1. Penagihan Pasif
Adalah tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak sebagai perpanjangngantangan dari Direktorat Jenderal Pajak dengan cara dapat melakukan
pencatatan, pengawasan atas kepatuhan pembayaran masa dan pembayaran lainnya yang dilakukan oleh wajib pajak, dan dilakukan melalui Surat Ketetapan Pajak SKP,
SKPKB, SKPKBT dan Surat Tagihan Pajak STP. Maksud dari pelaksanaan penagihan pasif ini adalah memberi kesempatan
kepada penanggung pajak untuk segera melunasi utang pajaknya, hal ini dimaksud untuk mencegah penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan. Selanjutnya
bilamana tindakan penagihan pasif ini telah dilakukan, namun wajib pajak belum juga melunasi utang pajaknya, maka tindakan penagihan pasif akan beralih ke penagihan
aktif.
2. Penagihan Aktif
Adalah kelanjutan dari penagihan pasif , dimana dalam upaya penagihan ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat
ketetapan pajak, tetapi akn diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.
Tahapan Penagihan aktif : a.
Surat Teguran Apabila utang pajak yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, tidak dilunasi sampai melewati 7 tujuh hari dari batas wktu jatuh tempo satu bbulan sejak tanggal diterbitkannya.
b. Surat Paksa
Apabila hutang pajak tidak dilunasi setelah 21hari dari tanggal surat teguran maka akan diterbitkan Surat Paksa yang disampaikan oleh
Jurusita Pajak dengan dibebani biaya penagihan pajak sebesar Rp.50.000,00 lima puluh ribu rupiah, utang pajak harus dilunasi
dalam waktu 2x24 jam. c.
Surat Sita Apabila utang pajak belum dilunasi dalam waktu 2x24 jam dapat
dilakukan tindakan penyitaan atas barang-barang milik WP, dengan dibebani biaya pelaksanaan sita sebesar Rp.100.000,00 seratus ribu
rupiah. d.
Lelang Dalam waktu 14 hari setelah tindakan penyitaan, utang pajak belum
dilunasi maka akan dilanjutkan dengan tindakan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara. Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya
pelaksanaan sita belum dibayar maka akan dibebankan bersama-sama dengan biya iklan untuk pengumuman lelang dalam surat kabar dan
biaya lelang pada saat pelelangan.
Penyitaan menurut hukum pajak yang dinyatakan dalam pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 adalah tindakan yang dilakukan jurusita
pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak, guna dijadikan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undang. Penyitaan merupakan tindakan
penagihan lebih lanjut setelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah lewat dari batas waktu 2x24 jam setelah surat paksa diberitahukan, yang artinya bahwa
penyitaan ini baru dapat dilakukan apabila surat paksa ini telah diterbitkan atau dengan kata lain bahwa penyitaan ini merupakan kelanjutan dari penerbitan surat
paksa dalam proses penagihan aktif.
C. Jurusita Pajak Negara