Prof. Dr. P.J.A Andriani Pendataan dengan cara Penyampaian dan Pemantauan Pengembalian Identifikasi Objek Pajak

5. Mempromosikan Sumber Daya Manusia SDM Program Studi Diploma III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIP Universitas Sumatera Utara. C. URAIAN TEORITIS 1. Pengertian Pajak Secara umum ada beberapa pengertian Pajak yang dikemukakan oleh para ahli antara lain :

a. Prof. Dr. P.J.A Andriani

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, S.H dalam buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak dalam Waluyo 2008:2 pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

b. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat. Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan dalam Siti Resmi 2008:1 menyatakan bahwa pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang- undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal kontraprestasi, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

2. Pajak Bumi Dan Bangunan

Menurut Atep dalam Darwin 2009:3 pada masa pemerintahan Inggris di Indonesia 1811 sd 1816 ketentuan perpajakan atas tanah diberlakukan pada masa Gubernur Jendral Sir Thomas Standford Raffles 1811-1816 yang disebut dengan nama Landrente. Sistem perpajakan atas tanah ini berdasarkan suatu dalil bahwa semua tanah adalah milik kepala-kepala desa dianggap sebagai penyewa dari tanah-tanah yang dikelola oleh kepala desa itu. Untuk itu mereka harus membayar sewa tanah landrent dengan natura secara tetap. Pada masa-masa setelah Proklamasi Kemerdekaan, Pajak Tanah berubah nama lagi menjadi Pajak Bumi. Kemudian Pajak Bumi diganti dengan Pajak Penghasilan atas Tanah Pertanian yang pengelolaan dan pemungutannya dilakukan oleh Jawatan Pajak. Pada tahun 1959, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1959 yang mengatur tentang Pajak Hasil Bumi. Berdasarkan Surat keputusan Menteri Iuran Negara tanggal 29 November 1965, nama Direktorat Pajak Hasil Bumi diubah menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah, dan nama pajaknya disebut Iuran Pembangunan Daerah IPEDA dengan Objeknya sector pedesaan, perkotaan, perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Pada tanggal 27 Desember 1985 diterbitkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986. Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap Bumi danatau Bangunan berdasarkan Undang–Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi Dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang–Undang Nomor 12 Tahun 1994. Menurut Agus dalam Darwin 2009:6 Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak berupa bumi danatau bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah Pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1994. PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumitanah dan atau bangunan. Keadaan subjek siapa yang menbayar tidak ikut menentukan besarnya pajak. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000. 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994. 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Pasal 9 ayat 1 Tentang Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP. D. RUANG LINGKUP PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI PKLM Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar, penulis membahas secara rinci mengenai : 1. Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP Pajak Bumi dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar. 2. Kendala-kendala Dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP 3. Upaya Penanganan Kendala-kendala Dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI PKLM Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang sesuai maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan pengajuan judul, penentuan judul proposal, penentuan lokasi PKLM, mencari bahan untuk membuat proposal dan surat pengantar.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti Undang-Undang, buku-buku pajak dan literatur lain yang berhubungan dengan Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

3. Observasi Lapangan

Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar , mengenai Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat pemberitahuan Objek Pajak SPOP. Dalam Observasi ini penulis memberikan suatu pengantar untuk melaksanakan data yang akan diminta pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

4. Pengumpulan data

pengumpulan data mengenai Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP melalui : a. Data Primer atau wawancara Kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara yang bersumber dari pihak yang memahami tentang Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar. b. Data sekunder atau Dokumentasi Kegiatan mengumpulkan dan mencari data secara langsung maupun tidak langsung yang bersumber dari refrensi-refrensi ilmiah yang mendukung proses Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

5. Analisa dan Evaluasi Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP. F. METODE PENGUMPULAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI PKLM Adapun cara pengumpulan data sebagai berikut : 1. Daftar Pertanyaan interview Guide Yaitu dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi tentang Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP. 2. Daftar Observasi Observation Guide Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian. 3. Daftar Dokumentasi Optional Guide Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar. G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI PKLM Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan Tugas Akhir lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM, Metode pengumpulan data dan sistematika penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM . BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini penulis Menjelaskan mengenai Latar Belakang PKLM, Tujuan dan Manfaat PKLM, Uraian Teoritis PKLM, Ruang Lingkup PKLM, Metode PKLM, Metode Pengumpulan Data PKLM, Sistematika Penulisan Laporan PKLM. BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEMATANG SIANTAR Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar, Struktur Organisasi, Uraian tugas pokok dan Fungsi serta gambaran data pegawai. BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang data pelaksanaan Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP yang ada di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar. BAB IV ANALISA DAN EVALUASI Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP yang ada di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak khusunya oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 BAB II GAMBARAN LOKASI PKLM

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar berdiri sejak tanggal 19 September 2008. Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : 1. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan Perundang-Undangan dan melakukan pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah. 2. Jawatan lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang- barang sitaan guna pelunasan piutang pajak negara. 3. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan pajak untuk melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan wajib pajak badan. 4. Jawatan Pajak Hasil Bumi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada Dirjen Pajak Moneter yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas tanah yang pada tahun 1963 dirubah lagi menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi dan kemudian pada tahun 1965 berubah lagi menjadi Direktorat Iuran pembangunan Daerah IPEDA. Dengan keputusan Presiden RI Nomor. 12 Tahun 1976 tanggal 25 Maret 1976, Direktorat IPEDA diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desember 1985 melalui Undang-Undang RI Nomor. 12 Tahun 1985 Direktorat IPEDA berganti 15 nama menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan PBB Demikian juga unit kantor di daerah yang semula bernama Inspeksi IPEDA diganti menjadi Inspeksi pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas IPEDA diganti menjadi Kantor Dinas Luar PBB. Untuk mengkoordinasi pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak IDA yaitu di Jakarta dan beberapa daerah seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak Kantor Wilayah seperti yang ada sekarang. Setelah Kanwil Ditjen Pajak terbentuk, dibentuklah beberapa unit kerja berdasarkan pembagian wilayah di seluruh Sumatera Utara Bagian II yaitu KPP Tebing Tinggi, KPP Kisaran, KPP Pematang Siantar, KPP Rantau Parapat, KPP Sibolga, KPP Sidempuan, KPP Balige, KPP Kabanjahe dan unit kerja yang bergerak khusus di bidang pemeriksaan terhadap wajib pajak yaitu Kantor Pemeriksaan dan Pendidikan Pajak Karikpa. Seiring dengan perubahan kinerja di Lingkungan DJP untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di lingkungan DJP melalui system modernisasi. Dengan adanya reorganisasi tersebut, maka unit kerja yang dulu dikenal KPP diganti dengan KPP Pratama. Unit kerja tersebut adalah : 1. KPP Pratama Tebing Tinggi 2. KPP Pratama Kisaran 3. KPP Pratama Peatang Siantar 4. KPP Pratama Rantau Parapat 5. KPP Pratama Sibolga 6. KPP Pratama Sidempuan 7. KPP Pratama Balige 8. KPP Pratama Kabanjahe Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar wilayah kerjanya meliputi kota dan kabupaten yaitu kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun. 1. Kota Pematang Siantar terdiri dari kecamatan: a. Siantar Marihat b. Siantar Barat c. Siantar Utara d. Siantar Timur e. Siantar Martoba f. Siantar Sitalasari g. Siantar Marimbun 2. Kabupaten Simalungun terdiri dari kecamatan: a. Dolok Pardamean b. Sidamanik c. Girsang Sipangan Bolon d. Tanah Jawa e. Dolok Panribuan f. Jorlang Hataran g. Panei h. Raya i. Dolok Silau j. Silou Kahean k. Raya Kahean l. Bolok Batu Nanggar m. Siantar n. Bandar o. Bosar Maligas p. Ujung Padang q. Pematang Bandar r. Tapian Dolok s. Huta Bayu Raja t. Gunung Malela u. Gunung Maligas v. Panombeian Panei w. Hatonduhan x. Haranggaol Horison y. Jawa Maraja Bah Jambi z. Bandar Huluan aa. Bandar Masilam bb. Pematang Silima Huta cc. Silimakuta dd. Purba Visi dari Direktorat Jenderal Pajak : “Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integrita dan profesionalisme yang tinggi”. Misi dari Direktorat Jenderal Pajak : “Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”. Nilai Direktorat Jenderal Pajak Dalam rangka mewujudkan visi dan misi , DJP berpedoman kepada nilai- nilai sebagai berikut : a. Integritas, yaitu menjalankan tugas dan pekerjaan selalu memegang teguh kode etik prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji, agar para wajib pajak tidak merasa kecewa dengan apa yang telah diberikan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak. b. Profesionalisme, yaitu memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial. c. Inovasi, yaitu memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan atau alternatif pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku. d. Teamwork, yaitu memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan orangpihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan. Nilai-nilai tersebut menjadi acuan perilaku bagi seluruh sumber daya manusia DJP dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Diharapkan seluruh jajaran DJP menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikan dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat diperoleh kinerja yang maksimal, dan selanjutnya untuk memudahkan DJP dalam mencapai visi misinya dan prinsip- prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan menepati janji. Makna Logo Instansi Direktorat Jenderal Pajak Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki pertimbangan-pertimbangan khusus, apalagi instansi kepemerintahan seperti Kantor Pelayanan Pajak Pratama Peamtang Siantar yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Setiap logo tentunya memiliki makna-makna tersendiri begitu juga dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Gambar 2.1. Lambang Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia Keterangan : 1. Tulisan yang berbunyi “Nagara Dana Rakca” artinya penghimpunan negara. 2. Bentuk padi melambangkan kemakmuran. 3. Bentuk kapas melambangkan bersih. 4. Bentuk sayap merupakan hakekat dari struktur yang kuat dan tangguh serta terkoordinir. Jadi, dapat disimpulkan bahwa lambang Kementerian Keuangan memiliki makna, yaitu: “DepartemenLembaga yang bertugas sebagai penghimpun dana negara yang bersih demi kemakmuran rakyat Indonesia”.

B. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Pematang

Siantar a. Struktur Organisasi KPP Pratama Pematang Siantar Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam system kerjasama. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing- masing seorang kepala seksi. Struktur Organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seseorang Kepala kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara , dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Negara Replubik Indonesia. b. Deskripsi Tugas KPP Pratama Pematang Siantar Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Pematang Siantar membawahi 1satu bagian dan 6 enam seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional. Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain adalah sebagai berikut: 1. Sub Bagian Umum 2. Seksi Ekstensifikasi 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi PDI 4. Seksi Pelayanan 5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi WASKON I, II, III,IV 6. Seksi Pemeriksaan 7. Seksi Penagihan 8. Kelompok Jabatan Fungsional Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah : a. Memudahkan pelaksanaan kerja b. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan c. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian d. Mencegah adanya penumpukan kerja pada staff bagian saja e. Mempermudah kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan rencana

C. Uraian Tugas dan Fungsi

Secara umum tugas Kepala Kantor dan masing-masing Kepala Seksi KPP Pratama Pematang Siantar adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KP PBB, dan Karikpa maka Kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan Perundang- Undangan yang berlaku.

2. Subbagian Umum

Mengingat dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarisan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

3. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penata usahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasi pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan piñata usahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan Teknis Komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja, dengan teknologi yang ada, sehingga dapat memudahkan pekerjaan pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I,II,III

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya, bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 3 tiga Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah territorial tertentu.

6. Seksi Pelayanan

Membantu Tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksa, pengawasan pelaksana aturan pemeriksa, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Penjabatan Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaan, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi integerasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan system informasi secara optimal.

D. Gambaran Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

Jumlah Pegawai Negeri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar terdiri dari 65 orang : Tabel 1. Penjabaran Pegawai berdasarkan seksi Seksi Jumlah Sub Bagian Umum 7 Seksi Pengolahan Data dan Informasi 12 Seksi Pelayanan 13 Seksi Penagihan 6 Seksi Pemeriksaan 2 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7 Seksi Ekstensifikasi 4 Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN A. GAMBARAN PAJAK SECARA UMUM Pajak menurut Undang-Undang Nomor : 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat kan imbalan secara langsung dan digunakan keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat .

1. Asas Pemungutan Pajak

a. Asas Domisili asas Tempat Tinggal Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri. b. Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. c. Asas Kebangsaan Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan 28 berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia.Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri.

2. Sistem Pemungutan Pajak

a. Official assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. b. Self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. c. With holding system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. B. GAMBARAN TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN 1. Objek Dan Subjek Pajak Bumi Dan Bangunan Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah Bumi danatau Bangunan, Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. permukaan Bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Sedangkan Bangunan adalah konstruksi teknis yang ditanamkan atau dilekatkan secara tetap pada tanah danatau perairan. Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah : a. Taman dan Pagar Mewah b. Kolam Renang c. Tempat bangunan olah raga d. Jalan Tol e. Galangan Kapal dermaga f. Taman Mewah g. Tempat penampungan kilang Minyak, air dan gas, pipa minyak h. Fasilitas lain yang memberikan manfaat i. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan komplek bangunan tersebut. Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi Dan Bangunan adalah : a. Digunakan semata–mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan b. Perkuburan, peninggalan Purbakala, dan lain-lain yang sejenis. c. Hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak. d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik. e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional oleh yang ditentukan oleh menteri keuangan. Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-undang Pajak Bumi Dan Bangunan yang menjadi Subjek Pajak adalah mereka orang atau badan yang : a. Mempunyai hak atas bumitanah, danatau b. Memperoleh manfaat atas bumitanah, danatau c. Memiliki, menguasai atas bangunan, danatau d. Memperoleh manfaat atas bangunan.

2. Pendataan Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Pendataan Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan oleh fiskus mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan Pengetahuan Wajib Pajak, maka belum seluruhnya Wajib Pajak dapat melaksanakan kewajibannya untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasaidimilikidimanfaatkannya. Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak maka Direktorat Jenderal Pajak mengadakan kegiatan Pendataan Objek dan Subjek Pajak atau bekerja sama dengan pihak lainpihak ketiga yang telah ditentukan oleh pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama tersebut. Pendataan dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama dengan menuangkan hasilnya dalam formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP. Pendataan dapat dilakukan dengan 4 empat alternative sebagai berikut :

a. Pendataan dengan cara Penyampaian dan Pemantauan Pengembalian

SPOPLSPOP Pendataan dengan cara penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOPLSPOP pada umumnya dilakukan untuk daerah-daerah terpencil, belum mempunyai peta, dan potensi pajaknya kecil. Pendataan dengan cara ini mirip seperti pelaksanaan pendaftaran Objek dan Subjek Pajak. Perbedaannya terletak pada aktifitas masing-masing pihak. Pada pelaksanaan pendaftaran Objek dan subjek pajak aktifitas dari subjek pajak sangat Dominan, sedangkan pada pendataan penyampaian dan pengembalian SPOPLSPOP ini aktifitas dari petugas pajak lebih dominan. Para petugas Pajak yang ditugaskan untuk melaksanakan pendataan dengan cara ini mendatangi desakelurahan-kelurahan yang akan dilakukan pendataan sambil membawa formulir SPOPLSPOP, kemudian dengan bantuan aparat desakelurahan formulir SPOPLSPOP tersebut disebarkan kepada seluruh Subjek Pajak yang ada di desakelurahan-kelurahan tersebut. Setelah formulir-formulir diisi secara jelas, benar, lengkap dan ditandatangani oleh Subjek Pajak atau kuasanya, maka para petugas pajak akan mengambil kembali formulir tersebut dari para aparat desakelurahan untuk dibawa ke kantor Pelayanan Pajak Pratama guna dilakukan perekaman datanya.

b. Identifikasi Objek Pajak

Pendataan dengan alternatif ini dapat dilaksanakan pada wilayah yang sudah mempunyai peta garispeta foto yang dapat menentukan posisi relatif Objek Pajak tetapi tidak mempunyai data administrasi pembukuan Pajak Bumi dan Bangunan. data tersebut merupakan hasil pendataan secara lengkap tiga tahun terakhir.

c. Verifikasi data Objek Pajak