Penyitaan menurut hukum pajak yang dinyatakan dalam pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 adalah tindakan yang dilakukan jurusita
pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak, guna dijadikan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undang. Penyitaan merupakan tindakan
penagihan lebih lanjut setelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah lewat dari batas waktu 2x24 jam setelah surat paksa diberitahukan, yang artinya bahwa
penyitaan ini baru dapat dilakukan apabila surat paksa ini telah diterbitkan atau dengan kata lain bahwa penyitaan ini merupakan kelanjutan dari penerbitan surat
paksa dalam proses penagihan aktif.
C. Jurusita Pajak Negara
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 562KMK.042000 tentang syarat-syarat, Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian
Jurusita Pajak, bahwa yang dimaksud dengan jurusita pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus,
pemberitahuan surat paksa, melaksanakan penyitaan dan penyanderaan. Jurusita pajak diangkat dan diberhentikan oleh Pejabat yang ditunjuk Menteri Keuangan
untuk penagihan pajak pusat gubernur atau bupatiwalikota untuk penagihan pajak daerah. Jurusita Pajak ini berstatus sebagai Pegawai Negeri.
Kedudukan Jurusita Pajak adalah sangat strategis dalam unit organisasi Direktorat Jenderal Pajak, Jurusita Pajak ini adalah ujung tombak dan benteng
terakhir dalam rangka pengamanan penagihan pajak negara, berhasil tidaknya tugas
seorang Jurusita Pajak Negara tergantung sepenuhnya pada bobot, keterampilan, keuletan, kejelian, mental yang dimiliki olehnya, apalagi Jurusita Pajak sepenuhnya
bertugas dilapangan dengan segala persoalan penagihan pajak yang beraneka ragam coraknya dengan berbagai modus penghindaran dan perlawanan pasif dari para
penanggung pajak. Mengingat beratnya tugas dan peranan Jurusita Pajak dalam pengamanan
penagihan pajak negara, maka untuk menjadi seorang Jurusita Pajak tidaklah mudah dan tidak sembarangan orang melainkan harus dilakukan oleh orang yang
berkompeten sebagai Jurusita Pajak yang terlebih dahulu harus dibekali dengan kemampuan sebagai Jurusita Pajak melalui pendidikan dan pelatihan Jurusita Pajak
disamping harus memenuhi syarat-syarat lainnya menurut peraturan perundang- undangan perpajakan.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk diangkat menjadi Jurusita Pajak adalah apabila telah memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut Menurut Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 562KMK.042000 tentang Syarat- syarat, Tata Cara Pengangkatan dan Pemberitahuan Jurusita Pajak.
1. Syarat Jurusita Pajak Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dapat diangkat menjadi Jurusita Pajak yaitu:
a. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat
dengan itu. b.
Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur MudaGolongan IIa.
c. Berbadan sehat.
d. Lulus pendidikan dan pelatihan Jurusita Pajak.
e. Jujur, bertanggungjawab dan penuh pengabdian.
2. Pemberhentian JuruSita Pajak Jurusita Pajak dapat diberhentikan apabila :
a. Meninggal dunia;
b. Pensiun;
c. Karena alih tugas atau kepentingan lainnya;
d. Ternyata lalai atau tidak cakap dalm menjalankan tugas;
e. Pendekatan perbuatan tercela
f. Melanggar sumpah atau janji Jurusita Pajak ; atau
g. Sakit jasmani atau rohani secara terus menerus.
Menurut pasal 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa menyatakan bahwa, sebelum memangku jabatan, Jurusita
Pajak, diambil sumpah atau janji menurut agama atau kepercayaannya oleh Pejabat Kantor Pelayanan Pajak tempat ia bertugas. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya
dalam pelaksanaan penagihan pajak seorang Jurusita Pajak harus bekerja secara jujur dan bertanggungjawab serta professional dalam mengadakan pendekatan dengan para
penanggung Pajak.
3. Tugas Jurusita Pajak menurut Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000.
a. Melaksanakan Surat perintah penagihan seketika dan sekaligus ;
b. Memberitahukan Surat Paksa ;
c. Melaksanakan Penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP ; d.
Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan. 4. Wewenang Jurusita Pajak pasal 5 ayat 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2000. a.
Memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan tempat-tempat lain untuk menemukan objek sita di tempat di tempat
usaha dan melakukan penyitaan di tempat tinggal penanggung pajak, atau tempat lain yang dapat diduga sebagai penyimpanan objek sita.
b. Meminta bantuan kepolisian, kejaksaan, departemen yang membidangi
hukum dan perundang-undangan, pemerintah daerah setempat, Badan Pertahanan Nasional BPN, Pengadilan Negeri PN, bank atau pihak lain
dalam rangka pelaksanaan penagihan pajak. 5. Kewajiban Jurusita Pajak.
a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak ;
b. Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP ;
c. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS ditandatangani oleh Jurusita,
saksi-saksi dan penanggung pajak. d.
Menempelkan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS pada barang yang disita atau tempat barang yang disita berada dan atau ditempat umum,
kecuali jika barang yang disita sesuai dengan tidak dapat ditempeli salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita BPAS.
e. Menempelkan segel sita pada barang yang disita.
f. Membuat pengumuman lelang.
D. Mekanisme dan Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Penyitaan