Pajak Bumi Dan Bangunan

2. Pajak Bumi Dan Bangunan

Menurut Atep dalam Darwin 2009:3 pada masa pemerintahan Inggris di Indonesia 1811 sd 1816 ketentuan perpajakan atas tanah diberlakukan pada masa Gubernur Jendral Sir Thomas Standford Raffles 1811-1816 yang disebut dengan nama Landrente. Sistem perpajakan atas tanah ini berdasarkan suatu dalil bahwa semua tanah adalah milik kepala-kepala desa dianggap sebagai penyewa dari tanah-tanah yang dikelola oleh kepala desa itu. Untuk itu mereka harus membayar sewa tanah landrent dengan natura secara tetap. Pada masa-masa setelah Proklamasi Kemerdekaan, Pajak Tanah berubah nama lagi menjadi Pajak Bumi. Kemudian Pajak Bumi diganti dengan Pajak Penghasilan atas Tanah Pertanian yang pengelolaan dan pemungutannya dilakukan oleh Jawatan Pajak. Pada tahun 1959, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1959 yang mengatur tentang Pajak Hasil Bumi. Berdasarkan Surat keputusan Menteri Iuran Negara tanggal 29 November 1965, nama Direktorat Pajak Hasil Bumi diubah menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah, dan nama pajaknya disebut Iuran Pembangunan Daerah IPEDA dengan Objeknya sector pedesaan, perkotaan, perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Pada tanggal 27 Desember 1985 diterbitkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986. Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap Bumi danatau Bangunan berdasarkan Undang–Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi Dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang–Undang Nomor 12 Tahun 1994. Menurut Agus dalam Darwin 2009:6 Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak berupa bumi danatau bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah Pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1994. PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumitanah dan atau bangunan. Keadaan subjek siapa yang menbayar tidak ikut menentukan besarnya pajak. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000. 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994. 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Pasal 9 ayat 1 Tentang Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP. D. RUANG LINGKUP PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI PKLM Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar, penulis membahas secara rinci mengenai : 1. Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP Pajak Bumi dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar. 2. Kendala-kendala Dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP 3. Upaya Penanganan Kendala-kendala Dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI PKLM Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang sesuai maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan