e. Pengembalian Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP oleh wajib pajak
ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama dapat dilaksanakan dengan cara menyerahkan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau
mengirimkannya melalui kantor pos tercatat. Untuk mendaftarkan Objek Pajaknya, Maka SubjekWajib Pajak harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut : a.
Mengisi Surat Permohonan b.
Mengisi Blanko SPOP beserta LSPOP c.
Melampirkan Fotocopy identitas Wajib Pajak, Bukti kepemilikan, dan Nomor Pokok Wajib Pajak.
4. Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP
SPOP adalah surat yang digunakan oleh Waiib pajak untuk melaporkan data objek pajak yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak Bumi
dan Bangunan yang terutang menurut ketentuan Undang-Undang.
1. Hak dan kewajiban Wajib Pajak Dalam mengisi Surat Pemberitahuan
Objek Pajak
Hak Wajib Pajak dalam pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak adalah: 1.
Memperoleh formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP secara gratis pada setiap Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau tempat lain yang
ditunjuk. 2.
Memperoleh penjelasan, keterangan tentang tata cara pengisian maupun pelaporan kembali Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP
3. Memperoleh tanda terima pengembalian Surat Pemberitahuan Objek Pajak
SPOP 4.
Memperbaikimengisi ulang Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP apabila terjadi kesalahan dalam pengisian dengan melampirkan fotocopy
bukti yang sah. 5.
Menunjuk orangpihak lain selain pegawai Direktorat Jenderal Pajak dengan surat kuasa khusus bermaterai, sebagai kuasa Wajib Pajak untuk
mengisi dan menandatangani Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP. 6.
Mengajukan permohonan tertulis mengenai penundaan penyampaian Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP sebelum batas waktu dilampaui
dengan menyebutkan alasan–alasan yang sah Sedangkan kewajiban Wajib Pajak dalam Pengisian SPOP adalah :
1. Mendaftarkan objek pajak dengan cara mengisi Surat Pemberitahuan
Objek Pajak SPOP 2.
Mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP dengan jelas, benar dan lengkap.
3. Menyampaikan kembali Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP yang
telah diisi Wajib Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau tempat lain yang ditunjuk selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari setelah
formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP diterima. 4.
Melaporkan perubahan data objek pajakwajib pajak kepada Kantor Pelayanan pajak Pratama atau tempat lain yang ditunjuk dengan cara
mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP sebagai perbaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP sebelumnya.
5. SANKSI-SANKSI
A. Sanksi Administrasi
1. Dalam hal WP tidak menyampaikan kembali SPOP pada waktunya dan
setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran, maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
SKP dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 25 dari PBB
yang terutang.
Contoh : Wajib Pajak A tidak menyampaikan SPOP.
Berdasarkan data yang ada, Direktorat Jenderal Pajak Mengeluarkan SKP
yang berisi :
− Objek Pajak dengan luas dan nilai jual − Luas objek pajak menurut SPOP
− Pokok Pajak = Rp.1.000.000
− Sanksi Administrasi 25 x Rp.1.000.000 = Rp. 250.000 − Jumlah Pajak yang terhutang dalam SKP
= Rp. 1.250.000
Apabila pengisian SPOP setelah diteliti atau diperiksa ternyata tidak benar lebih kecil, maka akan diterbitkan SKP degan sanksi berupa denda administrasi
sebesar 25 dari selisih besarnya PBB yang terutang. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain dengan pajak terhutang dalam SPPT yang
dihitung bedasarkan SPOP Pajak yang disampaikan oleh Wajib Pajak.
Berdasarkan SPOP diterbitkan SPPT = Rp. 1.000.000
Berdasarkan Pemeriksaan, Pajak seharusnya
Terhutang dalam SKP = Rp. 1.500.000
Selisih = Rp. 500.000
Denda Administrasi 25 x Rp. 500.000 = Rp. 125.000
Jumlah Pajak terhutang dalam SKP = Rp. 625.000
Adapun jumlah pajak yang terhutang sebesar Rp.1.000.000,- yang tercantum dalam SPPT, apabila belum dilunasi Wajib Pajak, penagihannya dilakukan
berdasarkan SPPT tersebut.
B. Sanksi Pidana
1. Barang siapa karena kealpaannya tidak mengembalikan SPOP atau
mengembalikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga menimbulkan
kerugian bagi negara, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 enam bulan atau denda setinggi-tingginya 2 dua kali lipat pajak yang
terutang.
2. Barang siapa karena dengan sengaja :
a. Tidak mengembalikan atau menyampaikan SPOP kepada Direktorat
Jenderal Pajak b.
Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap danatau melampirkan keterangan yang tidak benar
c. Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen yang palsu
atau dipalsukan seolah-olah benar d.
Tidak memperlihatkan data atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya
e. Tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang
diperlukan. Sehingga menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya 2 dua tahun atau denda setinggi-tingginya sebesar 5 lima kali pajak yang terutang. Sanksi pidana tersebut dilipatkan dua apabila
seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara
yang dijatuhkan atau sejak dibayarnya denda.Terhadap bukan Wajib Pajak yang bersangkutan yang melakukan tindakan sebagaimana huruf d dan huruf e,
dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 satu tahun atau denda setinggi-tingginya Rp. 2.000.000,-
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
A. Mekanisme Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak
Dalam mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak, ada hal yang harus dilaksanakan terlabih dahulu sebelum Pengisian
SPOPLSPOP dilakukan. Hal tersebut adalah Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak baru.
1. Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak Baru Pajak Bumi dan Bangunan
a. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 pasal 9 Ayat 1 tentang “Mekanisme Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak”.
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-533PJ2000 tanggal 20
Desember 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Objek dan Subjek baru Pajak Bumi dan Bangunan PBB dalam Rangka
Pembentukan danatau Pemeliharaan Basis Data Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak SISMIOP s.t.d.d. Keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor : KEP-115PJ2002 tanggal 4 Maret 2002. Adapun Prosedur Kerja dari pendaftaran Objek Pajak Baru yaitu:
1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pendaftaran Objek Pajak baru ke
Kantor Pelayanan Pajak melalui Petugas Tempat Pelayanan Terpadu TPT.
2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu TPT menerima permohonan
Pendaftaran Objek Pajak Baru kemudian meneliti kelengkapan
40
persyaratannya. Dalam hal berkas permohonan pendaftaran belum lengkap, berkas permohonan pendaftaran dikembalikan kepada Wajib
Pajak untuk dilengkapi. Dalam hal berkas permohonan pendaftaran sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu TPT. akan mencetak
Bukti Penerimaan Surat BPS dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen LPAD. BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD
akan digabungkan dengan berkas permohonan pendaftaran, dan kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi.
3. Kepala Seksi Ekstensifikasi meneruskan berkas permohonan pendaftaran
kepada Pejabat Fungsional Penilai untuk melakukan penelitian kantor. 4.
Pejabat Fungsional Penilai menerima berkas permohonan pendaftaran, melakukan penelitian kantor, dan membuat konsep Berita Acara
penelitian Kantor, kemudian menyampaikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi beserta berkas permohonan pendaftaran.
5. Kepala Seksi Ekstensifikasi mempelajari dan memaraf konsep Berita
Acara penelitian Kantor, kemudian menyampaikan kepada Kepala Kantor. Dalam hal Kepala Seksi Ekstensifikasi tidak menyetujui konsep
Berita Acara penelitian Kantor, Pejabat Fungsional Penilai harus memperbaiki konsep Berita Acara penelitian Kantor tersebut.
6. Kepala Kantor mereview, menetapkan dan menandatangani Berita Acara
penelitian Kantor, kemudian menyampaikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi untuk dilakukan pemutakhiran data grafis. Dalam hal
Kepala Kantor tidak menyetujui konsep Berita Acara penelitian Kantor,
Pejabat Fungsional Penilai harus memperbaiki konsep Berita Acara penelitian Kantor tersebut.
7. Kepala Seksi Ekstensifikasi menerima Berita Acara penelitian Kantor
dan menugaskan Pelaksana Seksi Ekstensifikasi untuk melakukan pemutakhiran data grafis dan proses penatausahaan berkas selanjutnya.
8. Pelaksana Seksi Ekstensifikasi melakukan pemutakhiran data grafis,
kemudian meneruskan berkas permohonan pendaftaran kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk dilakukan perekaman data.
9. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima berkas
permohonan pendaftaran dan menugaskan Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk melakukan proses pembentukan basis data dan
penatausahaan berkas selanjutnya. 10.
Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi melakukan perekaman SPOPLSPOP, mencetak Daftar Hasil Rekaman DHR, melakukan
pencocokan antara SPOPLSPOP dan DHR, dan meneruskan berkas permohonan pendaftaran kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk dicetak.
11. Kepala Kantor mereview, menetapkan, dan menandatangani produk
hukum, kemudian mengembalikan kepada Kepala Seksi Pelayanan. Dalam hal Kepala Kantor tidak menyetujui konsep produk hukum,
Pelaksana Seksi Pelayanan harus memperbaiki konsep produk hukum tersebut.
12. Proses dilanjutkan ke Penatausahaan Dokumen dan Penyampaian
Dokumen di Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
2. Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP