilkan Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank. Bank wajib melakukan penilaian sendiri self Universitas Sumatera Utara 25 assessment atas tingkat kesehatan bank paling kurang setiap semester untuk posisi bulan Juni dan Desember. Dengan adanya aturan PBI ini, yang membuat tingkat kesehatan bank diterapkan dengan menggunakan pendekatan risiko RBBR, berarti secara otomatis, tingkat kesehatan bank dengan menggunakan analisis CAMEL sudah dicabut atau tidak dipergunakan lagi sejak awal tahun 2012 Imma , 2012.

2.3.1 Risk-Based Banking Rating

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No 131PBI2011, metode penilain kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko Risk-based Bank Rating merupakan metode penilaian tingkat kesehatan bank menggantikan metode penilaian yang sebelumnya yaitu metode yang berdasarkan Capital, Asset, Management, eraning, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk CAMELS. Metode RBBR atau sering di sebut RGEC Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, dan Capital ini menggunakan penilaian terhadap empat faktor berdasarkan Surat Edaran BI No 1324DPNP adalah sebagai berikut :

a. Risk Profile Profil Risiko